Chapter 6 - Gadis Berambut Emas

11 2 0
                                    

"Nona Emily telah kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nona Emily telah kembali. Jemput dia di pintu gerbang!"

Para pengawal dan pelayan membukakan gerbang depan agar mobil bisa masuk. Emily dituntun untuk menuruni mobil hingga masuk ke dalam rumah.

"Pesta akan dimulai sore nanti. Nona dapat beristirahat terlebih dahulu," ujar pelayan.

Emily menggelengkan kepala. "Tak perlu. Ini juga masih pagi. Masa aku tidur lagi?"

"Kau butuh istirahat, Emily."

Seluruh pelayan menunduk ketika nyonya rumah berbicara. Emily menatap ibunya yang baru saja usai memeriksa semua persiapan pesta sore nanti.

"Jangan terlalu lelah sebelum pesta dimulai. Pesta nanti akan ramai. Banyak keluarga konglomerat lain yang akan datang. Jangan sampai mereka tahu bahwa kau sakit," tegur ibu Emily.

"Baiklah, Bu." Emily pergi masuk ke dalam kamarnya secepat kilat setelah nasihat itu. Ia merasakan sesuatu yang tidak biasa setelah pulang dari jalan besar kota.

Gadis itu melihat meja belajarnya, di sana ada buku diary milik seseorang yang sampai sekarang tersimpan baik di dalam laci. Berdirilah Emily lalu membuka laci dan mengambil buku itu.

Suara kertas yang dibuka halaman demi halamannya terdengar nyaring. Emily berhenti di halaman terakhir yang Arthur tulis.

[Entah kapan akan kembali, namun pertemuan pasti akan diakhiri oleh perpisahan. Apakah akan ada yang rindu jika diri tak hadir?"]

Emily menutup buku tebal yang telah usang itu, memasukkannya kembali ke dalam laci. Sudah 10 tahun ditinggalkan oleh Arthur. Bahkan sampai saat ini tak pernah diambil olehnya.

"Kau benar-benar tidak kembali lagi ke sini, Arthur."

✿❀✿

"Selamat ulang tahun, Nona Emily. Semoga panjang umur dan selalu berbahagia!"

Tepuk tangan meriah menggema di seluruh sudut kediaman keluarga Loyal. Emily baru saja usai meniup lilin yang menyala di atas kue ulang tahunnya. Doa dipanjatkan untuknya.

"Umurnya sudah 20 tahun. Sudah siap untuk menikah."

"Benar. Siapa pria yang akan beruntung mendapatkannya?"

"Kami akan menantikannya."

Perbincangan dari kaum kelas atas membuat telinga Emily berdengung. Memang harus terbiasa bersosialisasi, terutama ia adalah putri tunggal keluarga konglomerat terkaya kedua di kota ini.

"Kabar gembira akan datang dalam waktu dekat. Penantian kalian tidak akan sia-sia. Benar, bukan, Emily?" sahut ibu Emily seraya menyenggol pelan lengan putrinya. Emily hanya tersenyum miring.

Withered Roses [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang