Jaega menunggu Naira bersiap untuk berangkat ke kampus bersama. Sebenarnya Jaega sudah melarang Naira untuk berangkat karena Naira terlihat masih pusing akibat mabuk semalam. Tetapi, Naira tetap bersikeras ingin berangkat kuliah. Tidak butuh waktu yang lama Naira terlihat menuruni tangga, mereka pun pergi dengan mobil milik Jaega.
Setibanya di kampus keduanya segera menuju ruangan bu Yassa untuk mengumpulkan tugas. Di sepanjang koridor yang mereka lewati, sesekali mereka berpapasan dengan mahasiswa - mahasiswi lain yang menyapa, keduanya pun membalas sapaan itu dengan ramah.
"Senior, apa aku mengatakan sesuatu yang aneh kemarin?" Tanya Naira ragu. Dia takut jika ia mengatakan hal-hal aneh saat mabuk. Bukankah itu akan sangat memalukan?
Sekejap Jaega teringat saat Naira mabuk Naira membisikan "Ega, kau pria yang baik~" tepat ditelinganya, yang berhasil membuat pipinya memerah kembali.
"Tidak, kau sangat mabuk hingga kau tidur seperti babi kecil" Jaega menunduk menyembunyikan wajah memerahnya.
"Tapi saat aku tidur...."
AAARGH!!!
Tanpa keduanya sadari, mereka kini berdiri persis di depan ruangan bu Yassa. Naira dan Jaega langsung menoleh ke asal suara.
"Suara apa itu? Itu berasal dari ruang guru Yassa." Dengan cepat Naira yang berdiri dekat pintu ruang itu langsung membukanya tanpa di ketuk terlebih dahulu karena kekhawatirannya telah terjadi sesuatu pada gurunya itu.
"Guru Yassa, apa yang terjadi?" Tanyanya panik. Tetapi yang di lihatnya adalah dua orang berbeda jenis yang sedang berpelukan dengan kertas-kertas yang berhamburan di sekitarnya.
Flashback on beberapa menit lalu
Meja kerja Yassa yang berantakan karena banyaknya dokumen-dokumen dan tugas-tugas siswanya. Meja dipenuhi dengan kertas dan buku yang menumpuk.
"Aku minta maaf, di sini berantakan." Yassa merapikan dokumen-dokumen itu dengan canggung. " Belakangan ini ada banyak aktivitas di sekolah dan banyak rencana yang diserahkan oleh para murid." Lanjutnya masih merapikan dengan cepat.
"Tak masalah."
"Kau sudah banyak berubah, aku tidak mengenalmu saat pertama melihat." Lanjut laki-laki yang sedari tadi memerhatikan Yassa membereskan mejanya.
"Aku mengganti gaya rambutku, suasana hatiku juga berubah..."
Laki-laki itu mengambil sebuah bingkai foto yang berada di atas meja kerja Yassa dan memandangi foto yang berada di dalamnya.
"Kau menyimpan foto ini juga..." Gumamnya.
"Iya... Ini satu-satunya foto kita bertiga... Pada waktu itu.... Kalau aku bisa kembali ke masa itu, aku akan melakukan apapun..." Jawab Yassa pelan sembari meletakkan berkas-berkasnya ke lemari di ruangannya. Sekelebat ingatan masa lalu itu terputar kembali.
---
"Yarin, aku menyukaimu. Aku akan bersaing dengan Ji secara adil." Ucap Malvin dihadapan Yarin. Lantas Malvin menoleh kearah Ji yang berdiri lumayan jauh dari keduanya berdiri. "Ji!! Mari kita selesaikan dengan balapan mobil." Tantangnya. Tanpa ba bi bu, Ji pun menerima tantangan Malvin."Apa? Tidak! Itu terlalu berbahaya, KALIAN JANGAN PERGI!!" Teriak Yarin mencoba menghentikan keduanya.
Balapan mobil antara Malvin dan Ji berlangsung dengan sangat cepat. Keduanya mengemudi dengan kecepatan di atas rata-rata hingga...
CEKIIIT!!!"JI!!!"
----Ji mengalami kecelakaan hebat yang membuatnya tidak selamat dari insiden itu. Yassa tersadar dari lamunannya.
"Kalau waktu itu aku bisa menghentikanmu, mungkin... Mungkin..." Yassa menundukkan kepala. Dia mengangkat kepalanya dan menoleh ke Malvin.
".... Lupakan saja, biarkan yang lalu berlalu." Ujarnya tersenyum lebar.
"Malvin, apa kau mau minum sesuatu?"
"Tidak, terima kasih."
Yassa mengangguk untuk merespon Malvin. Dia masih mondar-mandir merapikan berkas dan meletakkan pada tempatnya semula.
"Aaargh!" Teriak Yassa.
Kaki Yassa tergelincir karena tergesa-gesa saat berjalan. Dan juga sepatu yang digunakan hari ini high heels kecil, sehingga berkas-berkas yang dipegangnya melayang membuat kertas-kertas didalamnya terbang berhamburan.
Dengan sigap tangan kiri Malvin menarik lengan dan tangan kanannya melingkar di punggung Yarin agar tidak terjatuh. Bukankah keduanya seperti orang yang berpelukan? Atau memang sudah berpelukan??
"Kau baik-baik saja?"
"Kupikir kakiku terkilir..." Jawab Yarin.
BRAKKK!!
"Guru Yassa, apa yang terjadi?"
Flashback off
Keduanya segera berpisah dan berdiri canggung setelah mendengar suara Naira. Sontak Naira melebarkan matanya. "Kalian.... Kenapa kalian..." Naira masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan.
"Kenapa Malvin jelek memeluk bu Yassa barusan? Apa yang sebenarnya terjadi?" Ucap Naira dalam hati.
"Rara, dengarkan aku. Nona Yarin adalah teman sekolahku di kampus." Jelas Malvin.
"Rara? Aku selalu berpikir itu hanyalah nama yang sama... Saat kami masih di kampus, kau selalu membicarakan adikmu yang suka melawan, ternyata itu benar dia." Ujar Yarin pada Malvin.
"Nona Yarin? Nama nona Yassa... Adalah nona Yarin... Dia.. dia wanita yang ada di foto?" Batin Naira. Tiba-tiba hatinya terasa remuk mengetahui hal itu. Dia ingat ketika Malvin mengambil foto di tangannya dengan mengatakan " Naira! Apa kau tahu apa itu privasi?" Dengan wajah yang penuh emosi. Dia ingat pertama kali bertemu dengan bu Yassa yang memperkenalkan dirinya sebagai wali kelas baru di kelasnya. "Aku wali kelasmu yang baru, kau bisa panggil aku Yassa." Ucap Yassa yang tersenyum waktu itu. Bahkan dia juga ingat ketika Malvin mengatakan dia mencintai seorang gadis, tapi gadis itu bukan dirinya. Semuanya begitu jelas dalam ingatannya.
"Jadi, kau adalah Yarin?" Tanyanya pelan tapi masih bisa di dengar oleh keduanya.
"Ini semua karena dia tidak mencintaiku, Malvin jelek tidak berbohong, dia menolakku setiap waktu.... Ternyata itu hanya angan-anganku, aku telah mengirimkan sinyal yang salah, itu sajaa..." Batin Naira. Naira menghembuskan nafas panjang dan berusaha menenangkan hatinya yang perih walaupun itu tidak berhasil. Dengan tubuh yang gemetar dia melangkah maju mendekat pada keduanya.
Malvin yang melihat Naira maju mendekat, dengan cepat dia maju selangkah dan mengangkat tangan kanannya dihadapan Yarin seakan Malvin melindungi Yarin dari Naira.
"Rara, apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Malvin was-was. "Apa dia ingin menyingkirkan Yarin seperti yang dia lakukan pada Selena?" Terka Malvin dalam hati.
Naira mendongak dan menatap Malvin datar. "Kau pikir apa yang ingin aku lakukan? Apa di hatimu aku adalah wanita jahat yang tidak tahu malu?"
"Tenanglah, Rara. Mari bicara."
"Menjauhlah dariku!" Kata Naira dingin. Sebegitunyakah Malvin tidak percaya padaku? Dan sebegitunyakah dia takut aku akan menyakiti Yarin?
"Katakan padaku, apa dia orang yang kau sukai?" Tanya Naira masih terlihat dingin dan datar.
"Rara, kau salah paham..."
Malvin mengangkat tangannya menginterupsi Yarin agar tidak meneruskan perkataannya.
"Iya. Kau benar." Jawab Malvin
Naira tersenyum miring " Malvin, kau seorang bajingan! Aku tidak mau bertemu denganmu lagi." Naira meninggalkan keduanya dengan langkah tegas. Malvin berdiri dan memandang kepergian Naira dengan raut wajah yang susah di artikan.
"Malvin, kau baik-baik saja, pergi dan jelaskan pada Rara." Ucap Yarin pelan.
"Aku tidak bisa memberikan apa yang dia mau, dia seorang gadis dewasa sekarang, aku tidak bisa melindunginya selamanya..." Ucap Malvin tanpa menoleh pada Yarin.
Maaf yaa, baru update lagi,...
KAMU SEDANG MEMBACA
~PERFECT~ [END]
Teen FictionMark x Ningning "sial kenapa tidak ada yang memberitahuku gadis pengatur ini sudah kembali!" -Malvin Arkana Satya "Oh, apa dia marah?" -batin Naira "Aku belum pernah melihatmu selama bertahun-tahun, keliatannya kau tumbuh lebih tinggi, kucingku!~Ku...