19

22K 1.8K 172
                                    

Miu memblokir nomor Rasen sejak kemarin. Rasen tidak bisa menghubungi perempuannya. Miu sengaja membuatnya kesal. Tetapi, hanya sekedar memblokir nomornya tidak akan membuat Rasen menyerah.

Lelaki itu memutuskan untuk membeli apartemen yang berhadapan langsung dengan apartemen Miu. Ia sudah membelinya sejak minggu lalu, karena mulai tak bisa bersabar menunggu Miu. Perempuan itu benar-benar menghindarinya seolah ia adalah bakteri. Sampai nomornya saja diblokir.

"Pak." Jeremy masuk ke dalam ruang Rasen setelah mengetuk pintu. "Apartemennya sudah bisa ditinggali."

Rasen mengangguk. Ia menyerahkan interior apartemen kepada Jeremy. Sebagian pakaiannya sudah dibawa ke apartemen barunya. Perlengkapannya juga sudah diurus. Sekarang, Miu harusnya tidak akan bisa mengabaikannya lagi. Rasen melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah enam sore.

"Tolong antar saya ke apartemen. Saya akan tinggal di sana, mungkin sampai saya resmi menikah," ujar Rasen sambil diam-diam menghitung kapan tepatnya mereka akan resmi menjadi sepasang suami istri.

Tiga bulan lagi, tepat di tanggal dua Agustus. Selama tiga bulan, Rasen terpaksa harus mengosongkan penthouse-nya. Juga, sekalian merenovasi bagian dalamnya. Karena akan ditinggali dua orang, Rasen harus mengubah roller blind dan ukuran ranjangnya menjadi super king size yang lebih empuk dan nyaman. Juga mengganti kitchen set di dapurnya dengan yang baru, menambahkan oven untuk kue dan melengkapi peralatan masak di dapur karena Miu suka memasak. Juga, Rasen menambahkan ruang baru berupa perpustakaan untuk Miu karena menurut Kavin, perempuannya suka membaca jika bosan.

Jeremy mengangguk, menatap Rasen yang beranjak berdiri dari kursinya kemudian melangkah keluar dari ruangannya duluan. Lalu, ia segera mengantar Rasen pulang ke apartemennya yang baru. Setelahnya, Jeremy pulang dengan membawa mobil SUV Rasen. Area parkir di apartemen itu terbatas, sehingga penghuninya hanya bisa membawa satu mobil. Jeremy sudah memarkirkan mobil Range Rover Rasen yang lain di sana, untuk jaga-jaga jika Rasen mau pergi keluar walaupun Rasen tidak pernah menyetir lagi sejak delapan tahun terakhir.

Rasen melangkah masuk ke dalam gedung apartemen, membuat sekuriti yang berjaga menyapanya sopan karena sudah mengenali Rasen yang baru pindah. Rasen mengangguk, memberi senyum sopan seraya menekan tombol lift. Pintu lift terbuka, Rasen masuk ke dalam dan menutup pintu.

"Tunggu!"

Rasen buru-buru menekan tombol lain untuk membuka pintu lain dan menunggu orang yang meminta ditunggu masuk. Entah kebetulan atau memang berjodoh, ternyata orang itu adalah calon istrinya. Miu hendak melangkah masuk, terhenti di depan pintu lift saat melihat Rasen. Matanya membulat, kelihatan terkejut dan tak percaya.

Perempuan itu menjepit rambutnya asal, membawa beberapa kantung plastik berwarna-warni dan kantung plastik yang lebih besar dengan logo minimarket yang berada tepat di depan gedung. Miu sepertinya pergi berbelanja ke pasar karena Rasen melihat sayuran segar yang menjuntai keluar dari kantung plastik beningnya. Miu juga kelihatan sangat santai sore ini, mengenakan kaus longgar putih dan celana panjang warna kuning pucat.

Kenapa Rasen ada di gedung apartemen yang sama dengannya?

"Princess." Rasen memberi senyum tipis.

"Lo ngapain di sini?" ketus Miu, memasang wajah kesal dan sengit.

Rasen membuka mulut, hendak menjawab ketika bel lift berbunyi, menandakan jika Rasen harus segera menutup pintunya dan membiarkan lift bekerja. Miu mengerutkan kening saat mendengar suara bel, ia menatap Rasen dengan kening berkerut.

"Masuk, Princess," pinta Rasen lembut.

Miu ingin menolak, tetapi ia juga malas kalau harus menunggu lift lagi. Mau tak mau, ia melangkah masuk sambil menutup mulutnya rapat. Pintu lift langsung tertutup. Rasen mendekat kepada Miu, meraih kantung paling besar untuk membantu Miu membawa belanjaannya.

Bratty WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang