16

25K 1.8K 135
                                    

Miu tertidur saat tiba di penthouse milik Rasen. Jeremy dibiarkan pulang untuk beristirahat setelah mengantar mereka kembali ke rumah. Dan tentu saja, lelaki itu akan menerima tambahan lembur yang lumayan besar karena dipanggil pada jam tak wajar.

Rasen menggendong Miu masuk ke dalam penthouse-nya, membawanya ke kamar dan membersihkan wajahnya seperti yang diinstruksikan oleh Abel. Juga, Rasen tak lupa membasuh wajah Miu dengan handuk bersih yang dibasahi dengan air hangat. Setelahnya, Rasen juga mencoba menyeka tubuh Miu dengan air hangat supaya Miu tetap merasa bersih dan nyaman.

Hanya saja, Rasen sedikit kesulitan melakukannya. Beberapa kali tangannya bergetar halus saat membantu menyeka tubuh Miu. Ia harus melepaskan seluruh pakaian yang Miu kenakan, baru bisa menyeka tubuhnya, yang berarti Rasen harus melihat semua yang ada pada tubuhnya. Bahkan meski berstatus duda, Rasen tetap saja merasa gugup melakukannya.

Selain karena gugup, Rasen juga merasa takut. Bagaimana kalau ia macam-macam pada Miu? Rasen tidak mau membuat Miu merasa dilecehkan atau tidak dihargai. Makanya, sebisa mungkin, Rasen buru-buru menyelesaikan tugasnya dan memakaikan Miu piyamanya yang paling nyaman.

Miu membuka matanya perlahan saat Rasen hampir selesai memakaikan piyamanya. Perempuan itu mengedipkan matanya pelan, kelihatan berusaha keras supaya bisa membuka matanya.

"Rasen?" gumam Miu setengah mengigau.

Rasen mengancingkan seluruh kancing piyama di tubuh Miu, menatap Miu yang berusaha keras terbangun dengan senyum lembut. Ia mendekat kepada Miu, mengelus rambutnya sayang.

"Iya, Miu," balas Rasen halus.

Miu menatap Rasen dengan mata setengah terbuka dan setengah tertutup. Benar-benar masih dalam pengaruh alkohol.

"Gue nggak suka dipanggil begitu!" gumam Miu cemberut, tetapi matanya hampir tertutup lagi.

Rasen tertawa pelan, mencubit pipi Miu pelan. "Terus, mau dipanggil apa? Sayang?"

"Princess," sahut Miu parau dan melantur. "Mau dipanggil Princess."

Princess. Cocok dengan Miu. Walau Miu melantur, tetapi perempuan itu tetap tahu jika ia memang seperti tuan puteri di hati hati Rasen.

"Iya, Princess," bisik Rasen membuat Miu tersenyum dengan mata setengah terpejam.

"Pelembab gue mana?" tanya Miu lagi dengan sengau.

"Ada. Kenapa, mau pakai pelembab?" balas Rasen yang diangguki Miu. "Sebentar ya, Princess."

Rasen meraih tas Miu, mengambil botol kecil berwarna ungu dan mengoleskannya dengan hati-hati ke wajah Miu. Sementara, Miu dengan tenang menunggu Rasen selesai mengoleskan pelembab ke wajahnya. Ketika selesai, perempuan itu menarik tangan Rasen dan memeluknya seperti bantal guling.

"Sekarang tidur," katanya dengan nada setengah kekanakan.

Rasen menatap Miu dengan senyum lebar. "Tapi, saya belum ganti baju, Princess."

"Mau tidur!" desis Miu sedikit mengerutkan alisnya.

"Tapi, ini belum diberesin, Princess. Kamu tidur duluan ya, biar saya beresin ini sebentar, nanti saya langsung balik lagi," jelas Rasen, seolah sedang bicara dengan anak kecil.

Namun, Miu merengek tak setuju dengan mata terpejam. Sedikit menendang-nendang kakinya sembarangan karena kesal tidak dituruti.

"Nggak mau! Tidur!" rajuknya dengan wajah berkerut, tetapi mata terpejam. Rasen jadi ingin menggigit pipi Miu gemas.

"Iya, Princess. Tapi, biarin saya ganti piyama dulu, ya?" bujuk Rasen lagi.

"Nggak boleh pergi!" larang Miu, mengeratkan pelukannya pada tangan Rasen.

Bratty WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang