26

24K 1.9K 53
                                    

Miu menemui desainer gaun pengantinnya untuk mengepas gaun resepsi hari ini.

Rasen kebetulan tidak bisa menemaninya karena ada rapat. Miu tidak mempermasalahkan hal itu. Ia menatap ke cermin, mengamati dirinya dalam balutan gaun pengantin dengan model tanpa lengan dan memiliki sweetheart neckline yang memamerkan bahunya yang cantik. Slit di bagian bawah gaunnya cukup tinggi, memamerkan kakinya yang mulus dan bersih.

Miu berbalik menghadap desainernya. "Saya suka ini."

Desainer itu mengangguk, tersenyum pada Miu yang masih bercermin. Tetapi, matanya tertuju pada satu titik di paha Miu.

"Untuk bagian slit-nya, apa saya jahit aja, Kak? Jadi nggak perlu ada slit," katanya sambil tersenyum canggung.

Miu mengangkat alisnya. "Kenapa? Ini bagus, kok."

"Itu, kalau mau ada slit, Kakaknya harus bilang ke calon suami biar nggak ninggalin jejak di area paha," ujarnya kikuk. "Bukannya apa, tapi kalau dikasih lihat bekasnya, nanti di foto jadinya aneh, kayak korban kekerasan."

Miu mengedipkan mata bingung. Jejak apa? Ia menunduk, menatap pahanya yang mencuat dari slit gaun dan mendelik saat melihat bekas hisapan dan gigitan Rasen di sekitar pahanya. Miu langsung menyembunyikannya dengan wajah panas. Ia sama sekali lupa jika ada bekas itu di sana.

Rasen suka sekali meninggalkan bekas. Bahkan, meninggalkan bekasnya di area yang tidak umum seperti paha. Miu tidak berkomentar soal hobi Rasen meninggalkan jejaknya di tubuh Miu, karena lelaki itu hanya meninggalkannya di tempat yang tidak terlalu tampak, seperti paha. Sialnya, Miu lupa jika jejak Rasen pasti tampak kalau ia mengenakan gaun pengantinnya.

Ia melirik desainer gaunnya yang tersenyum dengan wajah diusahakan sedatar mungkin. Walau rona merah jambu sudah menjalari wajahnya dan tidak bisa menyembunyikan perasaannya, Miu berdeham dan dengan tenang menyahut.

"Nggak apa-apa, biarin aja slit-nya," kata Miu tenang.

Ia akan memperingatkan Rasen soal meninggalkan jejak. Laki-laki itu sepertinya senang melakukan ini, seakan meninggalkan jejak di tubuhnya menunjukkan jika Miu miliknya. Untung saja Miu tidak pergi bersama Juli, karena ia memberi izin cuti untuk Juli hari ini. Kalau ada Juli, Miu bisa membayangkan bagaimana raut meledeknya.

Miu berbalik menuju ruang ganti, mengganti gaun pengantinnya dengan pakaiannya yang sebelumnya. Akhir-akhir ini, ia sangat sibuk, bolak-balik ke WO untuk memeriksa perkembangan resepsi mereka, memilih bunga untuk dekorasi, memilih perlengkapan apa saja untuk acara lamaran dan juga baru saja ia melakukan foto pre-wedding dengan Rasen minggu lalu.

Sejauh ini, persiapannya berjalan dengan baik. Miu juga tidak lagi ingin membatalkan pernikahannya. Yah, perempuan itu sudah menyerah, walau masih gengsi bersikap lebih lembut kepada Rasen. Namun, perhatian-perhatian kecilnya tetap muncul untuk sang calon suami yang akan dinikahinya. Miu keluar dari ruang ganti, bicara sejenak dengan desainernya tentang apa saja yang diperlukan untuk tambahan gaunnya.

Lalu, Miu mengemudikan mobilnya menuju ke toko perhiasan. Rasen juga akan ke sana setelah selesai rapat. Miu dengan santai mengemudi, saat tanpa sengaja sebuah taksi yang remnya tidak berfungsi menabrak mobil Miu. Taksi itu berada di belakang Miu, melaju agak kencang saat akan berhenti di lampu lalu lintas yang menyala berwarna merah.

Ia menghantam bagian belakang mobil Miu, membuat mobilnya beradu dengan truk di depannya. Tubuh Miu tentu saja langsung menghantam kemudi dan wajahnya hampir menghantam air bag. Oh, tidak dengan wajahnya! Ia akan segera mengadakan resepsi pernikahan, tidak lucu jika wajahnya terluka. Miu berusaha keras melindungi wajahnya, membuat lengannya bertubrukan keras dengan kemudi.

Bratty WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang