12. MENINGGALKAN

270 48 3
                                    

Beberapa jam kemudian

Naira sudah membereskan semuanya dan dia sudah berganti pakaian. Naira keluar dari kamar serta membawa satu koper ditangannya. Dia memutuskan untuk kembali ke Inggris sekarang. Setibanya di lantai bawah dia bertemu bibi Zang.

"Bibi Zang! Aku mau pergi. Aku akan kembali ke Inggris. Liburan musim panasku sudah berakhir! Aku seharusnya pergi lebih awal."

"Nona mengapa kamu pergi tiba-tiba?" Tanya bibi Zang kaget. Lalu ia menghampiri nona mudanya.

"Apa yang terjadi Rara? Apa kamu bertengkar dengan tuan muda? Dia amat sayang pada nona, dia akan khawatir tentang kamu jika kamu pergi tanpa memberitahunya" bujuk bibi Zang.

"Dia tidak peduli padaku sama sekali. Dia punya banyak pacar!" Ujar Naira.

"Tidak mungkin! Tuan muda berkata padaku untuk menyiapkan ulang tahunmu yang ke 18! Kami mengadakan pesta besar untukmu" bibi Zang menghela nafas, "Tuan muda ini semua yang bisa aku lakukan untuk membantumu.." batinnya.

"Sungguh?"

"Aku akan tanya padanya." Naira berlari dengan semangat.

"Ehh?! Nona! Nona!" Bibi Zang berusaha mencegahnya tetapi Naira sudah berlari menjauh. "Aku harus memberu tahu tuan tentang ini!" Bibi Zang mengeluarkan ponsel dan menghubungi Malvin.

RIING!!

"Oh! Tidak! Dia meninggalkan hp-nya di rumah!"

Skip

"Kak Siera, apa kau tahu dimana sepupuku sekarang?" Naira menghubungi Siera.

".."

"Tidak! Kami tidak bertengkar. Hanya saja dia tidak menjawab teleponnya. Aku mau kembali ke kampus. Aku ingin bertemu dengannya sebelum aku pergi."

".."

"Oke, terimakasih kak~" Naira mengakhiri panggilannya, lalu ia bergegas untuk menemui Malvin.

"Kak Siera benar. Dia ada di sini."

Naira melihat dua orang laki-laki sedang berbincang. Ya, Naira datang ketempat temannya Malvin tinggal. Dia tidak mendekat karena tidak mau mengganggu keduanya. Jadi dia memutuskan untuk mendengarkan apa yang mereka bicarakan dari balik salah satu tiang disana.

"Aku tidak akan memaafkanmu kalau bukan karena kau ingat ulang tahunku!"

Disisi lain..

"Oh, pengunjung langka! Punya utang budi apa aku kepada presdir Malvin?"

"Berhenti menggodaku!"

"Ada apa antara kau dan kekasih masa kecilmu? Beri tahu aku." Laki-laki dihadapanya terus menggodanya.

"Kukira kau lebih baik dari ini!"

"Siapa yang mau punya dia sebagai kekasih masa kecil?"

Naira mematung tepat diposisinya.

"Ibuku kasihan padanya karena kehilangan ibu dan ayahnya meninggalkannya, itulah kenapa dia datang di rumah kami."

Naira mendekat di belakang Malvin tanpa suara. Dia berdiri tepat di balakang Malvin sekarang.

"Kalau tidak, aku sama sekali tidak mau bicara padanya." Lanjut Malvin.

"Eemm.. Malvin, aku tahu kau tidak bersungguh-sungguh dengan kata-katamu. Belum terlambat kalau kau mau mengatakan perasaanmu yang sebenarnya." Teman Malvin yang melihat Naira menelan ludah dengan susah payah dan berusaha untuk membantu Malvin dari situasi ini.

"Aku bersungguh-sungguh. Aku hanya mengatakan kebenarannya. Aku sudah lelah dengan semua trik rubah kecil itu! Aku baru saja kena cipratan segelas minuman." Jawab Malvin yang tak curiga apa-apa. (Dasar tidak peka si Malvin -_-)

"Sekarang sepertinya segelas minuman tidaklah cukup." Ucap teman Malvin.

"Sudah selesai?"

Malvin kaget mendengar suara yang sangat dia kenali. Dia menoleh ke arah suara

"Naira, sejak kapan kau.."

"Kau benar! Kita bukan kekasih masa kecil! Kita bukan apa-apa!" Potong Naira seraya meremas gantungan boneka harimau kecil di tangannya.

"Aku hanyalah seorang anak yang dipungut keluargamu. Ini semua hadiah yang kau berikan padaku. Sekarang aku mengembalikannya." Seraya membalikkan tas kecil di atas meja sehingga keluar semua barang-barang yang ada didalamnya.

"Aku akan membalasmu, seluruh uang yang sudah kau habiskan untukku..dan ini!" Naira memegang badan dan kepala boneka harimau itu..

"Tunggu" Malvin berusaha mencegahnya tetapi Naira sudah memutuskan kepala harimau itu dari tubuhnya.

"Ini dia!" Naira meletakan boneka itu di atas meja.

"Terimakasih sudah merawatku selama beberapa tahun ini! Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu.
Tidak sampai hari aku mati." Kata Naira. Dia melangkahkan kakinya meninggalkan keduanya.

Sekarang dia berada di dalam mobil. Deraian air mata yang ia tahan sedari tadi kini jatuh membuat pipinya basah. Sekelebat ia mengingat saat berbicara dengan mamanya.

Flashback on

"Mama, aku rasa mereka tidak menyukaiku." Ucap anak kecil itu

"Tidak mungkin! Rara-ku pintar dan menawan. Semua orang menyukaimu." Kata mamanya yang mengusap pucuk kepalanya lembut.

"Benarkah?"

"Tentu saja! Mama tidak bohong."

~Rara layak mendapatkan seluruh cinta di dunia ini~

Flashback off

"Pembohong. Kau berbohong padaku. Malvin tidak menyukaiku."

"Dia tidak pernah menyukaiku." Air mata itu lolos terjatuh.

Bandara internasional

"RIING, RIING!!"

"Kenapa tempat sampah ini ada suara?" Heran salah satu pengunjung.

Sebenarnya yang bunyi di dalam tempat sampah itu berasal dari ponsel Naira. Naira membuangnya setibanya di bandara.

"Sialan! Dia tidak menjawab teleponku" ucap Malvin pada bibi Zang.

"Coba lagi!.. Rara bilang kau tidak menyukainya, jadi dia ingin kembali ke sekolah. Aku bohong padanya bahwa kau sebenarnya sangat peduli padanya dan selalu mengingat ulang tahunnya. Setelah itu, dia pergi dengan bahagia untuk bertemu denganmu tapi sekarang semuanya jadi salah." Sesal bibi Zang karena berbohong pada Naira.

"Ulang tahun?"

"23 Oktober, Rara berusia 18 tahun. Seharusnya ada perayaan ulang tahun." Jawab bibi Zang.

"Ya ampun! Bagaimana bisa aku melupakan itu!" Ujar Malvin sembari menepok jidatnya.

"Hal yang paling penting sekarang menemukan gadis kecil itu." Pikirnya. Dengan segera Malvin menghubungi seseorang.

"Halo, saya ingin tahu lokasi seseorang."

                                   

Gimana??
Greget deh sama si Malvin, pengen tak hiihh...😬
See youuu readerss🥰

~PERFECT~ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang