Bosan

134 18 0
                                    


Bosan



Bosan?

Bosan dalam hubungan itu pasti ada. Melihat dia setiap hari, melakukan aktifitas dengan nya, bercerita tentang hari itu padanya. Singkatnya hidup mu hanya tentang dia.

Lalu suatu ketika, perasaan bosan itu muncul, kamu kebingungan harus bersikap seperti apa. Meninggalkan nya adalah pilihan yang berat, Bertahan dengan nya juga menyiksa.

Setahu ku, ketika aku bosan dengan hubungan ini aku akan mengingat momen dalam hubungan ini, susah dan senangnya.sehingga aku mampu mengusir rasa bosan itu. Mungkin Meninggalkan mu akan menjadi kesalahan besar ku, karena aku akan kehilangan sebagian dari hidup ku. Aku akan rela bertahan walau bosan itu menyiksa ku, asalkan dengan kamu aku rela dengan segala pengorbanan ini.

Tapi sepertinya jalan kita berbeda, kamu memilih menyerah dan menghancurkan hubungan yang lima tahun ini telah kita rawat indah. Hari ini adalah hari jadi kita yang ke lima tahun.

Aku ingat betul awal pertemuan kita, awal-awalnya aku menyukai mu dalam diam, hingga kelulusan SMA dulu kamu menyatakan cinta mu kepada ku. Menolak adalah hal bodoh, aku tidak mungkin menolak laki-laki yang selama ini selalu ku kagumi dalam diam.

Lalu sekarang kenangan lima tahun ini, akan terhapus begitu saja. Seakan-akan kita dari dulu dan detik ini adalah orang asing.

Aku tidak membenci mu, karena aku tahu rasa bosan itu lah yang membuat mu seperti ini, berubah lalu meninggalkan ku seorang diri dengan kehancuran dan rasa bersalah yang begitu besar.

Mungkin aku terlalu biasa, mungkin aku sudah tidak cantik lagi, tubuh ku mungkin sudah tidak se menarik itu, mungkin itu semua alasan mengapa perasaan mu berubah terhadap ku.

Aku menerima, walau sakit aku rasa. Aku tak mengapa, karena cinta memang tidak bisa di paksa.

Aku menatap rumah besar di samping rumah ku itu, di tangan ku sudah bertengger manis totebag berisi hadiah untuk hari jadi ke lima tahun ini.

Aku menuruni satu persatu anak tangga, kaki ini berayun menuju dapur dan mengambil beberapa lilin yang sudah ku siapkan sore tadi.

Aku melirik sekilas ke arah pintu kamar mama, ternyata mama belum pulang. Beliau memang sering lembur di kantor karena pekerjaannya.

Aku sebenarnya kasihan dengan mama, beliau harus rela mengorbankan waktunya mencari nafkah semenjak ayah meninggal dua tahun lalu.

Di usia ku yang masih 24 tahun ini, harusnya aku sudah bisa membanggakan mama, tapi apa dayaku. Aku masih berjuang magang di sebuah perusahaan di ibukota.

Setelah mendapatkan lilin, aku kemudian beranjak keluar dari rumah. Kedua tangan ku menopang kue full coklat kesukaan aku dan adrian, pacar ku selama lima tahun.

Aku dan Adrian adalah tetangga, semenjak berpacaran dengan Adrian laki-laki itu memutuskan untuk pindah ke samping rumah ku dengan alasan tidak ingin berjauhan. Aku hanya mengiyakan, malahan merasa senang dengan keputusan Adrian.

Tiba di depan pintu gerbang rumah Adrian, aku mulai menyalakan lilin yang tadi ku ambil di dapur, setelah menyalakan lilin di atas kue itu aku beranjak melangkah ke rumah besar itu.

Surprise ini sudah aku siapkan dari jauh-jauh hari, berharap hal ini dapat membuat sikap Adrian kembali seperti dulu. Benar, hari-hari ini Adrian mulai berubah, ia mulai malas ketika aku ajak jalan, atau dia akan menolak saat aku ingin berkunjung ke rumahnya. Alasannya seperti biasa, dia malas atau sedang tidak ingin di ganggu.

Aku menatap jam tangan ku, waktu sudah menunjukkan pukul 00:21tengah Malam. Mungkin Adrian sudah tidur, tapi masa bodo aku akan membuat laki-laki itu terkejut.

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang