Pengawal Arthur datang dengan wajah malu. Emily dan Florine menatapnya dengan bingung ketika pria itu diam sebentar.
"Nona Emily, Tuan Arthur memanggil Anda ke ruang kerjanya."
Mendengar hal itu membuat Emily terkejut karena melupakan kehadiran Arthur. Berdirilah wanita itu lalu pergi ke lantai dua.
Florine duduk di sofa, pelayan memberinya segelas air putih dan obat yang biasa ia minum. Gadis itu membuka ponselnya, mendapat panggilan Eduardo. Sepertinya, adalah hal pertama yang ia terima setelah memiliki kontak Eduardo.
Tut
"Selamat siang, Kak," sambut Florine malu. Suaranya yang lemah lembut dapat berbaur dengan keramahan Eduardo.
"Siang juga, Florine. Aku mau bertanya. Bagaimana keadaan di rumah?"
Florine memiringkan senyum di wajahnya. "Tidak baik, Kak. Tuan Jacob datang lagi. Aku akan menceritakannya kepadamu."
Panggilan mereka berjalan sepanjang menunggu perbincangan Arthur dan Emily. Beralih ke sisi lain, di ruang kerja Arthur, ketika Emily baru saja masuk setelah diizinkan.
Siluet dari bayangan Arthur terlihat begitu indah di balik terik matahari yang masuk ke jendela. Sukses membuat Emily mengulurkan tangannya untuk menutupi silau yang menyerang matanya.
"Apakah ada yang mau kau bicarakan?" tanya Emily dengan gaya bahasa akrab. Letih jika harus terus memanggil Arthur dengan formal.
Arthur menambah pesonanya ketika ia menoleh ke belakang. Ia membiarkan kepalanya menatap Emily sedangkan badannya tetap menghadap ke arah berlawanan.
"Sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian?"
Hati Emily seperti mencair ketika Arthur melontarkan pertanyaan itu. Ia kira, Arthur peduli dengannya. Namun, Emily tak dapat tersenyum, karena justru ia malu dengan skandal pertunangan yang ia miliki.
Arthur membalikkan badan, ia melangkah maju ke depan Emily yang masih diam. Tubuh tingginya memandang wanita setinggi bahunya, yang dulunya memiliki tinggi yang sama dengannya.
Emily hampir melangkah mundur untuk menjauhkan dirinya dari Arthur, karena jarak di antara mereka kini sangat dekat. Harum cologne milik Arthur nyaris membuatnya tenggelam dalam kemabukan.
"Aku sedang bertanya padamu," tuntut Arthur dengan suaranya yang berat. Emily jadi lupa gambaran suara Arthur ketika mendengar pria itu membentaknya berkali-kali hari ini.
"Aku hanya merasa bahwa jika aku menceritakannya kepadamu, kau tak akan memercayaiku dan menganggapku mengada-ada," sahut Emily jujur. Wanita itu tak lupa bahwa Arthur membencinya.
Arthur membenci basa-basi. Pria itu mengerutkan keningnya hingga Emily meneguk air ludahnya sendiri.
"Semuanya berawal dari dua minggu yang lalu ketika ia melamarku. Aku membawa gaun pertunangan ke kamarnya, dan aku mendapatinya memeluk Florine. Setelah itu, terjadilah hal yang dirinya sebut sebagai kesalahpahaman. Akhirnya ia jujur mengatakan bahwa akan memperistri Florine walau hanya menjadikan adikmu sebagai selirnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Withered Roses [PROSES TERBIT]
Romance[TERBIT DI SAMUDERA PRINTING SEMARANG] "Aku begitu benci jika harus melihatmu lagi." Emily terlambat untuk menyesal setelah melukai hati pria yang berjuang untuk mencintainya. Perpisahan dalam sumpah untuk membenci dan tidak bertemu lagi sukses memb...