2. PULANG

560 65 1
                                    

Malvin mendorong pelan Naira agar menjauh darinya. "Rara, apakah kau anjing?" Tanyanya sambil memegang leher yang digigit Naira tadi.

Naira segera memegang lengan kiri Malvin. "Aku rindu padamu. Omong-omong, aku dengar dari bibi Zang kalau kau hidup sendirian di luar. Kenapa kau tak pulang ke rumah?" Tanya Naira.
"AKU KEMBALI DARI LUAR NEGERI, JADI KAU HARUS MENJAGAKU KAN?" Lanjutnya yang tersenyum manis.

"...."

Malvin hanya melirik gadis kecil itu. Malvin melepas genggaman tangan Naira. "HENTIKAN ITU! AKU AKAN MEMINTA SESEORANG UNTUK MENGIRIMMU KEMBALI.

"HUMPH! JANGAN COBA-COBA MENYINGKIRKANKU!" Geramnya dalam hati.

Naira melipatkan kedua tangan di dada.  "Yah, karena kau sangat bertekad, aku akan mengatakan pada mami Iryana kalau seseorang menggangguku dan tidak mau memberiku makan atau memberiku tempat tinggal. Dan dia juga ingin..."

Malvin mematung dan memejamkan matanya. "Kau adalah bosku, Naira" batinnya. "Ayo!" Ucapnya pasrah.

"Jadi kau setuju untuk balik ke rumah~" girang Naira.

"..." Tak ada jawaban.

"Hohoho.." tawa Naira dalam hati.

Skip!

Mobil itu masuk perlahan ke area pelataran rumah yang sangat besar dan megah. Rumah yang sangat luas, mungkin luasnya setara dengan lahan orang satu desa. Bedanya, satu desa bisa terdiri dari ratusan rumah tapi ini hanya ada satu rumah. Ada kolam, air mancur yang di desain apik di halaman rumah.

Malvin dan Naira turun dari mobil itupun di sambut oleh para pelayan yang dengan patuh membungkukkan hormat pada mereka.

"Akhirnya aku di rumah." Kata Naira berjalan masuk ke rumah. Ia baru membuka pintu matanya langsung tertuju pada seorang pelayan paruh baya. "Bibi Zang, aku datang! Aku sangat merindukanmu!" Teriaknya sambil berlari.

"Oh, Nona rara kembali!" Ujarnya kaget mendengar teriakan Naira.

Naira langsung menghambur dalam pelukan bibi Zang. "Bibi Zang, aku lapar!" Rengeknya manja.

"Gadis malang, aku membuat banyak makanan kesukaanmu!" Bibi mengajaknya ke meja makan.

"Nona rara, cobalah makanan ini. Ini kesukaanmu." Iya menaruh udang di dekat piring Naira.

"Wow! Bibi Zang, masakanmu semakin membaik."

"Setelah beberapa tahun belajar di luar negeri, kau kehilangan banyak berat badan"  bibi Zang melihat rara yang agak kurusan.

" Aku tidak suka makanan di luar negeri. Aku suka masakanmu." Timpalnya.

"...." Dia benar-benar diabaikan.(Malvin)

Malvin mengusap mulutnya dengan sapu tangan. " Aku selesai, kalian silahkan lanjutkan. Aku akan kembali ke kamarku." Seraya berdiri meninggalkan dua orang itu di meja makan. Sesampainya di kamar ia langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

"KLAKK!" Menyelinap masuk, sedangkan sang empu pemilik kamar sedang mandi.

" Aku tidak tau apa yang gadis pengatur itu inginkan..dengan kata lainn...lebih aman untuk menjauh darinya." Ia keluar kamar mandi.

"Cekrekk"

"Apa-apaan!"

"Cekrekk, cekrekk" sedangkan Naira sibuk memfoto.

"Naira!" Ucapnya kaget.

"Aku mempunyai foto mandi terbaru. Hahaha" ucapnya dalam hati hendak meninggalkan kamar itu. Tapi tangan dia dicekal lebih dulu oleh Malvin. "AARGH"

"SIAL APA YANG KAU LAKUKAN?!"

"APA YANG KAU LAKUKAN DISINI DENGAN KAMERAMU?!" Bentaknya sambil memegang pundak gadis itu.

"BERIKAN PADAKU KAMERANYA!" Bentaknya sekali lagi.

"Aku.." Naira menelan ludahnya, melihat wajah Malvin yang terlihat marah.

"Cekrekk" Naira menekan tombol di kameranya.

"RARA, KAU MASIH MENGAMBIL GAMBAR!" Malvin mendorong tubuh Naira kelantai dan dia mengukungnya.

"Aah" rintih Naira ketika punggungnya jatuh agak keras mengenai lantai.

"Naira, kau sangat susah diatur, apa kau pikir aku tidak berani melakukan apapun padamu?!" Ucapnya seraya memegang tangan gadis itu yang berusaha memberontak.

"Aku cuma ambil foto! Kenapa kau sangat pelit!" Ia menatap Malvin seraya menggeliat berusaha melepaskan diri. " Berhenti menatapku! Lepaskan aku!"

Malvin tak bergeming. Ia menatap gadis dibawahnya. "Sialan! Aku seorang pria normal!" Umpatnya dalam hati.

"Apa..apa yang kau lakukan?" Tanya Naira saat melihat Malvin mendekatkan wajahnya padanya.

"Kau yang minta" Malvin memegang dagu gadis itu dan memdekatkan wajahnya hendak menciumnya.

"Ukh" elak Naira.

Dalam sekejap Malvin sadar apa yang dilakukannya. Ia segera berdiri

"Pergi."

"Hah? tidak lanjut?" Tanyanya. Karena Malvin tidak melanjutkan kegiatannya. Entah kenapa ia merasa sedikit kesal.

(Emang bocil satu ini ya ampunn... gak habis pikir akuu😌)

                                        

Happy reading guyss...
Gimana? Seru gak?
Tunggu update-an selanjutnya yaa..
See youu😊

~PERFECT~ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang