"Sebenarnya kediaman saya tidak jauh dari sini. Tinggallah sementara bersama saya. Saya benar-benar membutuhkan teman yang dapat menemani," jelas Florine. "Saya mohon," pintanya.
Emily tersenyum kecut. "Kau seharusnya sudah tahu bahwa aku sedang datang diam-diam ke kota ini, bukan? Jika aku tinggal di kediamanmu, maka siapa pun dapat menemukanku secepat mungkin. Apalagi, Jacob pasti akan kembali lagi."
Florine menundukkan kepalanya cemberut. Benar apa yang dikatakan oleh Emily. Namun, ia lebih mengasihani nona muda kaya raya yang harus tinggal di penginapan kecil saja.
"Saya tidak berani menghadapi Jacob sendirian. Selama ini, kakak saya tak pernah saya beritahu bahwa saya menghadapi hal sebesar ini karena ia begitu membencinya. Karena Jacob ada hubungannya dengan Anda, saya pikir Anda dapat menyelesaikannya bersama-sama."
Emily diam. Padahal Florine kini sudah berdiri dari tempatnya, hendak pulang dengan mengajaknya. Wanita itu sudah terlanjur sampai di kota asing ini. Ia harus segera menyelesaikannya.
"Baiklah. Aku akan tinggal sementara di rumahmu. Siapa yang akan menjemputmu nanti?" tanya Emily. Florine berbunga-bunga mendengar persetujuan lawan bicaranya.
"Sepertinya pengawal saya. Saya bisa memintanya untuk mengantar Anda ke penginapan agar barang-barang Anda dapat dikemas terlebih dahulu," jawab Florine.
"Bagus." Emily ikut berdiri seraya mengalungkan tas selempangnya ke bahu. "Sesuai penjelasanmu saja," lanjutnya.
Keduanya pun pergi dari sana. Pengawal Jacob yang dari tadi mengawasi dari jauh hendak menghubungi tuannya. Ia berdiri tepat di luar kafe, sedikit jauh.
Baru hendak mengeluarkan ponsel, tiba-tiba seseorang memukul lehernya dari belakang dengan keras hingga pingsan. Ada tiga pria berjas hitam tinggi yang berdiri di belakangnya, merupakan pengawal Eduardo.
"Hanya ada satu saja di sini, Tuan."
Eduardo mengerutkan keningnya. Ia mengasihani Emily. Walaupun tidak mengetahui masalah wanita itu secara lengkap, ia paham bahwa kehadiran wanita itu di kota ini adalah hal yang tidak wajar.
"Awasi siapa pun yang mengikuti maupun menguntitnya. Tiada ampun bagi mereka," titah Eduardo.
✿❀✿
Emily usai mengepak barang-barangnya ke dalam koper. Mobil yang menjemput Florine sedang menunggunya di luar penginapan. Akhirnya meninggalkan kamar lusuh itu setelah semalam ditinggali.
"Sudah siap, Nona?" tanya Florine. Ia duduk di samping sopir.
"Sudah. Semua barangku sudah kubawa," jawab Emily ketika duduk di kursi belakang.
Mobil pun melaju cepat menuju ke kediaman Florine. Entah apa yang akan terjadi ketika mereka sampai nanti, rasa takut Florine telah memuncak. Arthur yang sedang marah, pasti akan bertambah marah jika Florine tidak ada di kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Withered Roses [PROSES TERBIT]
Romance[TERBIT DI SAMUDERA PRINTING SEMARANG] "Aku begitu benci jika harus melihatmu lagi." Emily terlambat untuk menyesal setelah melukai hati pria yang berjuang untuk mencintainya. Perpisahan dalam sumpah untuk membenci dan tidak bertemu lagi sukses memb...