Chapter 12 - Tak Benci dan Tak Cinta

9 2 1
                                    

Tamu undangan memenuhi aula kediaman keluarga Dew

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tamu undangan memenuhi aula kediaman keluarga Dew. Semuanya disambut oleh orangtua Emily dan orangtua Jacob. Mereka berdua belum datang dan masih harus mempersiapkan diri untuk acara nanti.

Emily baru saja melepaskan tangannya dari genggaman tangan Jacob dengan lembut lalu tersenyum kecut. "Kuharap acara hari ini berjalan dengan lancar sampai akhir." Emily mengalihkan suasana.

Jacob menatap kekasihnya datar. Ia tahu bahwa keterpaksaan terlukis di wajah Emily. Semua ini karena kesalahannya dalam mengancam maupun berkata buruk 10 hari yang lalu.

Emily selama ini mencintainya dengan tulus, sedangkan dirinya hanya berusaha mengikuti arus. Hatinya masih tidak yakin, apakah ia benar-benar mencintai gadis yang akan segera menjadi tunangannya ini? Atau ia hanya mengincar kekuasaan yang lebih luas setelah pertunangan bahkan mungkin pernikahannya nanti terjadi?

"Emily."

Emily menoleh ketika Jacob memanggil namanya. Pria itu duduk di bangku mezzanine lantai dua hingga membuatnya dapat melihat keramaian di lantai satu. Jacob menepuk sebelahnya yang kosong, memberi sinyal agar Emily duduk di sampingnya.

Tak terasa kini Emily telah duduk di samping calon tunangannya. Pandangannya menyeluruh ke lantai satu. Emily sedikit terkejut ketika Jacob mendaratkan tangannya di tangan kiri yang sudah dibalut kembali dengan sarung tangan.

"Sekali lagi aku minta maaf." Emily menatap Jacob heran. "Kita jarang berbicara akhir-akhir ini, Emily. Setelah masalah itu, aku merasa jarakku denganmu semakin jauh."

Emily mengalihkan pandangannya. Hatinya seperti tersayat ketika Jacob menyadari kesenjangan antara mereka. Semuanya karena kejadian itu, kejadian yang membuat Emily merasa bahwa ia hanya berjuang sendirian selama ini.

"Kau boleh membenciku. Namun, jangan lupa bahwa setelah pertunangan, kita akan menikah. Setelah menikah, kau tidak dapat menghindariku lagi selama-lamanya," lanjut Jacob.

Emily menghadap ke kanan, di mana Jacob tak dapat melihat wajahnya. Gadis itu mengangkat tangan kanannya, mengusap air matanya yang mulai membasahi pipinya. Bukan takut riasannya luntur, namun takut hatinya tidak siap.

Jacob pada akhirnya akan menikahi gadis asing berambut emas itu. Di rumah yang besar ini, bukan hanya ada dirinya saja dengan pria itu, namun akan ada orang lain di antara mereka yang setiap hari akan bertemu dengannya.

Menyerah dan mengalah bukan satu-satunya solusi, namun Emily saat ini tidak kuat. Ia memang lemah, karena merasa bahwa Jacob miliknya seorang. Semuanya berubah sejak hari itu, hari saat Jacob berkata bahwa ia akan memiliki wanita lain di sisinya selain Emily.

"Sudahlah. Itu semua sudah berlalu," sahut Emily setelah beberapa menit diam. Suaranya parau, dicampur dengan isak tangis dan sesak napas.

Jacob berdiri ke depan arah wajah Emily. Ia merungguh untuk menyamakan tingginya dengan kekasihnya yang sedang duduk. Menatap gadis yang selama ini mencintainya menangis karena ulahnya, ia merasa bersalah. Hatinya seperti dipukul oleh setiap tetes air mata yang mengalir di wajah Emily.

Withered Roses [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang