"Bukan hanya membencimu saja. Aku bahkan telah bersumpah bahwa aku tak akan menemuimu lagi. Kau telah melupakannya?"
Ruang kerja Arthur tampak begitu gelap di siang hari ini. Meski pintu telah ditutup oleh Emily ketika masuk. Namun, suara bentakan Arthur mampu terdengar sampai luar ruangan.
Emily mengusap air matanya yang menetes membasahi lantai ruang kerja Arthur. Tangan kirinya masih belum dilepaskan dari genggaman erat Arthur.
"Aku hanyalah anak kecil yang tidak mengerti bahwa apa yang kulakukan adalah kesalahan besar. Kau masih menganggap bahwa aku akan mengulanginya saat ini? Arthur, aku sudah minta maaf--"
"Jangan panggil namaku!"
Emily tersentak. Lidahnya tercekat. Entah sudah berapa kali Arthur membentaknya, sepertinya sudah tidak ada kesempatan baginya untuk mendapat pengampunan dari Arthur.
Rasanya ingin menyerah saja berbicara dengan pria yang telah diselimuti api amarah ini. Namun, ia sadar, bahwa apa yang ia lakukan kepada Arthur dulu lebih kejam.
"Aku akan menemuinya. Aku akan menyelesaikannya secepat mungkin agar tak perlu mengganggumu lagi."
Emily keluar ruang kerja tanpa ragu, meninggalkan Arthur yang masih berdiam diri. Wanita itu berlari ke luar dari kediaman, dilihat oleh Jacob yang baru usai berbincang dengan Florine yang sukses putus asa.
"Aku yang kau cari. Tak perlu melibatkan mereka," tutur Emily ketika sampai di pintu gerbang.
Jacob menebar senyum ketika melihat Emily di hadapannya saat ini. Baru saja tiga hari tak bertemu dengan tunangannya itu, rasa rindu dalam dirinya bergejolak.
Gerbang dibuka ketika Emily memintanya. Tanpa perlu melangkah masuk, Emily menghampiri Jacob sendiri. Walaupun tidak siap, wanita itu memilih untuk tidak egois.
Jacob langsung menangkupnya dalam pelukan yang erat hingga tak ada jarak antara mereka. Florine dan seluruh pengawal di kediaman menjadi saksi mata. Tentu saja Arthur juga menatapnya dari balik tirai jendela ruang kerjanya.
"Aku akan membuat perhitungan denganmu karena membuatku kesusahan mencarimu selama tiga hari ini. Sekarang kita pulang," lirih Jacob setelah pelukannya dilepaskan secara paksa oleh Emily.
"Aku tidak akan pulang!" seru Emily. Wanita itu mendorong Jacob lalu berjalan mundur memasuki halaman rumah Arthur kembali. Florine bahkan datang untuk memeluknya, seakan tak mengizinkannya untuk pergi.
"Ternyata kalian berdua sudah akrab, ya? Apa saja berita baru yang aku tinggalkan selama kau ada di sini?" cibir Jacob. "Emily, kemarilah. Kau sudah terlalu lama bermain. Semuanya mencemaskanmu," lanjut Jacob tak menyerah.
"Kau tak berhak membawaku pulang kembali."
Jacob terdiam. Senyum di wajahnya pudar. Padahal, melihat tunangannya saja telah membuat suasana hatinya membaik kembali walau masalahnya dengan Florine belum selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Withered Roses [PROSES TERBIT]
Romance[TERBIT DI SAMUDERA PRINTING SEMARANG] "Aku begitu benci jika harus melihatmu lagi." Emily terlambat untuk menyesal setelah melukai hati pria yang berjuang untuk mencintainya. Perpisahan dalam sumpah untuk membenci dan tidak bertemu lagi sukses memb...