Ladang penuh bunga yang terletak di belakang kediaman terlihat begitu indah. Tumbuh bunga mawar yang menghiasi sebagian besar taman bunga itu. Pemiliknya turut berbahagia, merawatnya dengan penuh kasih sayang, dengan harapan bahwa dewasa nanti akan menjadi secantik bunga itu.
Rambut hitamnya terurai lebat, wajah putih salju miliknya memantulkan cahaya matahari, bulu matanya lentik, bibirnya merah jambu. Senyumannya begitu cerah, mampu memikat keindahan mawar yang tumbuh di sekitarnya saat ini.
Kemudian anak perempuan itu mengalihkan pandangannya ke belakangnya, ada seorang anak laki-laki yang tersenyum lebar ke arahnya. Rambut coklat keemasannya yang cerah bersinar seperti silaunya cahaya matahari.
"Ini bunga mawar untukmu. Siapa namamu?" tanya anak laki-laki itu ramah.
Anak perempuan yang berada di hadapannya menghampirinya, ia merengut melihat pakaian sederhana milik anak itu.
"Pakaianmu jelek. Pergi sana! Jangan datang ke ladang bungaku lagi!" seru anak perempuan itu.
Anak laki-laki itu diusir, namun ia pergi dengan senyuman di wajahnya. Ia bak melihat malaikat di hadapannya, yang tersenyum sambil menghirup harumnya bunga mawar.
"Putri malaikat. Aku akan kembali lagi! Aku pastikan akan mengetahui namamu ketika aku kembali!"
Keesokan harinya. Anak laki-laki itu kembali datang. Ia membawa bunga mawar, bunga yang diyakini olehnya bahwa anak perempuan pujaannya itu menyukainya.
"Aku menyukaimu, Emily! Ini bunga untukmu. Sangat cantik, bukan?" seru Arthur mengungkapkan perasaan sekaligus memberikan setangkai mawar.
Anak perempuan itu berdiri, menghampirinya lalu mengambil setangkai mawar yang diberikan padanya. Tak lama, mawar itu dilempar hingga jatuh ke tanah.
"Aku tidak menyukaimu, terlebih mawar yang kau bawa sudah layu. Pergi sana!" usir Emily.
Anak laki-laki itu ditinggalkan sendirian. Ia seharusnya bersedih, namun senyum di wajah imutnya tak sirna. Ia hanyalah seorang anak kecil, yang emosinya belum stabil, dan ia belum paham betul apa itu arti penolakan.
"Emily, aku menyukaimu! Aku akan terus menyukaimu sampai dewasa nanti!" pekik Arthur.
Hanya seorang anak laki-laki berumur 9 tahun yang sangat menyukai anak perempuan. Ia tidak tahu bila ia harus berani merasakan sakit jika ia memilih untuk menyukai seseorang.
Anak perempuan yang disukainya hanyalah anak kecil berumur 7 tahun yang telah menyukai orang lain. Layak disebut sebagai kagum, ia telah memiliki pangeran di hatinya.
Arthur tidak mengetahui hal itu dan selalu datang setiap hari. Berharap bahwa pujaan hatinya akan menyukainya.
"Pergilah dari rumahku! Aku sangat membencimu. Kau terus menggangguku!" pekik Emily seraya melempar mawar merah pemberian Arthur.
Setelah pintu ditutup dengan keras, Arthur hanya bisa menundukkan kepala seraya mengambil setangkai mawar yang jatuh tadi. Padahal mawar itu masih cantik dan harum, namun ia lagi-lagi ditolak.
"Tidak masalah. Hanya Emily yang aku sukai! Suatu saat pasti ia akan menyukaiku!" seru Arthur semangat.
Rumah kecil di seberang kediaman besar milik keluarga Emily adalah tempat di mana Arthur tinggal saat ini. Ia bisa pindah ke rumah itu berkat orang tuanya yang bekerja di kota ini.
Selama 2 tahun, Arthur selalu menemui Emily setiap hari untuk menyatakan perasaannya. Ia tak jenuh untuk berkata bahwa ia menyukai Emily. Sampai umurnya yang ke-11, ia tak kunjung menyerah.
Siapa sangka? Ketika anak laki-laki itu beranjak menjadi remaja, ia melepaskan semua rasa suka, kagum, dan cintanya dari Emily di umurnya yang ke-12 tahun.
"Aku bersumpah bahwa aku tidak akan menemuimu lagi! Emily, aku sangat membencimu!"
Emily yang selama 3 tahun ini menerima banyak cinta dari Arthur seharusnya sangat senang mendengar kata-kata itu. Seharusnya ia senang melihat Arthur pergi dari hadapannya bahkan sampai bersumpah. Seharusnya ia senang ketika Arthur yang ia benci membencinya. Namun, mengapa ia merasa hatinya justru gusar dan sakit?
~✿❀✿~
Withered Roses. ©Queen J, March 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Withered Roses [PROSES TERBIT]
Romance[TERBIT DI SAMUDERA PRINTING SEMARANG] "Aku begitu benci jika harus melihatmu lagi." Emily terlambat untuk menyesal setelah melukai hati pria yang berjuang untuk mencintainya. Perpisahan dalam sumpah untuk membenci dan tidak bertemu lagi sukses memb...