Chapter 28 - Terima Kasih dan Maaf

9 2 3
                                    

Hotel R

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hotel R. A Group.

Mobil memasuki parkiran VIP. Eduardo hanya mengantar saja, karena pria itu hendak pergi mencari Arthur yang entah menghilang ke mana.

"Terima kasih, Ed. Entah berapa kali lagi aku harus menyusahkanmu," tutur Emily seraya menundukkan kepalanya.

Eduardo menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu sungkan, Nona. Semoga keadaan Tuan Dew cepat membaik. Saya permisi dulu," sahut sekaligus pamit Eduardo.

Florine tersenyum dalam diam menatap Eduardo. Ia tak menyangka bahwa ada orang sebaik itu di dunia ini. Arthur pasti bangga bersahabat dengannya.

Mobil Eduardo melaju cepat. Kini Florine dan Emily memapah Jacob yang setengah sadar menaiki lift VIP. Eduardo telah memesankan kamar bagi Jacob untuk tinggal di sana.

Setelah menemukan kamar tersebut, Emily dan Florine membaringkan pria yang sangat mereka benci di atas kasur. Keduanya keluar bersama dan beralih ke kamar Emily.

Diam sepanjang waktu karena banyak pikiran, hari ini benar-benar melelahkan. Arthur sangat berani dan nekad jika pria itu melampiaskan amarah yang telah ditahannya.

"Saya takut sesuatu terjadi pada Tuan Jacob." Florine membuka suara, memecah keheningan. "Kakak saya keterlaluan. Ia dapat mencoreng nama baiknya sendiri dan menambah musuh," lanjutnya.

Emily mengusap kepalanya pening. Memang tak dapat memahami pria. Entah apa yang sudah dilakukan Jacob sebelum ia sampai di kota ini. Namun, sepertinya Arthur telah menyimpan dendam pada Jacob.

"Kita pulang saja ke rumahmu. Kau pasti lelah. Istirahatlah daripada berada di bawah atap yang sama dengan Jacob," ajak Emily setelah berdiri.

"Kalau begitu, saya hubungi sopir untuk menjemput karena mobil yang mengantar kita tadi dibawa oleh kakak," sahut Florine.

Emily tersenyum. Bahkan hingga saat ini, gadis di hadapannya itu masih begitu menjaga bahasanya dengan formal.

"Kau tak perlu sungkan denganku. Panggil saja namaku. Jika kau keberatan, panggil aku sama seperti kau memanggil Ed saja."

"Ed itu siapa? Tuan Eduardo?"

"Benar."

Keduanya tersenyum. Kini Florine teringat sesuatu. Ia menghampiri Emily dan melihat lengan tangan kirinya.

"Di sini sedikit lebam. Apakah sakit sekali?"

Emily menggelengkan kepalanya. "Tidak sesakit penyakitmu. Tak perlu cemas."

✿❀✿

Arthur menepikan mobil setelah hampir membuat kecelakaan tadi. Pria itu menyandarkan kepala di setirnya. Rasanya seperti panas sekali dibakar api amarah.

"Sangat kekanakan. Kau bahkan menyakiti seorang wanita, Arthur!" rutuk Arthur pada dirinya sendiri.

Pria itu tidak tahu bagaimana ia harus berhadapan dengan Emily selanjutnya. Meski ia sangat membenci wanita itu. Namun, ia telah melukai harga dirinya sendiri dengan menyakitinya secara fisik.

Withered Roses [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang