[TERBIT DI SAMUDERA PRINTING SEMARANG]
"Aku begitu benci jika harus melihatmu lagi."
Emily terlambat untuk menyesal setelah melukai hati pria yang berjuang untuk mencintainya. Perpisahan dalam sumpah untuk membenci dan tidak bertemu lagi sukses memb...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apakah kau tahu ke mana Emily pergi, Nak?"
Jacob mengangguk. Namun, pria itu fokus dengan ponsel dan laptopnya.
"Ia akan kembali sendirinya nanti. Tak perlu aku menjemputnya ke sana."
Nyonya Beverly menatap aktivitas putranya. Senyum terukir di wajahnya. Didikannya memang tak pernah salah, hingga membuat Jacob menjadi pria yang tidak lemah hanya karena cinta.
✿❀✿
"Aku mencintai Eduardo."
Deg!
Hati Emily berbunga ketika mendengar pengakuan Florine. Meski mereka hanya berdua saja di dalam kamar hotel milik pria yang sedang dibahas saat ini, Emily berseru salah tingkah.
"Kau benar-benar menyukainya? Selamat bagimu! Aku yakin, ia pasti akan menyukai gadis sepertimu," pekik Emily.
Florine memeluk Emily erat. "Semua ini karena kehadiran Kakak. Semenjak kehadiran Kakak, aku bebas keluar dari kamarku. Aku juga mengenal Kak Eduardo lebih dekat karena ia juga berteman dengan Kakak."
"Ah, bukan karenaku. Berterima kasih pada kakakmu saja. Aku hanya membantumu untuk menyelesaikan urusanmu dengan Jacob," sahut Emily.
Senyum di wajah Florine pudar. "Aku berharap hubungan kalian baik. Tidak ada kebencian satu sama lain. Sayangnya, kakakku menjaga sumpahnya."
"Aku tidak yakin ia akan datang di pernikahanku dengan Jacob. Aku takut pria itu akan mematahkan lehernya," kekeh Emily.
"Kak. Mengapa kau tiba-tiba menerima pernikahanmu dengan Jacob? Bukankah kau sudah tidak mencintainya?"
Hal yang dirahasiakan oleh Emily kini dipancing oleh Florine. Gadis 17 tahun itu pasti heran walau ia polos dalam percintaan.
"Mungkin itu adalah pilihan terbaik yang dapat aku ambil untuk saat ini. Walaupun sulit, aku akan berusaha," sahut Emily tanpa menjawab.
"Padahal Kakak bisa menjalani hidup baru. Pria di luar sana masih banyak yang bisa mencintai Kakak."
Pikiran Emily langsung tertuju pada Arthur. Wanita itu menggelengkan kepalanya. Jantungnya berdegup kencang. Memang hanya Arthur yang pernah memberinya cinta sebesar itu. Tidak ada yang lainnya.
"Aku berdoa yang terbaik untuk kalian. Aku akan menjadi temanmu untuk mendekati Ed selama berada di sini," kekeh Emily hingga keduanya tertawa.
Emily tinggal seminggu di kota tetangganya. Tidak banyak perubahan yang terjadi. Emily mengambil banyak waktu untuk berpikir, hingga melupakan Jacob yang sedang menunggunya di kota asalnya.