31

30.8K 1.6K 73
                                    

Tiga hari setelah mereka resmi menikah, Rasen masih tidak menyentuh Miu. Bukan tidak menyentuh berarti menghindar, Rasen masih mengecup bibirnya, memeluknya hangat sebelum tidur, atau memeluk Miu dari belakang saat Miu sedang memasak. Yang Miu maksud adalah berhubungan badan. Padahal, sebelum menikah, Rasen menggebu-gebu sekali membuatnya klimaks berulang kali kurang dari satu jam.

Dan tentu saja sikap Rasen membuat Miu jadi menatapnya aneh saat Miu menyadari jika lelaki itu masih belum menyentuhnya. Apa suaminya impotensi? Sepertinya tidak. Miu yakin, ia memastikan Rasen minum toniknya secara rutin setiap malam.

"Lo sakit?" tanya Miu malam hari itu, di hari ketiga saat mereka resmi menikah.

Rasen yang sedari tadi memeluk dan mengecup kening Miu jadi terhenti kegiatannya. Ia menatap Miu dengan tatapan heran dan bingung. Apa ia kelihatan tidak sehat? Atau wajahnya kelihatan berkerut, makanya Miu mengira ia sakit? Rasen bertanya-tanya apa ia mendadak kelihatan tua sampai Miu menanyainya begitu.

"Nggak, kenapa?" balas Rasen, masih memeluk Miu yang menatapnya dengan wajah datar.

Miu mengangkat sebelah alisnya. Yah, kalau mau dibilang sakit juga, Rasen tidak sakit. Pasalnya, selama ini Miu sering bangun dan melihat Rasen yang ereksi setiap pagi. Beberapa hari terakhir, Miu malah melihat ereksinya semakin besar. Namun, Rasen tidak pernah meminta apa pun kepada Miu soal hal itu.

Mungkin Miu harus mulai duluan. Miu mengamati wajah Rasen, melirik ke arah dadanya yang lebar dan bidang.

Tangan Miu terulur, menyentuh dada Rasen yang kekar, tetrutup oleh piyamanya. Ujung jarinya tanpa sengaja menyentuh puting Rasen yang tercetak di balik piyamanya. Rasen membeku, kelihatan terkejut dan bingung dengan tingkah Miu. Istrinya menggerakan jarinya perlahan, seakan sengaja menggoda Rasen. Lalu, Miu dengan cuek mengelus sepanjang dada hingga perutnya, berhenti tepat di kejantanannya dan merabanya halus. Miu mengangkat wajahnya, menatap Rasen yang terdiam dengan wajah terkejut.

"Wanna make love?" tanya Miu dengan nada datar, kedengaran sangat datar bahkan sampai wajahnya juga begitu datar.

Bibir Rasen terbuka, sedikit gelagapan karena serangan Miu. Sejak malam pertama mereka, Rasen sebenarnya sudah ingin bercinta dengan istrinya. Namun, niatnya urung setiap melihat Miu. Ia takut Miu kelelahan karena pada kenyataannya, selama dua hari, Miu benar-benar kelelahan. Belum lagi, karena kecelakaan yang Miu alami beberapa waktu sebelumnya membuat Rasen jadi takut menyentuhnya. Walau Miu sudah sembuh dan tidak pernah mengeluh sakit, tetapi tetap saja Rasen khawatir. Makanya, ia menahan diri.

"Kamu mau sekarang?" balas Rasen, menatap Miu yang kelihatan santai.

"Memang mau kapan? Besok pagi?" Miu kembali meraba kejantanannya, lebih sensual kali ini hingga bereaksi. Miu sedikit canggung saa menyentuhnya. Namun, perempuan itu dengan berani membelai dan memijatnya lembut.

Napas Rasen memberat, menyentuh pinggang Miu lembut dan membelainya. "Boleh? Kamu nggak capek?"

"Capek ngapain?" Miu melepaskan kancing kemeja Rasen satu per satu. "Capek nungguin lo ngajak hubungan badan?"

Rasen terkekeh pelan, merebahkan tubuh Miu telentang di ranjang lalu melepaskan gaun tidurnya. Kegiatan Miu yang sedang melepas kancing piyama Rasen terpaksa terhenti. Tubuh Miu langsung terekspos begitu saja begitu gaun tidurnya terlepas. Miu benar-benar tidak mengenakan apa-apa kali ini, celana dalam saja tidak.

"Kamu udah kayak gini sejak tadi?" tanya Rasen sambil tersenyum tipis, meraba perut Miu dengan ujung jarinya. Miu sedikit menggeliat geli, sementara ia menyelesaikan kegiatannya melepas piyama Rasen.

"Sejak kemarin," jawab Miu kalem, menelusuri otot di perut Rasen dengan telapak tangannya.

Senyum Rasen melebar. "Nakal."

Bratty WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang