Sudah delapan tahun Rasen tak pernah lagi kembali ke tempat ini. Lapangan Jajan nama tempat ini, merupakan pusat jajanan tengah kota dengan berbagai makanan yang pastinya higienis karena selalu ada petugas kesehatan yang berkunjung dan memeriksa kebersihan dan kelayakan makanan yang dijual di sini. Mata Rasen melirik ke arah Miu yang kelihatan kebingungan melihat betapa ramainya tempat ini.
Sejak turun dari mobil masing-masing, Miu langsung kelihatan seperti seseorang yang baru pertama kali ke sini. Sepertinya, Miu memang baru pertama kali ke sini, karena sedetik berikutnya, mata Miu langsung berbinar bagai anak kecil ketika melihat banyaknya jajanan yang dijual di sini. Untuk pertama kalinya, Rasen melihat perempuan itu tersenyum girang sambil menyeret aspri-nya, Juli menuju ke salah satu stan makanan.
Rasen masih terdiam di tempatnya, mengamati Miu yang ikut mengantri dengan ceria bersama dengan Juli. Sementara, wajah Juli kelihatan antara pasrah dan ingin mencegah Miu membeli makanan yang diinginkannya. Namun, akhirnya, Rasen melihat Juli yang angkat tangan dan membiarkan Miu melakukan apa pun yang diinginkannya.
"Apa nggak apa-apa Non Miu diajak ke sini, Pak? Gimana kalau perutnya nggak cocok sama makanan kayak gini?" tanya Jeremy khawatir.
Rasen melirik Jeremy sekilas, menatap ke arah Miu yang celingak-celinguk menatap sekeliling sambil menunjuk stan lain.
"Kayaknya dia sering makan-makanan begini, tapi di tempat lain," sahut Rasen santai. "Lagian, di sini bersih. Saya juga dulu sering ke sini."
Walau dulunya Rasen itu delapan tahun yang lalu sebelum Denna meninggal. Rasen sering mengajak Denna kemari karena istrinya dulu suka makan di sini. Rasen melangkah, mendekat kepada Miu dan berdiri di belakangnya. Lapangan Jajan banyak di renovasi dan sepenuhnya tempat ini menjadi asing buat Rasen. Sisa-sisa kenangan Rasen tentang tempat ini pun ikut sirna seiring dengan perubahannya.
"Ih, Jul! Kok lo nggak pernah bilang sih ada tempat kayak gini? Besok gue ajak Abel, Nessa sama Sara ke sini pokoknya!" kata Miu, cukup keras sampai Rasen bisa mendengarnya.
Rasen tersenyum samar mendengar cara bicara Miu yang selalu berubah saat dengan Juli. Kedengaran seperti bicara kepada temannya. Rasen mengamati Miu yang mengenakan terusan berlengan dengan belahan dada agak rendah yang panjangnya di atas lutut. Terusan itu berwarna merah muda, kelihatan mirip dengan pipi Miu yang masih memerah setelah kepanasan bermain tenis. Ia mengamati Miu lagi, menyadari jika rambut hitamnya yang terurai bebas masih sedikit basah, tetapi menguarkan aroma sampo yang harum. Seperti aroma bunga. Parfumnya juga sama, beraroma bunga didominasi aroma mawar dan lily. Rasanya, cocok sekali dengan kepribadiannya, walau Rasen tak yakin apa kepribadian asli Miu saat ini, karena perempuan itu terus berpura-pura centil di depannya.
"Abis ini, kita cobain es cokelat yang itu ya!" kata Miu dengan nada riang, membuat Rasen hampir mendengkus menertawainya.
Ia 24 tahun, tetapi seperti anak kecil. Rasen tetap diam, mengantri di belakang Miu dengan sabar tanpa mengganggu Miu yang terus berceloteh seperti burung. Kelihatan senang sekali menemukan Lapangan Jajan, seolah ia menemukan harta karun.
"Saya udah susah-susah nyembunyiin tempat ini, tahu, Non! Saya udah tahu, pasti Non Miu seneng ke sini, terus sering jajan di sini, terus dimarahi sama Bu Flora karena makanannya nggak sehat!" kata Juli, mengakhiri celotehan ceria Miu.
"Ye, lo salahin lah, Rasen! 'Kan dia yang ngajak, gue menikmati doang!" balas Miu mendengkus.
"Saya minta maaf kalau gitu," kata Rasen, menyambung percakapan keduanya membuat Miu melonjak kaget karena terkejut.
Perempuan itu menatapnya dengan mata membulat, kelihatan manis dengan ekspresinya yang natural, bukan ekspresi centil yang dibuat-buat. Juli juga ikut-ikutan kaget, meringis tidak enak pada Rasen dan mengangguk sekali. Ia kemudian menyenggol lengan Miu pelan sambil berbisik pelan padanya. Rasen tidak tahu apa yang dibisikkan Juli kepada Miu, tetapi ia hanya melihat Miu mendengkus pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bratty Wife
RomanceWarn! Mature Content 21+ Kepalang geram dengan tingkah Miu Adistya yang manja, kedua orang tua Miu memutuskan menjodohkan sang anak bungsu dengan lelaki dari keluarga Kanagara. Tentu saja, hal itu membuat Miu memberontak. Pasalnya, Rasendriya Kanaga...