Tuna Netra

145 23 0
                                    


Tuna netra







Namaku arkasa, laki-laki yang mempunyai penyakit yang biasanya orang sebut dengan tuna netra. Aku adalah seorang CEO disebuah perusahaan yang berada di Jakarta selatan. Perusahaan ku ini cukup terkenal di masyarakat.

Satu hal yang aku benci dari diriku yaitu, mataku. Karena mata ini aku tak bisa melihat dunia. Aku tak bisa lagi membaca dokumen-dokumen yang biasanya aku baca. Ini semua terjadi karena kecelakaan dua bulan lalu, kecelakaan itu telah merenggut hal yang paling penting dari hidup ku. Mata Ku, penglihatan Ku dan segalanya.

Aku duduk termenung di sebuah halte bus, tangan ku memegang tongkat sebagai pengganti mata Ku. Ini sudah menjadi kebiasaan ku yaitu duduk di halte sambil menunggu seorang wanita membantu ku menyebrangi jalan. Wanita ini tak aku kenal, tapi dia setiap hari selalu dengan senang hati menuntun ku untuk menyebrangi jalan. Suaranya yang lembut membekas dalam benak ku, dia adalah wanita yang benar benar paling aku ingin lihat wajahnya. Aku yakin dia cantik, karena dari sikapnya saja sudah mencerminkan hal itu.

"Haii- lama menunggu ya" kata wanita itu. Dia membantu ku berdiri dan menggenggam tangan ku. Dia selalu begitu, datang dan langsung melakukan tugasnya.

"Maaf ya aku terlambat, soalnya tadi ada kerjaan" kata wanita itu berjalan di samping ku,

"Hahaha tidak apa-apa, aku cukup santai untuk menunggu mu lagian kan tanpa mu aku tak bisa menyebrangi jalan" jawab ku tertawa.

Wanita itu ikut tertawa, "kita cukup lama saling mengenal, tapi aku belum tahu namamu"

Kami tiba diseberang jalan, kami sepertinya berhasil menyebrangi jalan yang terdengar ramai itu. "arkasa, namaku arkasa" kataku memperkn diri

"Nama yg bagus" pujinya "aku Alexxa, panggil saja lexxa"

Akhirnya aku bisa mengetahui namanya setelah sekian lama,

"Baiklah, kita sudah menyebrang. Kalau begitu aku izin pamit, sepertinya kantor tempat ku bekerja sudah buka" ucap Alexxa melepas kan genggaman tangan nya.

"Lexxa?" Panggil Ku pelan.

Dia sudah pergi, dia tak menjawab panggilan ku itu. Padahal baru saja aku ingin bilang bahwa dalam dua Minggu ini kita tidak akan bertemu, karena besok aku sudah harus berangkat ke Singapura untuk melakukan operasi mata. Aku takut Alexxa tak mau lagi bertemu dengan Ku kalau aku pergi secara tiba-tiba.

*
*
*
*
09.15

Tiga Minggu berlalu, aku kembali ke Indonesia lebih lama dari hari yang telah terjadwal kan. Operasi pada mata ku berjalan lancar dan Sekarang aku sudah mampu untuk melihat kembali.

Aku rindu Alexxa, wanita itu selalu berhasil membuat ku terbayang-bayang. Inilah waktunya, aku akan bisa melihat wajah Alexxa untuk pertama kalinya. Alexxa IM COMMING.

Aku duduk di halte menunggu wanita yang bernama Alexxa itu, di tangan ku masih setia ada tongkat dan aku juga memakai kacamata hitam, seperti khasnya orang buta. Aku mengamati semua orang yang datang, menimbang apakah dia Alexxa atau bukan.

13.30

Lama sekali aku menunggu, tapi Alexxa tak kunjung juga muncul. Entahlah kemana perginya, biasanya dia tak pernah telat seperti ini. Atau jangan-jangan dia sudah melupakan Ku? Lupa bahwa aku pernah ada dalam hidup nya.

"Hai arkasa," aku terbuyar dari lamunan ku saat tiba-tiba saja seorang wanita bermata bulat kebiruan dengan rambut panjang sepinggang yang hitam pekat. Senyum terukir di wajahnya, cantik. Dia bagai bidadari.

Aku terpana melihat kecantikan nya, apakah wanita cantik di hadapan ku ini adalah Alexxa? Semoga iya.

"Aku pikir kamu sudah tidak tinggal disekitar sini lagi, soalnya tiga Minggu ini aku tak pernah bertemu dengan mu lagi" kata wanita dihadapan ku ini, sekarang aku semakin yakin bahwa dia adalah Alexxa, gadis yang selama ini ingin sekali ku tatap wajahnya.

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang