22

23.9K 1.8K 132
                                    

Novel yang Miu baca hari ini lumayan menarik. Ia menemukan judul baru dari penulis New York Best-Seller kesayangannya. Tentu saja, rating-nya untuk 21 tahun ke atas karena Miu memang senang membaca novel luar negeri dengan tema sejenis. Sambil memutar musik jazz di speaker apartemennya, Miu berbaring menelungkup di sofa. Ia sudah mengenakan gaun tidurnya yang nyaman, tak berlengan dengan belahan dada rendah sepanjang paha berwarna kuning pucat.

Selagi membaca, Miu mendengar bel pintunya berbunyi. Ia melirik jam dindingnya yang menunjukkan pukul sembilan malam. Rasen sempat memberi tahunya jika ia lembur malam ini dan tidak bisa pulang lebih cepat karena ada pekerjaan. Jelas, Miu tidak membalasnya walau sudah membacanya. Dan perempuan itu sekali lagi mengabaikan suara bel yang ditekan, kembali fokus pada novelnya.

Password apartemennya ditekan, diikuti suara pintu dibuka. Sial, Rasen lagi-lagi tahu password barunya walau sudah diganti. Miu menoleh, menatap Rasen yang masuk ke apartemennya, mengenakan piyama putih model kimono yang membuat otot dadanya nampak. Miu membuang tatapannya, kembali sibuk membaca novelnya.

"Kenapa nggak dibuka pintunya, Princess?" tanya Rasen seraya mendekat ke sofa, duduk di sofa kosong seraya mengamati Miu yang sedang membaca.

"Sibuk," sahut Miu ringkas tanpa menatap Rasen.

Oh, Miu malas sekali menatap Rasen. Ia jadi terkenang akan ucapan Marisa jika melihat wajahnya. Selain itu, Miu juga semakin kesal mengetahui jika ia harus menikahi lelaki yang belum selesai dengan masa lalunya. Sialan, kenapa pernikahan ini tidak bisa dibatalkan?

Kening Miu berkerut-kerut, dengan alis bertaut dan raut wajah yang mulai kelihatan kesal. Miu menatap tulisan di novelnya, tetapi otaknya sudah tak fokus dengan apa yang ia baca. Kalau masih belum move on, kenapa mau menikah sih? Dikiranya, Miu ini terapis apa?

Rasen menatap raut wajah Miu yang kelihatan kesal. Apa sesuatu yang buruk terjadi hari ini?

Dipandanginya sang dara yang sedang berbaring menelungkup, kelihatan cantik dengan rambut dijepit dengan sedikit poni terurai membingkai wajahnya. Kulitnya yang mulus kelihatan berkilau terkena cahaya. Miu selalu cantik tanpa perlu berusaha di mata Rasen.

"Saya tadi ke toko perhiasan buat nyari cincin kawin kita," ujar Rasen lembut.

Miu tidak menyahut, melirik Rasen sekilas dengan wajah tak tertarik. Namun, dalam hati, ia ingin tahu cincin model apa yang diberikan oleh lelaki itu. Juli memberitahunya jika Rasen memberikan cincin kawin dengan batu safir juga untuk istri pertamanya. Ha, kalau Rasen berani memberi cincin dengan batu safir juga...

Miu menutup bibirnya rapat. Kalau benar begitu, ia sungguhan akan membatalkan pernikahan. Peduli amat soal black card-nya yang akan diblokir oleh orang tuanya. Miu bisa merengek pada Kavin, Aidan atau Aaron untuk jajan. Rasen mengeluarkan cincin yang sudah dibelinya kepada Miu dengan senyum senang, berpikir jika Miu akan menyukainya. Ditunjukkannya cincin batu safir yang ada di dalam kotak beludru yang ia bawa.

Melihat batu safir yang berkilau indah di dalam kotak beludru perak yang Rasen bawa, wajah Miu langsung mengeras. Wah, laki-laki ini sungguhan ...

"Kata pelayan tokonya, batu safir lagi trend. Mungkin kamu bakalan suka cincin ini," ujar Rasen.

Miu mengarahkan matanya ke wajah Rasen, mengamati raut wajah lelaki itu dan menarik napas. Rasen sungguhan kelihatan tanpa dosa. Ya, tentu saja karena Rasen membeli cincin itu dengan memikirkan reaksi Miu. Bukan karena mantan istrinya atau karena ingin mengulang momen bersamanya.

Namun, Miu yang sudah terlanjur mendengar soal permata kesukaan Denna Winanti, langsung meradang. Miu beranjak bangkit, duduk tegak sambil menatap Rasen, menahan kejengkelannya.

Bratty WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang