"Perasaan, kita hampir tiap hari deh ngumpul di sini," kata Abel sambil melirik Miu yang baru selesai mandi.
Mereka berempat baru saja kembali dari gym, mandi bergantian di kamar mandi dan yang selesai duluan memasak makan malam. Kebetulan, Sara dan Abel selesai duluan. Jadilah mereka yang memasak. Yah, bukan memasak, hanya menggoreng ayam ungkep yang disimpan Miu di kulkasnya. Sementara Nessa membantu mencuci peralatan yang terpakai dan Miu duduk di meja makan dengan wajah kusut, tidak minat melakukan apa-apa.
Sudah tiga minggu Miu tinggal di apartemennya, menolak pulang ke rumah dan memindahkan banyak barang-barangnya kemari. Juli setiap hari datang ke apartemennya untuk membersihkan kamar Miu atau mengirim cucian Miu ke tukang laundry. Asisten rumah tangga untuk apartemen Miu masih kosong dan sementara, Juli yang merangkap menjadi asisten rumah tangganya.
Miu tantrum, tidak mau dinikahkan dengan Rasen tetapi tidak bisa menolak. Jadinya, perempuan itu memprotes dengan cara keluar dari rumah dan tidak mau tinggal dengan orang tuanya dan juga kakak-kakaknya. Meski tahu jika Miu merajuk, tidak ada yang membujuknya atau mengatakan sesuatu seperti akan membatalkan pernikahan. Miu semakin geram.
Dilampiaskannya juga kegeramannya itu kepada Rasen yang mencoba untuk bicara padanya. Sudah tiga minggu Miu mengabaikan pesan Rasen, tidak mau menjawab teleponnya juga. Lelaki itu sudah mengirimkan berbagai hadiah ke apartemennya (yang Miu yakin Rasen ketahui melalui kakak-kakaknya atau orang tuanya), tetapi tidak ada yang sanggup membuat Miu berhenti marah. Sepenuhnya, sang dara mengabaikan Rasen dan tadi pagi juga, Miu akhirnya memblokir nomor telepon Rasen.
"Kita, 'kan nemenin Miu gabut di sini," kata Sara sambil menatap ke arah Miu yang memasang wajah masam. "Lupa lo, dia ngambek gara-gara mau dikawinin?"
Abel membulatkan bibir. "Oh, iya juga ya! Jadi, ini lo masih ambekan sama om ganteng itu?"
"Pakai nanya lo! Noh, bunga dari om gantengnya masih nangkring di depan rumah tiap hari. Nggak cuma itu, Miu dapet sepatu atau tas mulu dari om ganteng. Semua brand kesayangan dia lagi, sampai yang dia udah punya juga dikirim sama om ganteng!" cerocos Sara membuat Abel menatap Miu sambil mengernyit.
"Lo kenapa sih, nggak mau nikahin dia emang?" tanya Abel penasaran.
"Ya, pokoknya nggak mau," sahut Miu agak ketus, tidak memberi alasan konkrit kenapa.
Abel melirik Sara dan Nessa dengan wajah malas. Tentu saja perempuan itu tahu jawabannya kalau Miu tidak mau memberi alasan jelas. Pasti ada masalah dengan kemauan yang tak terpenuhi atau, egonya disenggol.
"Padahal, laki lo udah pedes banget kayak nasi goreng spesial ekstra cabe terus telornya dua!" celetuk Abel membuat Nessa tertawa.
"Anjing, laki Miu disamain sama nasi goreng!" sahutnya.
"Ya, gimana! Lo lihat sendiri lakinya waktu nyusul kita ke Heaven Shot. Anjirlah, itu cowok sedap banget, kalau bukan punya Miu, gue gaplok kali!" Abel memberi gestur seakan mau menerkam pada Nessa.
Sara mengulurkan tangannya, menonyor kepala Abel. "Nggak usah mancing keributan lo. Nggak lihat tuh, gadun kita matanya udah berlaser!"
Abel melirik pada Miu yang sudah mendelik padanya. Tidak tahu apakah perempuan itu kesal karena lelakinya disebut-sebut dalam pembicaraan mereka atau Miu tak senang mendengar lelakinya dipuji perempuan lain.
"Dia bukan laki gue, ya!" ketus Miu.
"Soon!" sahut Sara kalem.
"Padahal, Abel ada benernya juga sih. Laki lo sedap banget tuh, kalau gue ketemu dia di kelab, gue nyodorin minta dibungkus," ujar Nessa membuat Miu mendengkus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratty Wife
RomanceWarn! Mature Content 21+ Kepalang geram dengan tingkah Miu Adistya yang manja, kedua orang tua Miu memutuskan menjodohkan sang anak bungsu dengan lelaki dari keluarga Kanagara. Tentu saja, hal itu membuat Miu memberontak. Pasalnya, Rasendriya Kanaga...