17

22.5K 1.7K 97
                                    

Bangun dalam pelukan Rasen yang setengah telanjang, dengan ingatan jika dirinya adalah orang yang melepaskan pakaian Rasen dengan tangannya sendiri, membuat Miu mau menghilang dari dunia karena malu berat.

Gila. Kelakuannya sudah gila! Bukan gila lagi, binal malah! Miu yakin, ia bisa dituntut karena pelecehan kalau Rasen benar-benar memutuskan untuk menuntutnya.

Bukan cuma ingat apa yang ia lakukan, Miu bahkan ingat jelas bagaimana ciuman Rasen. Sialan, lelaki itu memabukkan sekali. Bahkan, bibir Rasen lebih memabukkan dari alkohol yang Miu minum. Rasa lembut dan sensual yang tertinggal dalam memorinya, juga belaian Rasen yang membuat ujung jari kakinya menekuk saat mengingat tentang hal itu cukup untuk membuat Miu seperti kucing betina mau kawin.

Berhari-hari setelahnya, Miu insomnia. Mau tidur, tapi teringat sentuhan Rasen. Tidak hanya itu, bahkan Miu jadi salah tingkah sendiri kalau teringat malam itu. Malunya luar biasa!

Mana, Rasen tidak mengizinkan Miu langsung pulang ke rumah. Rasen setengah memaksa Miu supaya tinggal di rumahnya.

"Kalau tidak mau, biar saya telepon orang tua kita supaya tanggal pernikahan langsung ditentukan."

Begitu ancaman yang diberi Rasen. Tidak mengancam dengan kasar atau mengintimidasi, hanya bicara dengan nada lembut dan tenang. Tetapi, Miu langsung menurut karena tidak mau dinikahkan sesegera mungkin. Miu masih muda. Ia masih ingin menikmati masa mudanya. Lagi pula, Miu masih belum siap menikah.

Jadinya, Miu hanya bisa tutup mulut, tengsin, canggung, dan seakan kehilangan muka saat berhadapan dengan Rasen. Semua gara-gara alkohol sialan itu! Miu akan mulai menghindari minuman laknat itu mulai sekarang.

"Dek!" Miu melonjak kaget saat mendengar panggilan Aidan.

Kebetulan, ia sedang memanggang kue kering di dapur karena bosan. Sejak dua hari lalu, Miu sudah dibebastugaskan dari pekerjaannya menjadi pelayan. Setelah tidak bekerja lagi, Miu jadi bosan karena tidak diberi kesibukan. Jadilah Miu mencari kesibukan sendiri daripada tidak sama sekali. Kalau diam saja, ia bisa teringat pada kejadian malam itu.

"Apa?" tanya Miu menatap Aidan yang melangkah masuk, mencomot sekeping biskuit dan menggigitnya.

"Enak banget, ini!" pujinya sambil tersenyum. "Itu, ada orang tua sama adiknya Kak Rasen. Ada Kak Rasen juga kemari."

Alis Miu langsung bertaut mendengar ucapan Aidan.

"Kenapa?" tanya Miu lagi. Perasaannya tidak enak.

"Nggak tahu, katanya makan malam biasa," kata Aidan santai. "Ganti baju, gih! Walau kamu emang cantik begini doang, tapi tetep aja nggak enak sama calon mertuamu."

Miu menatap pakaiannya yang berupa kaus longgar dan celana pendek. Penampilannya sedikit tidak pantas memang kalau bertemu dengan orang-orang sekelas keluarga Kanagara. Kalau hanya Rasen sendiri yang datang, ya lain cerita. Setahu Miu, Rasen suka dengan penampilannya yang begini.

"Tapi kuenya-"

"Biar Susi aja yang lanjutin. Sekalian yang lain juga mau masak. Ini kuenya bawa ke depan juga ya, buat dihidangin ke tamu?" Aidan memberitahu, sekalian meminta izin.

Miu mengangguk dan beranjak menuju kamarnya sementara Aidan memanggil Susi. Sebisanya, Miu segera membersihkan diri, mengganti pakaiannya dengan yang lebih pantas dan merias dirinya sedikit. Walau hanya bertemu di rumah saja, berdandan rapi untuk menyambut tamu adalah salah satu basic manner. Miu keluar ke ruang tamu dengan menggunakan terusan selutut berlengan pendek, dengan model square neck berwarna krem. Juga, ia mengenakan slipper nyaman yang khusus digunakan di dalam rumah. Rambut panjangnya dijepit rapi, memberi kesan santai, tapi tetap formal.

Bratty WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang