Ayah dan ibu Jacob menaiki tangga. Keduanya melihat Jacob yang sedang berhadapan dengan Emily ketika sampai di lantai dua. Air mata Emily belum diusap, masih mengalir membasahi wajah cantiknya.
"Sepertinya kita perlu bicara, Nona Emily," usul ayah Jacob, "agar semua kesalahpahaman ini cepat usai."
Emily ingin sekali menggelengkan kepalanya lalu pergi dari sana, namun, ia tak mampu. Hatinya masih tidak terima bahwa Jacob akan menjadi sejahat ini. Kata-kata yang keluar dari mulut Jacob sukses membuatnya melupakan segala hal manis tentangnya.
"Benar. Mari berbicara di ruang keluarga," ajak Nyonya Beverly.
Emily tak mampu menolak tawaran sepasang suami istri itu. Matanya mengalih ke arah Jacob yang baru saja bernapas dengan tenang setelah menggertaknya.
"Baiklah."
✿❀✿
Sepatu hak Emily menuruni anak tangga pintu masuk kediaman. Gadis itu diantar oleh Jacob dan kedua orangtuanya untuk pulang.
"Sampai jumpa 7 hari lagi. Jagalah kesehatanmu, Emily," pamit ayah dan ibu Jacob.
Emily menganggukkan kepalanya. Sebelum pergi, gadis itu menatap Jacob. Pria itu tak berkata apa pun, hanya menatapnya datar, bahkan hanya mengantar tanpa berpamitan dengannya.
"Sampai bertemu lagi," pamit Emily lalu naik ke mobil. Mobil pun meninggalkan kediaman.
Jacob dan kedua orangtuanya masuk bersama. Pria itu mendapat tatapan sinis. Pikirnya, ia akan mendapat teguran dan amarah dari orangtuanya karena masalah ini diketahui lebih cepat dari perkiraannya.
"Kau harus dihukum karena masalah yang kau perbuat," hardik ayah Jacob.
"Aku akan menjelaskan semuanya kepada Ayah dan Ibu," sahut Jacob.
Di sisi lain. Emily menunduk menatap kotak hadiah berisi gaun yang pada akhirnya ia bawa pulang bersamanya. Belum sempat menunjukkannya kepada Jacob, ia malah mendapat masalah sampai pulang tanpa hasil apa pun.
Air matanya mengalir keluar, tidak dapat ditahan lagi. Pelayan dan pengawal yang menyertainya hanya dapat menghiburnya, tanpa bertanya tentang masalah yang terjadi.
Mengapa ia sekejam itu? Selama 14 tahun ini, ia tak pernah menunjukkan sikapnya yang sebenarnya. Aku tidak dapat menerimanya. Ini semua pasti hanyalah mimpi, batin Emily dalam hati.
Tangannya merinding, hatinya tidak terima atas keputusan yang didapat ketika pembicaraan tadi. Pada akhirnya, Emily harus memilih untuk menyerah. Keputusan tanpa hadir orangtuanya, tak dapat ditolak karena rasa sungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Withered Roses [PROSES TERBIT]
Romance[TERBIT DI SAMUDERA PRINTING SEMARANG] "Aku begitu benci jika harus melihatmu lagi." Emily terlambat untuk menyesal setelah melukai hati pria yang berjuang untuk mencintainya. Perpisahan dalam sumpah untuk membenci dan tidak bertemu lagi sukses memb...