22 [Fanservice]

31.1K 1.8K 180
                                    

Karena gue liat kalian kayaknya suka yg detail2, ya udah gue kasih. Kalian yg mau yak. Gue hanya menyediakan. Btw ini gue bikin draft baru, jadi di pdf gaada. Sesuai subjudul, ini fanservice. Good luck.

Miu tidak pernah melihat Rasen lebih ganas dari ini, selain pada malam ia memberikan fingering pertama untuknya. Lelaki itu melumati bibirnya, sangat ganas sampai Miu menjerit minta dilepaskan. Bukan dilepaskan, kesempatan itu malah digunakan oleh Rasen untuk mengadu lidah mereka. Miu tersedak napasnya sendiri, mencoba berontak tetapi Rasen mencengkeram tubuhnya erat, tak peduli walau Miu memukulinya.

Tangannya dengan dengan lincah menyelinap ke dalam gaun tidur Miu, bergerilya di dalam sana menyentuh kulitnya yang mulus. Sekali lagi, Miu menjerit tak terima. Ia memukul dada Rasen lagi dengan keras. Dara keras kepala itu tak mau mengalah walau ciuman Rasen sudah menyulut gairahnya.

Tidak, sebenarnya, Miu sudah sedikit seperti itu ketika membaca novelnya. Namun, ia kehilangan gairah itu saat beradu mulut dengan Rasen dan disulut lagi kala lelaki itu mulai menyentuhnya. Rasen hanya satu kali menyentuh tubuh Miu, tetapi tubuh Miu sudah takluk kepada lelaki itu tanpa diminta.

Si keras kepala itu menjerit lagi sambil berontak, membuat gerayangan Rasen terhenti dan ia memutuskan untuk merobek gaun tidur Miu begitu saja. Robekan kainnya terdengar begitu nyaring di telinga Miu, sementara udara dingin dari pendingin ruangan menyentuh tubuhnya yang memanas. Tangan besar Rasen kembali menyentuh tubuhnya, sementara bibirnya kembali melumat bibir Miu.

Miu menyesal, ia harusnya memakai pakaian dalam yang lengkap. Ia tidak pernah memakai bra-nya selama Rasen keluar masuk apartemennya. Bukan karena ingin menggoda, tetapi karena yakin Rasen tidak bisa melihatnya juga. Miu yakin, ukuran payudaranya bisa tersembunyi di balik gaun tidurnya.

Sayangnya, dara itu salah perhitungan. Rasen selalu bisa melihatnya. Setiap hari, ia menelan ludah, menahan diri untuk tidak sembarangan menyentuh calon istrinya yang sedang merajuk. Rasen tidak mau membuat Miu semakin tidak suka padanya.

Akan tetapi, malam ini, Rasen tidak mau peduli lagi. Ia sudah menjamah tubuh sang dara, meski kejantanannya belum sempat merobek selaput daranya. Sial, memikirkan hal itu membuat ereksinya semakin keras. Ciuman Rasen berpindah ke leher Miu pada akhirnya, menggigitnya kuat untuk meninggalkan bekas kepemilikan di tubuhnya. Supaya saat perempuan itu bercermin nanti, ia akan ingat jika dirinya hanyalah milik Rasen.

Lelaki itu biasanya tenang, sabar dan tidak mudah terpancing emosinya. Malam ini, agaknya Miu berhasil membuat Rasen gila. Semakin gila saat lelaki itu menurunkan bibirnya menuju ke payudaranya, menghisap dagingnya lembut dan menjilatinya berulang-ulang. Tidak lupa juga meninggalkan bekas yang wajib menghiasi tubuhnya.

Miu menjenggut rambut Rasen, mencoba menjauhkan wajah lelaki itu dari dadanya. Rasen memang menjauh karena jenggutan Miu di rambutnya, tetapi ia melakukan itu untuk meraih robekan gaun Miu dan mengikat tangan perempuan itu ke kepala ranjang.

"Lepas!" pekik Miu terengah dengan wajah memerah karena bergairah.

Ah, tubuhnya mendamba Rasen, tetapi egonya melarangnya. Jika membiarkan Rasen menyentuhnya, berarti ia kalah!

Tapi, lo suka tangannya. Jarinya, lidahnya. Lo tahu, lo suka.

Hati kecil Miu berbisik. Benar. Ia suka, tapi ia tidak mau kalah ego. Ia 'kan, akan membatalkan pernikahan ini!

"Nggak akan, Miu Kanagara," desis Rasen rendah, menatap matanya lurus dengan wajah datar.

Perut Miu terasa ngilu, bercampur geli saat mendengar suara berat Rasen. Seluruh tubuhnya merinding. Dan pusat tubuhnya semakin basah. Sialan, kenapa bereaksi begitu?

Bratty WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang