1

42.3K 2K 39
                                    

"Miu udah shift-nya?" tanya Randi, kepala pelayan restoran milik Flora Adistya selaku mama kandung Miu.

Miu menatap Randi dengan wajah lelah dan jengkel. Ini baru hari pertamanya dan belum apa-apa ia sudah menerima makian pelanggan. Miu hampir membalas makian pelanggan yang datang kalau bukan karena Randi yang maju dan berhadapan dengan pelanggan yang dilayani Miu. Ya, bagaimana Miu tidak dimarahi kalau tingkahnya seperti pelayan di Karen's Diner?

Padahal, restoran milik mamanya yang bernama Luxury Dine itu merupakan restoran fine dining paling terkenal di kota Parama. Tentu saja pelanggannya mengharapkan pelayanan luar biasa ramah dan hangat. Sayangnya, karena hari ini merupakan hari pertama Miu dan ia juga tidak niat bekerja di sana, Miu bertingkah menyebalkan sepanjang hari kepada pelanggan sampai akhirnya disemprot oleh salah satu yang datang di sana.

"Diem deh, Pak! Nggak lihat jam apa?" ketus Miu garang membuat Randi mundur dengan wajah meringis.

Randi jarang bertemu dengan Miu. Mungkin sesekali saat Miu datang untuk makan malam di sana karena dipanggil oleh Flora. Dalam waktu itu, Randi biasa melihat sosok Miu yang tenang dan kalem. Kelihatan seperti tipikal anak orang kaya yang sopan dan ramah. Ia tidak tahu kalau ternyata kesabaran Miu lebih tipis dari tisu.

"Masih kesal ya, karena dimarahi tadi?" tanya Randi lagi dengan wajah tak enak. "Soalnya, pelanggan di sini pasti maunya dilayani dengan ramah karena mereka udah bayar mahal."

Miu melepaskan ikat rambut dan nametag-nya sambil bersungut-sungut. "Makan, mah, makan aja! Repot amat!"

Randi mengernyitkan wajahnya. Ia tidak bisa meredakan kekesalan Miu. Sementara, Miu sudah grasak-grusuk membuka lokernya dan mengambil pakaiannya. Ia melirik kepada Randi dengan wajah kesal.

"Bapak ngapain masih di sini? Mau nungguin saya ganti baju juga?" cerca Miu ganas membuat Randi mengambil langkah mundur lagi.

"E-eh, iya. Maaf-maaf. Kamu ganti baju dulu aja, biar saya keluar."

Randi buru-buru keluar dari ruang loker sebelum disemprot oleh anak bosnya lagi. Sementara, Miu mendengkus jengkel, mengganti seragam pelayannya yang terdiri dari kemeja pas badan dengan leher berenda dan dasi kupu-kupu, serta rok pendek di atas lutut warna hitam dengan kaus v-neck biru pastel dan celana boyfriend jeans yang bahannya kelihatan sangat bagus dan halus. Seluruh pakaian Miu memang berbahan halus dan lembut, tetapi tidak pernah ada merk terpampang di pakaiannya. Menurut Miu, pakaian yang ada merknya itu kelihatan norak. Seperti orang baru kaya mau pamer harta saja.

Miu keluar dari loker dengan wajah kusut dan jengkel, sambil menyandang tas Bottega Veneta padded cassete-nya yang berwarna hitam. Rambut panjang sepunggungnya dibiarkan terurai. Beberapa pelayan yang melihat Miu berjalan dengan wajah masam langsung membungkuk hormat kepadanya. Walau Flora memberitahu mereka supaya memperlakukan Miu seperti pegawai biasa, bagaimana bisa mereka melakukannya? Sang gadis tidak mengizinkan siapapun bicara santai padanya dan ia juga tidak mau didekati karena kepalang jengkel dengan keputusan orang tuanya yang membuatnya menjadi pelayan di Luxury Dine.

Yah, salah Miu sendiri sebenarnya. Bulan lalu, ia menghabiskan tiga digit uang orang tuanya untuk membeli kalung berlian. Padahal, Miu tidak bekerja dan selama ini dibiayai oleh orang tuanya. Namun, karena diberikan akses black card oleh papanya, Victor Adistya, Miu jadi bebas belanja apa saja. Sampai-sampai, tiga digit ia habiskan setiap bulannya. Dan bulan lalu adalah batas kesabaran terakhir Victor.

Miu yang selama ini sangat dimanja dan disayang-sayang harus menerima omelan dari kedua orang tuanya. Black card-nya disita, membuatnya tidak bisa belanja gila-gilaan seperti biasanya. Tidak cuma itu, Miu dipaksa bekerja menjadi pelayan juga. Namun, sepertinya cara itu tidak terlalu efektif. Miu bukannya berubah, malah membuat kekacauan di hari pertamanya.

Bratty WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang