"Ini batu safir, Kak. Masuk ke trend lagi karena Kate Middleton jadi pembicaraan akhir-akhir ini."
Miu menatap anting-anting batu safir yang menjuntai hampir sepanjang dagunya. Batunya cantik, tetapi terlalu panjang. Lagi pula, Miu sudah bosan dengan model seperti ini. Ia melepaskan anting-anting yang dicobanya saat mendengar suara Marisa.
"Eh, calon mantu Mama lagi belanja juga?"
Miu tersentak, mengurungkan niatnya untuk melepaskan anting-anting yang ia coba dan beralih menatap Marisa. Ada perasaan sedikit tidak enak terlintas di hatinya saat melihat Marisa. Yah, bagaimana tidak. Akhir-akhir ini, Miu sedang mogok bicara pada Rasen dan ia juga masih sedikit merajuk pada lelaki itu walau sudah dibelikan semua jajanan kesukaannya kemarin.
"Tante," sapa Miu kaku membuat Marisa mendekat padanya dan menggenggam tangannya lembut.
"Kok masih manggil Tante juga? 'Kan harusnya kamu manggil Mama?" Marisa mengangkat alisnya tinggi.
Miu tersenyum, masih canggung saat berhadapan dengan Marisa. "I-iya, Ma."
Senyum puas terpatri di wajah Marisa usai mendengar panggilan Miu. Lalu, perempuan pertengahan 50-an itu melirik ke arah Juli yang menunggu Miu dengan setia.
"Kamu sama aspri-mu aja? Kenapa nggak ajak Rasen? Katanya cincin kawin kalian belum ketemu juga?" tanya Marisa bertubi-tubi, membuat Miu hampir kebingungan menjawabnya.
"Iya, Ma. Rasen sibuk, jadi aku sama Juli aja," jelas Miu.
Sebenarnya, Rasen bisa saja menemani Miu jika diminta dan Miu tahu itu. Namun, Miu lebih memilih ditemani Juli saja karena masih kesal perkara pernikahan mereka, perasaan Rasen dan juga ulah Rasen malam itu, yang membuat Miu kacau sejadi-jadinya. Walau sudah meminta maaf, Miu tetap tidak berniat memaafkan sang lelaki semudah itu.
Marisa mangut-mangut, menatap Miu yang kelihatan anggun mengenakan kaus berkerah polos warna hitam dan rok pas badan selutut warna merah marun dengan belahan tinggi. Matanya melirik anting-anting batu safir yang dikenakan oleh Miu.
"Loh, Miu juga suka batu safir? Sama kayak Denna dulu dong?" ujar Marisa tanpa berpikir panjang yang hasilnya membuat Miu mengerutkan kening.
Denna? Batu safir? Sepertinya, perempuan itu juga sangat disayang oleh Marisa sampai ia ingat batu permata yang disukainya. Tidak cuma Rasen, keluarga Rasen juga sepertinya belum move on dari istri terdahulunya.
Melihat kerutan di wajah Miu, Marisa langsung sadar jika dirinya sudah salah bicara. "Maksud Mama, bukan mau bandingin atau apa-"
"Nggak, kok, Ma. Aku cuma cobain aja tadi, soalnya batu safir lagi masuk trend. Cuma tadi aku ngerasa kurang suka aja sama warnanya, soalnya selama ini aku sering beli permata warna pink kalau bukan berlian." Miu tersenyum, berbalik kembali ke pelayan toko seraya melepaskan anting-antingnya dan menyerahkannya kembali.
"O-oh, begitu. Kirain kamu suka," komentar Marisa dengan perasaan tak enak.
Bukannya Marisa masih belum mengikhlaskan Denna, tetapi Denna bersama dengan mereka cukup lama. Perempuan itu lemah lembut, sederhana dan suka berbagi. Mertua mana sih, yang tidak senang dapat menantu begitu? Sudah begitu, Denna juga perhatian pada mereka semua. Tak berarti Marisa berharap Miu juga seperti Denna.
Miu punya pesonanya sendiri, seorang perempuan terdidik, dengan latar belakang keluarga yang luar biasa dan anggun. Selain itu, walau selalu tampil simpel, aura elegan selalu menempel pada sang perempuan. Dan dari yang Marisa tahu, Miu punya banyak sertifikat karena sering mengisi waktu luangnya dengan mencoba hobi baru. Entah memasak, menyulam, menyeduh teh, atau sejenisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratty Wife
RomanceWarn! Mature Content 21+ Kepalang geram dengan tingkah Miu Adistya yang manja, kedua orang tua Miu memutuskan menjodohkan sang anak bungsu dengan lelaki dari keluarga Kanagara. Tentu saja, hal itu membuat Miu memberontak. Pasalnya, Rasendriya Kanaga...