Dimensi lain

48 12 0
                                    

Mentari pagi ini menampakkan sinarnya, seperti biasa kuki memulai kegiatannya dengan membersihkan tubuhnya.

Setelah selesai ia kemudian keluar dari kamar untuk membantu ibunya membuat kue.

Kuki adalah seorang gadis yang tinggal di sebuah desa, bersama dengan ibunya setiap hari Kuki akan keluar untuk menjajakan kue dagangannya. Sedikit cerita tentang Kuki, gadis itu berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya telah meninggal saat Kuki menginjak usia enam tahun. Lebih tepatnya, ayah Kuki hilang di hutan yang berada di samping desanya. Semua warga meyakini ayah Kuki habis di telan oleh binatang buas di hutan itu.

Membawa satu nampan berisi kue buatan dia dan ibunya, Kuki melangkah menelusuri setiap jalan setapak menuju rumah-rumah warga. Sesekali gadis itu berteriak untuk menarik perhatian, 

"kue...kue..."

Teriakan gadis itu memang berhasil menarik perhatian orang-orang di sekitarnya, selain rasa kue Kuki yang lezat, warga desa suka mengasihani gadis itu dan memilih untuk membelinya.

"Anak manis sini..." Teriak seorang perempuan dari arah rumahnya. Tangannya bergerak meminta gadis itu untuk mendekat.

"Mau beli kue yang mana, buk?" Tanya Kuki setelah ia tiba tepat di hadapan perempuan itu.

"Mau kue lapisnya empat dan Pai apelnya tiga" jawab perempuan itu.

Kuki mengangguk, tangannya dengan telaten bergerak untuk membungkus kue dan memberikannya pada perempuan tersebut.

"Bagaimana kabar ibumu?" Tanya perempuan itu.

"Ibu baik-baik saja" jawab Kuki, bibir nya menyunggingkan senyum paling manis. Setelah itu ia kemudian kembali melanjutkan perjalanan.

Kakinya terus terayun tak kenal lelah. Jauh sekali, Kuki terus berteriak menjajakan kue dagangannya sendiri. Sesaat gadis itu termangu di tempat. Ia samar-samar mendengar sebuah suara yang terus memanggil namanya.

"Kuki..."

Gadis itu menatap ke seluruh penjuru berusaha menemukan si asal suara. Tetapi hal yang membuat Kuki kebingungan, dia tidak mendapati satu orangpun disana. Hanya dirinya seorang.

Tiba-tiba ia merasa ada sebuah pergerakan di bawah kakinya, terburu-buru gadis itu menunduk untuk melihat dan menemukan seekor kelinci putih yang imut.

Kuki tersenyum, saat hendak mengangkat kelinci tersebut, kelinci itu malah meloncat dan menjauh beberapa langkah dari Kuki.

Gadis itu merungut, kelinci di depannya menatap sembari memainkan kumis tipisnya dengan genit.

Karena penasaran Kuki mendekat, ia mengikuti setiap loncatan yang di lakukan oleh kelinci.

Tanpa sadar dengan sekitar, gadis itu terus melangkah hingga menuju kedalam hutan. Kelinci itu seakan-akan membius Kuki hingga lupa dengan tempatnya berada. Cukup jauh gadis itu masuk ke hutan, hingga ia kembali disadarkan oleh suara lolongan dari serigala.

Gadis itu panik di tempat, ia mencengkram nampan kue milik nya. Suara lolongan itu semakin keras, membuat kuki terduduk lemas di tempat.

"Tolong!" Teriaknya.

Setelah itu kelinci tadi kembali muncul, ia memainkan kumisnya dan meloncat.

Kuki bangkit  dan mulai mengikuti kemana arah kelinci itu.

Semakin jauh, semakin masuk kedalam hutan, tibalah gadis itu disebuah batu yang sangat besar. Sungguh, batu itu menyaingi besar tubuhnya.

Kelinci itu berdiri di atas batu, Kuki melihatnya dengan kebingungan. Tat kala kelinci itu menghentakkan kaki di atas batu, Voila batu tersebut terbuka dan menampilkan sebuah pintu.

Sangat terpukau, Kuki perlahan melangkah, ia ragu-ragu masuk dan sedetik kemudian sebuah cahaya menghalau arah pandangnya. Setelah cahaya silau itu menghilang barulah Kuki bisa melihat dengan jelas dimana tempatnya berada.

Sebuah padang rumput yang sangat luas. Angin berhembus menerbangkan rambut Kuki yang tergerai bebas. Satu kata untuk tempat itu.

Indah.

"Kuki..."

Saat gadis itu masih menikmati suasana disana, suara seseorang itu kembali mengganggu.

Kuki mencari sumber suara, hingga disana beberapa senti dari tempatnya berdiri. Dia melihat seorang laki-laki.

Laki-laki itu tersenyum, tetapi tidak dengan Kuki yang mematung di tempat. Walaupun sudah lama, ia tidak akan pernah mungkin melupakan wajah itu. Wajah laki-laki yang amat ia rindukan.

Cinta pertama nya.

Kuki berangsur lemah, manik nya sudah meluruhkan air bening, lalu kemudian dari bibir ranumnya gadis itu berucap pelan,

"Ayah?"


Bersambung.





Sebenarnya kemarin cerita ini aku bikin pas lagi ada tugas bahasa Indonesia di sekolah. Karena gak tahu mau tulis cerita kayak gimana, akhirnya aku nulis cerita asal-asalan tanpa merhatiin diksi dan alur yang aku pakai.

Tapi menurutku ini lumayan lah buat nambahin nilai di sekolah. Wkwkk.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang