PERMAINAN KUTUKAN

124 20 0
                                    


Permainan kutukan






Sekitar pukul 00.00 kurang, Aiden bersama 18 teman nya mulai duduk melingkar mengelilingi api unggun yang mereka buat.

Aiden memang di kenal dengan ide gilanya, setiap ada perkumpulan seperti ini dia selalu berhasil menyumbangkan ide gila yang kadang dapat membahayakan mereka.

"Gue ga mau ikutan deh, ini serem banget" ucap gadis dengan rambut Bob, kaca matanya melorot hingga Tungkai hidung nya.

"AISH dedek Dylan bisa diem ga? Bentar lagi udah mau jam dua belas nih" kata gionardo menginterupsi, matanya masih fokus pada jam di layar ponselnya.

Aiden menatap satu persatu teman-temannya, ia mulai mengeluarkan boneka aneh dari dalam tas nya.

"Dengerin baik-baik peraturan nya, kita semua di sini main tanpa ada paksaan. Jangan ada yang berani keluar dari lingkaran secara tiba-tiba apapun yang terjadi. NGERTI" Tekan Aiden

"Ih kalian nyeremin bangett sih, emangnya ga ada game lain apa sampai harus main boneka kutukan di tengah hutan gini" ucap Vanessa, Dylan yang duduk di sampingnya mengangguk setuju.

"Pengecut Lo, masa gitu doang takut" nada tertawa garing.

"Udah-udah, jangan pada berantem, kita tunggu tepat jam dua belas baru game nya bisa di mulai" sahut Aiden, ia meletakkan boneka tanpa wajah itu di tengah-tengah mereka.  Boneka itu benar-benar menyeramkan, ia tak memiliki mata,hidung, dan mulut. Hanya ada tubuh yang usang dan sudah tak layak untuk digunakan main.

Aiden dan delapan belas temannya adalah remaja yang masih duduk di bangku SMA, mereka masih menginjakkan kaki di kelas 11 tepat nya di sekolah grunura Nusa indah Yogyakarta.

Libur semester kali ini, mereka sekelas memutuskan untuk hangout ramai-ramai ke hutan yang lumayan terkenal di  Yogyakarta. Tempat itu memang sering di jadikan area camping oleh masyarakat disana. 

"Lama banget sih den, bulu kuduk gue udah berdiri semua nih" ucap Radeon, wajahnya sudah di tekuk karena terlalu lama menunggu "gue nyesel karena ngikut kalian ke tempat begini, mending ngikut saran Ruka aja waktu itu hangout ke pantai"

"Baru nyesel kan Lo, udah gue bilangin juga ke tempat begini ga ada serunya. Lo pada sih kekeuh banget mau ngikutin Aiden" Ruka berucap, membanggakan dirinya sendiri.

"Husttttt! Udah diem! Kalian lupa kalau kita lagi di tengah hutan? Bisa jangan pada berantem ga sihhh" Vanya ikut berkomentar, perempuan introvert yang memang jarang sekali mengeluarkan suara itu.

Ica, Fandi, dan Angga nampak gemetaran, bukan karena takut melainkan suhu dingin pada malam itu benar-benar menusuk hingga tulang-tulang mereka.

"Dingin ya ca? Mau Fandi peluk ga?"

Ica langsung meringis, ia jijik melihat tingkah Fandi yang sok peduli padanya.

Alarm tiba-tiba berbunyi, dengan cepat gio mematikan layar ponselnya dan Aiden langsung mengangguk mantap ke arah nya.

"Inget ucapan gue, jangan ada yang keluar dari permainan secara tiba-tiba kalau kalian ga mau Nerima kutukan dari bonekanya.... Kita cuman perlu menyelesaikan permainan ini, oke?" Tegas Aiden

Satu persatu teman-temannya mulai mengangguk, Aiden meminta mereka untuk menautkan tangan satu sama lain, berharap hal itu dapat membuat mereka terhindar dari gangguan astral pada saat melakukan permainan boneka kutukan.

Suara Aiden berangsur lemah, ia mulai melantunkan Kalimat yang mereka percayai dapat mengundang arwah kutukan ke sekitar mereka.

"Ayo datang, ayo datang ayo datang" ucap Aiden dengan mata terpejam, setelah mengucapkan itu semua teman-temannya ikut merapalkan mantra yang sudah Aiden beri sebelumnya.

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang