Tanpa menunggu lama, Naira langsung menendang pintu dihadapannya sekuat tenaga hingga menimbulkan suara yang keras.
BRAAKKK!
Terlihat Dila yang masih mencoba merayu Malvin dengan duduk di pangkuannya.
"Itu kau! Wanita tidak tahu malu! Kau masih mengganggu Malvin!" Ujar Naira dengan tatapan dingin. "Mari kita lihat! Aku harus memberimu pelajaran!" Geramnya dalam hati. Dia mengepalkan tangannya erat.
Dila menoleh dan melihat Naira yang masih berdiri di sana. "Gadis ini mengacaukan semuanya lagi! Aku hampir berhasil membunuhnya! Aku tidak bisa melanjutkan karena sekarang ada saksi." Gerutunya dalam hati. Dengan terpaksa dia melepaskan Malvin saat ini. Segera dia berdiri dan menjauh pergi. "Aku harus pergi sekarang. Malvin, mari kita bersenang-senang bersama lain waktu." Ucapnya sebelum keluar ruangan.
"Apa kau takut? Kau mau kabur? Jangan tunjukkan wajahmu di hadapanku lagi!" Ujar Naira sedikit meninggikan suaranya sembari menunjuk Dila.
"Baru saja Dila pasti mencoba membunuhku! Jika saja bukan karena Rara, aku takut aku.... Dia pasti datang untuk balas dendam." Kata Malvin dalam hati seraya menyentuh lehernya yang tadi disentuh Dila.
"Ekhem! Hem!"
"Malvin jelek, kau tidak apa-apa?"
"Aku baik-baik saja, jangan datang ke kantorku lagi tanpa mengabariku." Ucapnya sambil merapikan dasinya kembali. "Aku tidak bisa memberitahu Rara tentang apa yang terjadi. Aku harus menjaganya tetap aman." Batinnya.
"Kenapa? Karena aku mengganggu kesenanganmu dengannya?" Tanyanya kesal.
"Tidak ada alasan, aku akan segera mengantarmu kembali, jangan datang lagi."
"Malvin!"
"Aku sudah cukup! Cukup!" Gumam Naira pelan.
Naira menghampiri Malvin dan mengikis jarak antara keduanya. Ditariknya dasi Malvin dan... Naira mencium bibir Malvin lembut. Malvin membulatkan kedua bola matanya kaget atas perlakuan Naira yang tiba-tiba menciumnya tanpa aba-aba. Sialnya, dia tidak menolaknya dan ikut memejamkan matanya. Tanpa ia sadari, dia juga membalas ciuman itu lembut. Di bawah sana tangan kanannya meraih tangan kiri Naira dan menggenggamnya. Sedetik setelahnya Naira berhenti dan mundur.
"Malvin, aku mencintaimu, dengan cara yang romantis. Aku sudah dewasa sekarang. Jangan perlakukan aku seperti anak kecil lagi. Aku tidak ingin menjadi adikmu, aku ingin menjadi pengantin wanitamu." Setelah mengatakannya Naira mendekat dan memeluk Malvin.
"Rara, dengarkan aku..."
"Aku tidak ingin dengar."
"Mungkin kau salah paham tentang perasaanmu padaku."
"Aku tak ingin mendengarnya! Aku tahu apa yang aku rasakan."
"Aku harus bagaimana, agar dia bisa mengerti..." Gumam Malvin dalam hati.
"Aku akan selalu mencintaimu dan memanjakanmu. Tapi... Aku sudah menyukai seseorang." Ucap Malvin semakin pelan.
"Orang itu pasti aku, 'kan?" Tanya Rara percaya diri serta menampilkan deretan giginya.
"Aku memang mencintaimu tapi itu bukan sebagai kekasih. Kau adik kecilku. Kau hanya boleh melihatku sebagai kakakmu." Jelas Malvin yang memegang kedua bahu Rara.
Naira mundur beberapa langkah. "Jangan khawatir. Pelan-pelan kau akan mencintaiku. Aku tumbuh dewasa. Aku akan belajar lebih giat. Saat aku lulus kuliah, mungkin kau akan jatuh cinta padaku."
"Aku mencintai seseorang" ucap Malvin menunduk.
"Ya~" Naira menatap Malvin penuh harap. Berharap orang yang dicintainya adalah dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/336201266-288-k981482.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
~PERFECT~ [END]
Teen FictionMark x Ningning "sial kenapa tidak ada yang memberitahuku gadis pengatur ini sudah kembali!" -Malvin Arkana Satya "Oh, apa dia marah?" -batin Naira "Aku belum pernah melihatmu selama bertahun-tahun, keliatannya kau tumbuh lebih tinggi, kucingku!~Ku...