Pertemuan pertamanya dengan Miu Adistya membuat Rasen menyadari jika perempuan itu bersikap seperti dirinya. Bukan. Bukan soal wibawa atau kecermatan dalam bekerja. Namun, dalam soal penolakan tanpa kata.
Miu datang hampir dua jam lebih lambat dari jadwal janji temu mereka. Perempuan itu sengaja berpenampilan heboh dan bertingkah centil, tetapi Rasen bisa melihat keengganan di matanya. Juga, entah bagaimana Miu tahu soal dirinya yang tak suka anggur putih, perempuan itu sengaja memesankannya untuk mereka minum.
Walau pada akhirnya, Rasen melihat raut Miu yang kelihatan jengkel saat pertama kali meneguknya. Rasen bisa menebak jika Miu bukan peminum dari reaksinya meneguk anggur putih. Rasen ingin menertawai Miu yang kelihatan kesulitan berjalan dengan high heels-nya yang sangat tinggi. Namun, ia juga sedikit khawatir jika perempuan itu sampai jatuh.
Miu punya tubuh yang kecil. Sudah pakai hak tinggi, Miu masih tidak lebih tinggi dari bahunya. Bagaimana kalau tidak pakai? Pasti lebih mungil lagi.
Rasen menggeleng dengan senyum samar yang sinis. Anak itu berusaha keras menolaknya.
"Kak."
Rasen mengarahkan tatapannya ke arah pintu ruangannya. Lisnia masuk ke dalam sambil membawakan dokumen.
"Ini dokumen akuisisi InStyle Magz sama laporan keuangan mereka setelah audit." Lisnia mengantarkan dokumen itu ke meja Rasen.
Rasen mengangguk. "Makasih."
Lisnia tak menjawab, tak juga langsung pergi. Ia terdiam sejenak, menatap wajah Rasen yang datar seperti biasanya.
"Gimana?" tanya Lisnia membuat Rasen menatapnya dengan wajah bertanya. "Miu Adistya. Gimana?"
Rasen menarik napas sekali, memberi senyum hambar sambil menggeleng. Lisnia hanya mengerutkan kening, tidak tahu apa arti gelengan kepala Rasen.
"Dia beda sama yang kamu tunjukkin," ujar Rasen.
Lisnia mengerutkan alisnya. "Beda gimana?"
Rasen tidak membalas, hanya diam saja. Melihat reaksi Rasen, Lisnia lantas mengeluarkan ponselnya lagi dan menunjukkan akun instagram Miu kepadanya. Unggahan foto Miu bertambah satu, menjadi 25 foto. Rasen melihat satu foto baru yang diunggah di hari yang sama dengan hari mereka bertemu.
Pada foto itu, Miu memamerkan sebotol anggur putih yang Rasen yakin berasal dari hotel papanya. Tangannya yang kecil memegang leher botol. Rasen bisa merasakan jika Miu kesulitan memegang botol itu dengan satu tangan dari caranya mengambil foto. Lalu, ada caption di bawah fotonya.
Whoever created this motherfuckin' white shitty wine, you should go to hell!
Rasen langsung mendengkus geli usai membaca caption itu. Benar, 'kan! Perempuan itu memang tidak menyukai anggur putih! Namun, Miu masih ngeyel, memintanya menyediakan anggur putih untuk setiap kencan mereka. Benar-benar keras kepala.
Lisnia membulatkan matanya, menatap Rasen dengan alis terangkat tinggi saat melihat Rasen tertawa. Bukan tawa lepas, tetapi seperti tawa yang ditahan. Namun, tetap saja itu agak aneh.
Rasen jarang tertawa. Aneh sekali jika baru sekali bertemu dengan Miu, unggahan fotonya bisa membuat Rasen tertawa begitu saja. Bukankah itu berarti Miu sanggup mencairkan hati Rasen yang membeku?
"Kakak ketawa?" Lisnia menatap Rasen terkejut.
Rasen segera memasang ekspresi datar, mengabaikan Lisnia sambil mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.
"Apa yang terjadi kemarin? Dia baik? Dia lucu? Kakak suka sama dia?" cecar Lisnia penasaran.
"Nggak," jawab Rasen, singkat dan tanpa berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratty Wife
RomanceWarn! Mature Content 21+ Kepalang geram dengan tingkah Miu Adistya yang manja, kedua orang tua Miu memutuskan menjodohkan sang anak bungsu dengan lelaki dari keluarga Kanagara. Tentu saja, hal itu membuat Miu memberontak. Pasalnya, Rasendriya Kanaga...