Chapter 33 - Masa-masa Indah

7 2 14
                                    

Arthur meletakkan setengah gelas berisi wine miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arthur meletakkan setengah gelas berisi wine miliknya. Ia menatap wanita yang terus berbicara di hadapannya. Telinganya lelah, akhirnya ia memutuskan untuk membubarkan pertemuan ini.

Pengawal Arthur menghela napas berat. "Saya terkejut dengan permintaan ayah Anda. Pastinya Anda juga lelah, Tuan."

Arthur mengusap rambut emasnya yang bersinar. "Kita pulang sekarang. Aku mau istirahat."

Arthur pening dengan hal-hal terakhir yang terjadi. Ia baru lega karena kepergian Emily, kini ditambah masalah baru lagi.

Masuklah pria itu ke dalam rumahnya. Ia melepas dasinya lalu membuka sedikit kerah pakaiannya yang membuatnya gerah.

Baru saja menginjakkan kaki di ruang tamu, tatapan Arthur tertuju pada Emily yang sedang duduk berbincang-bincang dengan adik perempuannya. Pria itu diam membeku. Beradu pandang dengan Emily yang mulai tersenyum padanya.

"Siang, Arthur," sambut Emily senang.

Arthur menggeram seraya mengeraskan rahangnya. Ia menutup matanya sekejap lalu membukanya kembali. Tangan kekarnya menunjuk ke arah pintu, memberi isyarat kepada Emily untuk keluar.

"Keluar dari rumahku sekarang juga," usir Arthur dengan suara kecil nan beratnya.

Florine mengerutkan keningnya. "Setidaknya tunjukkan rasa hormatmu! Kumohon sudahi rasa bencimu darinya!"

Arthur sontak menatap adiknya yang kini menutup mulut terkejut. Emily melihat ke arah Arthur lalu berdiri dari tempatnya.

"Aku hanya akan datang sebentar lalu pulang kembali. Kau tak perlu cemas. Aku juga tidak akan mengganggumu," jelas Emily dengan senyum kecut di wajahnya. "Aku ingin memberi kabar."

Arthur menaikkan alisnya. Ingin ia beranjak pergi membiarkan wanita itu berbicara sendiri. Namun, kakinya memilih untuk berhenti dan diam berdiri di hadapan Emily.

"Aku akan segera menikah dengan Jacob. Kalian boleh datang. Namun, itu semua terserah dari kalian."

Arthur terkekeh kecil mendengar apa yang diucapkan oleh Emily barusan. "Lucu kau, Emily. Berkata bahwa kau akan mengakhiri pertunanganmu dengannya. Kini kau berubah pikiran untuk menikahinya."

Emily menganggukkan kepalanya. "Kabar baiknya, ia membatalkan lamarannya dengan Florine dan berjanji untuk tidak mengusik keluarga kalian lagi. Aku harap, kedatanganku membawa kabar baik bagi kalian."

Dua insan berambut emas kini menggunakan otak mereka untuk berpikir dengan keras. Emily memang sudah membantu mereka menyelesaikan masalah itu. Namun, mengapa Emily menyebutnya sebagai kabar baik?

"Kalau begitu. Aku akan datang sebagai bentuk hormatku kepada Kakak. Tapi ... Kakak jangan lupa lindungi aku darinya, ya? Aku yakin tidak akan ada yang mau menemaniku untuk datang," cibir Florine seraya menatap Arthur.

Withered Roses [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang