Chapter 21 - You're Not Welcome Here

6 2 1
                                    

Florine membuka kedua manik matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Florine membuka kedua manik matanya. Cahaya matahari yang menembus masuk ke sela tirai ruang kerja Arthur yang membangunkannya. Gadis itu menatap selimut yang membalut tubuhnya, membuka lalu menyingkirkannya.

"Eh? Aku ketiduran?"

Bangkitlah Florine dari sofa. Ia menempelkan tangannya di dahi, sudah tidak sepanas tadi malam. Keadaannya telah membaik setelah tidur panjang.

Yang membuat Florine heran, waktu telah menunjukkan jam kerja Arthur. Kakaknya itu biasanya sudah duduk di kursi pada saat ini. Namun, sampai sekarang tidak ada tanda-tanda kehadiran Arthur di ruangan itu.

Florine pun keluar dari ruang kerja. Menemui beberapa pelayan dan bertanya akan kehadiran kakaknya. Anehnya, Arthur sama sekali belum sarapan, padahal waktu telah menunjukkan pukul 9 pagi.

"Jangan-jangan ...." Florine membelokkan langkahnya menuju ke kamar Arthur.

Mengetuk pintu berkali-kali tapi tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya, membuat Florine sukses membuka pintu tanpa persetujuan.

Gadis berambut emas itu terpaku diam membeku ketika melihat kondisi kakaknya saat ini. Arthur duduk mematung di atas kasur. Memiliki garis hitam panda di bawah mata dan pucat di wajah, Arthur menatap ke arah pintu tanpa berkata apa pun.

"Kakak! Apa yang terjadi padamu?" tanya Florine menghampiri Arthur. Gadis itu menempelkan tangannya di dahi lalu terkejut. "Tidak panas sama sekali," lanjutnya.

Arthur melepaskan tangan Florine. Ia mengusap wajah tampannya yang terlihat buruk. "Ugh ... aku tidak bisa tidur," gerutunya.

Florine ditampar oleh kenyataan bahwa Arthur yang dapat tidur dengan cepat kini berkata bahwa ia tidak dapat tidur. "Kak. Kau sakit?"

"Tidak. Kau keluarlah. Aku pusing mendengar suara," usir Arthur. Sifatnya dingin seperti biasa.

"Aku akan pergi mengambil obat agar Kakak bisa tidur." Pergilah Florine dari kamar, meninggalkan Arthur seorang diri.

Arthur menghela napas panjang. Pikirannya campur aduk dan dikuasai oleh bayangan Emily. Karena melihat wanita itu berada di rumah bahkan di hadapannya, otak kecilnya melarangnya untuk tidur sepanjang malam.

Pria itu membenci dirinya sendiri. Padahal ia telah berusaha untuk melupakannya selama sepuluh tahun. Namun, hanya karena pertemuan singkat keduanya kemarin, ia malah tak dapat berhenti memikirkannya terus menerus.

Keluarlah Arthur dari kamar. Ia langsung masuk ke ruang kerja dan menguncinya. Florine yang sampai di kamarnya bingung mencarinya.

Klek

Pintu ruang kerja tak bisa dibuka. Florine mengerutkan keningnya heran. "Kak, mengapa dikunci? Tolong buka. Aku telah membawa obatnya!" seru Florine dari luar kamar.

"Pergilah!" usir Arthur. Tampaknya, pria itu tak membutuhkan obat.

Florine seharusnya senang karena ia tak perlu mendapat teguran dari Arthur yang tak ingin bertemu dengan siapa pun untuk saat ini. Gadis itu pergi masuk ke dalam kamarnya sendiri lalu menyalakan ponselnya.

Withered Roses [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang