Chapter 10 - Keputusan Tanpa Persetujuan

7 2 1
                                    

Selagi orangtua Emily dan Jacob sedang berbicara di dalam ruangan keluarga, Emily dibiarkan berdua saja dengan kekasihnya yang telah membuatnya bak disambar petir hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selagi orangtua Emily dan Jacob sedang berbicara di dalam ruangan keluarga, Emily dibiarkan berdua saja dengan kekasihnya yang telah membuatnya bak disambar petir hari ini.

Ruang tengah sangat sepi. Mereka berdiri menghadap arah yang berlawanan. Canggung selama beberapa menit. Waktu yang sangat menyulitkan Emily, terutama ia harus berusaha untuk menahan air mata agar tidak keluar.

Jacob menghampiri kekasihnya, meraih tangan Emily lalu mengangkatnya setinggi dada. Emily merinding hebat setelah sentuhan itu. Rasanya seperti disentuh oleh orang lain.

Hatinya yang dulu berbunga-bunga ketika Jacob hadir kini menjadi hampa. Mengetahui sifat asli pria itu membuatnya kecewa berat. Tak menyangka akan menjadi seperti ini, padahal hari bahagia mereka sudah sangat dekat.

"Aku minta maaf atas perkataanku padamu tadi," ungkap Jacob. "Pikiranku kalut dan tidak berjalan dengan baik hingga menyakiti hatimu," lanjutnya.

Kata-kata itu terdengar begitu manis di telinga Emily yang sudah tak percaya dengan sandiwara itu. Hatinya seperti tertutup, namun rasa kasih yang Emily miliki masih ada.

"Seharusnya bukan jadi begini. Aku dapat paham posisimu. Namun, apakah menikah denganku saja tidak cukup bagimu?"

Topik pembicaraan yang membuat keduanya berdebat kembali dipancing oleh Emily. Jacob menghela nafasnya berat lalu segera melepaskan tangan Emily.

"Sudah kukatakan. Aku hanya akan mencintaimu walau aku menikah dengannya nanti. Aku tidak akan membuat pesta di waktu pernikahanku dengannya," tegas Jacob. "Apakah kurang jelas bagimu kata-kataku ini?"

Kepala Emily pusing. Gadis itu pergi dari sana, meninggalkan Jacob yang baru usai berbicara. Berkali-kali memanggil, namun Emily tak kembali.

"Maaf, Jacob. Aku memang tidak bisa memahami kata-katamu. Jika dilanjutkan, maka hubungan ini akan menjadi bendera merah untukku," tutur Emily seraya masuk ke dalam kamarnya.

Jacob mengusap kepalanya yang pening. Ia sudah cukup lelah mendapat teguran dari orangtuanya sebelum datang ke rumah Emily, kini ia harus berhadapan dengan orangtua kekasihnya itu setelah pembicaraan selesai.

Sudah sangat sulit meyakinkan kepercayaan Emily yang hancur karenanya. Penyesalan selalu datang di akhir. Padahal dirinya sendiri juga menikmati kebersamaan mereka selama 3 tahun ini.

"Kau sendiri yang memikirkan ide ini. Sebenarnya kau mencintainya atau tidak? Ibu benar-benar bingung akan jalan pikiranmu, Jacob!"

Aku tidak tahu, Bu. Aku mencintainya, namun rasanya tidak cukup jika hanya cinta saja yang pada akhirnya kudapatkan, pikir Jacob dalam hatinya.

Tak pernah berkata cukup. Pria itu juga ingin menjalin hubungan baik dengan keluarga konglomerat di kota tetangga. Memang belum usai membicarakannya dengan gadis berambut emas itu, namun ia akan segera menghampiri keluarganya.

Withered Roses [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang