11

22.2K 1.8K 103
                                    

Shift kerja Miu akan segera berakhir dalam dua puluh menit saat matanya melihat Rasen masuk ke Luxury Dine. Hari ini, Miu melihat Rasen mengenakan jas cokelat susu yang kelihatan simpel. Rambutnya yang dipotong model crew cut disisir rapi, kelihatan sedikit mengilap karena minyak rambut. Rasen disambut sopan oleh pelayan lain sementara Miu membereskan meja. Mereka sempat bertemu pandang selama beberapa detik, sampai Miu memutuskan untuk tidak menatap ke arahnya lagi dan Rasen malah tak bisa melepaskan tatapannya dari Miu.

Miu masih saja kelihatan cantik dengan seragam pelayannya, kemeja putih dengan dasi kupu-kupu dan rok hitam di atas lutut. Rambutnya disanggul rapi, memamerkan fitur wajahnya yang lembut dan manis. Miu kelihatan berusaha keras supaya tidak melihat ke arah Rasen lagi. Mata Rasen terus mengamati Miu. Ia kelihatan cekatan dengan pekerjaannya.

Perempuan itu menyelesaikan pekerjaannya, membawa piring kotor ke belakang dengan troli dan membantu mencuci piring. Lalu, shift-nya berakhir. Miu baru saja mau pergi saat ia seorang pelayan yang bernama Sela masuk ke dalam sambil terisak. Saat ditanya kenapa oleh yang lainnya, tangisnya makin menjadi.

Miu tak suka mengurusi masalah begini sebenarnya, tetapi karena sudah terjadi di depan matanya, ia terpaksa maju. Perempuan itu mendekat ke arah Sela sambil menatapnya dengan wajah datar.

"Kenapa?" tanyanya dengan nada tenang.

Melihat wajah Miu, Sela menghentikan tangisannya dan memasang wajah takut. Ia menggeleng seakan mengatakan jika ia tak apa-apa. Namun, Miu sudah telanjur ikut campur.

"Kalau nggak ada apa-apa ngapain lo nangis?" ketus Miu setengah kesal membuat Sela menunduk. Miu menghela napas. "Kenapa? Biar gue yang urus. Pak Randi lagi sibuk sama VIP di lantai dua, 'kan?"

Sela menatap wajah Miu,menggigit bibirnya ragu dan menelan ludah kasar sebelum bicara. "A-ada orang mesum di meja 6."

Alis Miu langsung bertaut. "Orang mesum?"

Pernyataan Sela membuat pelayan lainnya melirik satu sama lain. Miu masih menatap Sela dengan wajah berkerut sampai salah satu pelayan laki-laki bernama Fadi buka suara.

"Orang yang di meja enam, laki-laki yang biasa itu?" tanya Fadi pada Sela yang dibalas anggukan.

Miu menoleh kepada Fadi. "Biasa?"

Fadi tergagap. "I-iya, Non. Dia biasa ke sini tiap Kamis dan kalau dia datang yang melayani pelayan laki-laki. Soalnya kalau sama pelayan perempuan ..."

Ucapan Fadi terhenti, ia melirik Sela yang menangis, juga melirik pelayan lain meminta bantuan supaya menjelaskan kepada Miu kenapa.

"Apa? Dia pegang-pegang?" tanya Miu tapi tak ada jawaban. Miu beralih pada Sela. "Dia ngapain lo?"

"Dia nunjukkin pe-penisnya, Non," cicit Sela membuat Miu menghela napas kesal.

Ah, sialan. Sudah 2023 dan masih saja ada orang seperti ini.

"Dia pesan apa? Meja nomor enam?" tanya Miu dengan wajah serius.

"Pesan steak, Non."

Miu membalikkan badannya menuju ke dapur. "Pesanan meja nomor enam udah siap?"

"Siap!"

"Sekalian dia minta air panas mendidih, ada nggak?" tanya Miu lagi.

"Ada, ada. Mau secangkir, Non?"

"Kasih segelas stainless besar itu."

Lalu, Miu beranjak keluar dari dapur sambil membawa pesanan meja nomor enam, steak dan air panas yang bisa membakar kulit siapa saja.

Bratty WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang