Everything is gonna be okey
Aku terkesiap saat melihat laki-laki yang ku benci Duduk berhadapan dengan Ku, rasanya saat ini aku ingin menghilang saja dari bumi ini.
"Ayo pulang" ajak Alan menatap ku dengan sengit. Aku berdecak kesal, melihat Alan yang sok-sokan yang ingin mengajak ku pulang padahal kemarin dia sendiri yang mengusir ku.
Baiklah, kenalin aku zelvia, orang-orang terdekat biasanya lebih sering memanggil Zee atau via. Aku masih duduk di bangku SMA, tepatnya di kelas 12 IPS 4.
Tapi kebanyakan orang tidak tahu bahwa sebenarnya aku sudah menikah, dan laki-laki di hadapan ku ini adalah orang yang aku nikahi.
"Mimpi apa Lo ngajakin pulang?" Ucap gue sinis "Takut ya gue aduin ke Tante Risa kalau Lo habis gituan sama Gita si cewek girang"
Brakkkk! Alan menggebrak meja dengan keras, aku yang tadi berusaha berani langsung ciut seketika.
"Jaga ucapan Lo ya! Kalau bukan bunda yang nyuruh gue juga gak bakalan pernah ngajakin Lo pulang" bentak nya.
Syukurnya tak ada satupun orang yang berada di kelas siang ini, sebab semua murid sedang berada di kantin untuk mengisi perut mereka.
Tak ku hiraukan sama sekali bentakan Alan, aku hanya berlalu pergi meninggalkan nya yang masih terlihat emosi. Dari awal aku juga tidak pernah menginginkan pernikahan ini terjadi, aku dan Alan terpaksa menikah karena mengikuti keinginan kedua orang tua kami.
Semenjak menikah dengan Alan, hidup ku bisa dibilang berubah, aku lupa kapan terakhir kali aku hidup dengan bebas tanpa larangan.
Alan kembali menggebrak meja, ah tidak! Ku ralat perkataan ku barusan. Dia tidak menggebrak meja melainkan ia memukul varo teman sekelas ku.
Aku bingung, sejak kapan laki-laki itu berada di dalam kelas? Perasaan tadi dia tidak ada.tapi jika ku pikir varo memang tipikal murid yang suka tidur saat berada di kelas, mungkin aku yang tidak menyadari keberadaan nya.
Aku menghampiri varo dengan tergesa-gesa, sifat Alan yang paling tidak aku sukai salah satunya adalah hal ini. Laki-laki itu sering kali melampiaskan kemarahannya kepada orang lain, dan sekarang varo yang malang adalah sasaran nya.
Varo terkulai lemas di atas lantai sambil memegangi pipinya yang habis di tonjok oleh Alan, wajahnya juga nampak kebingungan karena tiba-tiba saja di pukul tanpa sebab.
"Varo Lo gakpp?" Basa basi yang sangat basi memang, padahal jelas-jelas aku bisa melihat bahwa wajah varo sudah lebam karena pukulan itu.
Aku melirik Alan dengan kesal, ia sama sekali tak menunjukkan ekspresi bersalah.
Rintihan terdengar dari mulut varo, laki-laki itu menatap ku dengan tatapan yang sulit buat aku artikan.
"Varo, maafin gue." Kata ku tak tahu lagi harus melakukan apa,
"Ngapain Lo yang minta maaf ini kan salah nya si bangsat" balas varo datar, kemudian ia melirik Alan dengan tatapan elang nya. Varo berdiri dari duduknya, ia mendekat ke arah Alan yang sama datarnya.
Aku berdecak kesal, sudah bisa ku tebak setelah ini apa yang akan terjadi. Dua jantan itu pasti akan berkelahi.
Varo menarik kerah seragam yang Alan kenakan, Wajahnya terlihat memerah karena emosinya yang tertahan. Sedetik kemudian Bogeman Alan terima dari varo, mereka berdua nampak saling balas membalas tinjuan.
Rasanya sangat malas untuk melihat perkelahian itu, lagian juga aku tidak terlalu peduli tentang Alan, biarlah laki-laki itu mampus karena perkelahian itu. Tapi tunggu? Bagaimana dengan varo? Laki-laki itu kan tidak bersalah, aku juga tidak mungkin sejahat itu untuk membiarkan nya terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
Cerita PendekRandom short story✓ One shoot✓ Terimakasih untuk yang sudah mampir dan untuk yang sudah tekan vote. Aku sungguh menghargai itu.... Thank you very khamsa.