La Bouf

73 20 0
                                    

La Bouf



Hembusan angin menerpa halus wajah breena, ia bisa merasakan semilir angin menyejukkan wajahnya yang berkeringat.

Breena tetap terpejam, rasanya ia tak memiliki kekuatan sama sekali untuk sekedar membuka mata, Tubuhnya terasa remuk seperti habis jatuh dari jurang.

Perlahan-lahan ia membuka matanya, cahaya di sekelilingnya membuat gadis itu silau.

Hingga...

Nafasnya tercekat, sosok laki-laki dengan rahang tegas, bola matanya berwarna biru laut, hidungnya mancung dan telinga yang lebar membuat gadis itu tiba-tiba menahan nafas.

Ia kembali teringat dengan mimpi nya, ketika Ia bertemu dengan seorang peri yang mengucapkan kata sambutan pada nya.

Breena berpikir ia sedang bermimpi di negri yang sama tetapi dengan peri yang berbeda.

Wajah breena yang memerah karena ia menahan nafasnya membuat Herga menyemburkan tawa, pipi tembam gadis itu mengembung lucu.

"Berhenti menahan nafas mu, kau bisa mati dasar bocah!" Ucapnya.

Breena termangu, ia masih mencerna kejadian di hadapannya sekarang ini.

"Siapa kau? Apakah aku bermimpi lagi?" Racau nya, maniknya tetap fokus ke arah Herga.

"Kau tidak perlu tahu aku siapa, tapi yang jelas sekarang kau sedang tidak bermimpi"

Breena berusaha menggerakkan tangannya, tapi ia benar-benar tidak bisa. Tubuhnya terasa kaku.

"Obatnya masih belum bereaksi, besok mungkin kau sudah bisa berlari" ucap Herga.

Ia berjalan meninggalkan breena yang terbaring di atas kapas.

"Hei jangan tinggalkan aku, apa yang terjadi... Siapa kau! Dan mengapa aku bisa ada disini... Oh ya, apakah kau melihat teman ku? Harusnya dia bersama ku, kami tersesat di hutan dan... Ah sial aku tidak ingat apa-apa"

Herga menghela nafasnya jengah, ia kemudian mengirimkan signal kepada fawn untuk segera datang ke rumah nya.

Pagi buta tadi, tiba-tiba saja fawn datang mengetuk pintu rumah nya dengan brutal. Sambil menggerutu Herga terpaksa membukakan pintu untuk laki-laki itu.

Tapi pemandangan setelah ia membuka pintu membuat laki-laki itu langsung mematung di tempat.

Entah bertemu dan di dapatkan dari mana, fawn sudah menggendong seorang perempuan di punggungnya. Hal yang mengangetkan adalah, perempuan itu bukan peri dari kalangan negeri la Bouf. Melainkan seorang manusia yang tidak pernah di harapkan kehadirannya.

"Jaga dia untukku! Nanti aku jelaskan semuanya" ucap Fawn saat itu.

"Kau gila! Dari mana kau mendapatkan makhluk ini" balas Herga, ia menunjuk ke arah breena yang sudah tak sadarkan diri.

"Nanti aku jelaskan, untuk sekarang sembunyikan dia di tempat mu dulu, jangan biarkan satu orangpun mengetahui keberadaannya"

Tak perduli si empu pemilik rumah, fawn melongos masuk, kemudian membaringkan breena di atas kasur milik Herga. Jelas Herga langsung memasang wajah jengah.

"Dasar bedebah gila!" Rutuknya.

Mengingat kejadian pagi tadi membuat laki-laki itu meringis menahan kekesalannya.

Pintu rumah nya di ketuk seseorang, Herga mengernyitkan dahinya kebingungan.

Itu bukan fawn, ia tahu itu. Dari irama ketukan pintu itu saja sudah Herga tebak bahwa yang mengetuk pintu bukan fawn.

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang