Emily berdecak kesal ketika ponsel Jacob tidak dapat dihubungi. Satu-satunya jalan yang harus Emily lakukan adalah kembali ke kotanya.
Koper besar berwarna hitam miliknya dilihat. Sudah waktunya ia kembali. Meski sangat mendesak, Emily akan mengabari Florine ketika sudah pulang nanti.
Empat hari tiga malamnya yang sangat berharga, banyak yang terjadi. Emily hanya mengira bahwa ia akan menyelesaikan masalahnya dengan Florine berdua saja, ternyata ada turun tangan serta bantuan dari Arthur dan Eduardo.
Air matanya ingin keluar ketika ia meninggalkan kota ini. Wanita itu menarik kopernya, berjalan menyusuri lorong hotel untuk turun lewat lift.
Emily harus menghadapi kenyataan kembali, di mana tidak ada satu pun yang mendukungnya dan semuanya mendewakan Jacob yang manis dan baik hati.
Sebagai tunangan, tentu saja Emily akan meninggalkan skandal di keluarganya ketika ia kabur di hari selanjutnya. Entah apa teguran yang orangtuanya berikan padanya, ia harus siap menerimanya.
Setelah berjam-jam duduk diam di dalam taksi, Emily akhirnya keluar di depan kediamannya yang hampir 1 minggu ia tinggalkan. Wanita itu menghela napas, dan berpikir bahwa anehnya sampai saat ini orangtuanya tidak diberi kabar oleh Jacob bahwa ia berada di kota tetangga.
Pengawal di kediaman Emily terkesiap ketika melihat majikannya berdiri tertegun di luar gerbang seraya membawa koper bersamanya. Mereka langsung mengabari orang di dalam rumah seraya membukakan pintu gerbang.
"Nona pulang!" seru mereka ramai, membuat riuh kediaman.
Emily berjalan pelan-pelan seraya menarik kopernya. Ia meneguk air ludahnya sendiri. Wanita itu tersentak ketika menatap mobil hitam milik Jacob yang ada di kediamannya. Sepertinya, pilihannya untuk pulang saat ini membuatnya menyesal.
Tuan Loyal, ayah Emily, berjalan keluar dari pintu masuk menuju ke halaman. Pria paruh baya itu menatap putrinya yang kini telah berada di depannya. Emily hendak menunduk untuk menyambut ayahnya. Namun, niatnya terhenti.
Plak!
Wajah mulus Emily mendapat tamparan dari ayahnya. Wanita itu mengusap pipinya lalu melihat ke depan lagi. Ayahnya geram, tatapannya tak menyambut.
"Pengawal tangkap dia! Dia membuat aib besar keluarga ini!" titah ayah Emily.
Emily diserbu oleh beberapa pengawal rumahnya tanpa segan. Wanita itu dirangkul erat lalu dibawa masuk ke dalam kediaman dengan kasar. Ia hanya bisa diam, karena memang semua ini adalah kesalahannya.
Dibuat berlutut di ruang tamu yang menghadap ke ruang tengah. Di hadapannya ada Jacob yang sedang berdiri agak jauh darinya. Emily tak menemukan ibunya, hanya ada ayah dan Jacob di sana. Calon mertuanya juga ada di sana.
"Sekarang bagaimana kau bisa menjelaskan kepergianmu yang tiba-tiba ini? Apakah kau tahu betapa paniknya kami menutupi skandal ini?!"
Bentakan demi bentakan Emily terima. Wanita itu hanya diam saja seraya berlutut. Jacob yang ada di hadapannya juga tak berkata apa-apa. Pria itu dapat melihat wajah merah Emily setelah ditampar. Rasa sakit itu tak sebanding dengan sakit yang ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Withered Roses [PROSES TERBIT]
Romance[TERBIT DI SAMUDERA PRINTING SEMARANG] "Aku begitu benci jika harus melihatmu lagi." Emily terlambat untuk menyesal setelah melukai hati pria yang berjuang untuk mencintainya. Perpisahan dalam sumpah untuk membenci dan tidak bertemu lagi sukses memb...