5. JANGAN AMBIL DARIKU!

331 46 1
                                    

"Tok tok"

"Masuklah" jawab Malvin.

"Presdir, ini kotak P3Knya" Rani menghampiri keduanya yang duduk berdampingan. Ia melihat gadis kecil itu melipat kedua tangan didadanya mungkin karna merajuk, pikirnya.  " Gadis kecil ini memang ajaib. Dia bisa membuat Malvin memperlakukannya seperti itu. Dia tidak terlihat seperti kerabatnya, apakah dia tunangannya?" Batinnya.

Rani membuka kotak P3K hendak mengoleskan obat pada Naira.

"Ini akan sedikit sakit"

"Itu akan menyakitkan? Bisakah aku tidak menggunakan obat?" Tanyanya khawatir.

"TIDAK!" Malvin meraih obatnya olesnya. "Pergi ke rumah sakit atau menggunakan obat? Kau pilih salah satu."

Naira mengerucutkan bibirnya. "Aku juga tidak ingin memilih."

"Rara"

"Aku tidak ingin kau mengoleskan obat untukku. Biarkan kakak cantik ini melakukannya untukku! Kau kaku!" Katanya sembari menunjuk sang sekretaris. Sedangkan sekretaris itu terkekeh melihat tingkah keduanya.

Malvin menarik lengan Naira agar mendekat. Tangan kanan memegang pinggangnya sedangkan tangan kirinya memegang dagu gadis kecil itu. Mata keduanya bertemu.
" Rara, jika kau terus berulah, aku tidak yakin apa yang akan aku lakukan padamu."

Rara menurut untuk di oles obat.

"Jangan bergerak!" Malvin mengoleskan obat dengan hati-hati.

"Dia sangat Tampan~ pria lagi serius memang paling menarik" ucapnya dalam hati ketika melihat wajah serius Malvin dari jarak yang dekat seperti sekarang.

"Setelah kau menggunakan obat, aku akan meminta seseorang mengantarmu pulang." Katanya seraya memasukan obat pada tempatnya semula.

"Tunggu..kau belum makan makanan yang kubawa." Naira segara membuka kotak makan yang dibawanya.

"Aku sudah bekerja keras untuk membuat susi" bohongnya. (Itu sebenernya di buat oleh bibi Zang, wkwkwkk)

"Enak sekali.."

(Naira memakannya sendiri, bukannya itu buat Malvin?
Bocil gemess wkwk)

"Bersikaplah lembut, oke? Kenapa kau terlihat seperti seorang pengungsi. Apakah makanan di kampus inggrismu buruk?..dan apakah kau berhasil? Kenapa aku tidak tahu kau bisa memasak?" Tanya Malvin heran plus curiga Naira membohonginya. Ia melipat kedua tangan di dada melihat Naira dengan satu alisnya terangkat.

Naira mematung sesaat.

"Dasar kucing jelek! Kenapa kau terlihat seperti itu? Kalau begitu jangan memakannya."

Malvin mengambil susi yang berada di tangan Naira dan memasukan kedalam mulutnya. Mengunyahnya "Tidak buruk" ucapnya.

"Hei! Malvin! Aku pikir kau tidak menyukainya. Ada begitu banyak disana. Mengapa kau mengambil punyaku?" Tanyanya sembari menunjuk susi yang di kotak makan.

Malvin mendekat dan menempatkan kedua tanyannya di kedua sisi Naira. Matanya menatap mata bulat gadis itu. " Siapa yang bilang? Mulai saat ini, aku juga menyukainya."

"Kau.." Naira membulatkan matanya.

"Jangan ambil punyaku! Malvin! Jangan menyentuhnya!"

Karna lagi-lagi Malvin mengambil susi yang berada di tangan Naira, membuat wanita itu kesal.

"Tidak mungkin!" Jawabnya datar.

"Itu milikku! Jangan ambil mereka dariku! Aaargh.."

Beberapa saat kemudian

Keduanya kenyang dan merebahkan diri di sofa ruang tunggu berdampingan. Malvin melihat arloji di tangan kirinya. Jam menunjukkan pukul 14.30 "sudah terlambat sekarang. Tidak ada yang bisa aku lakukan padanya.." ia menatap Naira di sebelahnya.

"Aku harus pergi ke rapat, apakah kau mengantuk? Aku minta seseorang mengantarmu pulang ya?"

"Tidak mau"

"Aku mengatakan pada bibi Zang bahwa aku akan pulang denganmu hari ini, aku harus menepati janjiku!" Lanjutnya.

"Baik! Kau bisa menonton TV dan bermain game komputer di sini." Jawab Malvin.

"Ingat! Jangan berlarian" Malvin mengingatkan.

"Tunggu!"

"Apa?"

Naira berjalan mendekati Malvin lalu "cup" ia mengecup pipinya dengan cepat. Malvin mematung dan membulatkan kedua bola matanya sesaat karna mendapat perlakuan seperti tadi.

Skip!

Ruang kerja Malvin ( di rumah)

Pekerjaan selesai. "Sungguh hari yang panjang..aku harus segera tidur" gumamnya.
Malvin merapikan dokumen-dokumen di mejanya, ketika merasa cukup ia segera menujuk tempat tidurnya. Dia mendorong pintu kamarnya, seketika ia mematung ketika melihat gadis kecil itu duduk di atas ranjangnya.

"Hai, sayangg~" gadis itu tersenyum padanya.

"Senyum itu lagi" dalam hati, ia tetap berada diposisinya.
"Jika malaikat dan iblis bisa hidup bersama maka Naira adalah perpaduan keduanya." Pikirnya.

~Authorpun setuju sama pendapatmu vin 😌

Saat pertama kali mereka bertemu, Malvin Arkana Satya berumur 8 tahun dan Naira Rastial berumur 3 tahun.

"Aku tumbuh dengan darah dan air mata, gadis pengatur ini mengerikan~" Malvin mengingat masa-masa sejak bertemu dengan gadis bermata bulat itu.

"Apa yang kau lakukan? Pergilah ke kamarmu." Sembari mencubit keningnya.

"Kenapa? Aku mau tidur denganmu!" Seraya memeluk boneka beruang yang berukuran sedang.

"Keluar! Aku tidak akan mengatakannya dua kali."

"Tidak mau!" Kekehnya, ia mempererat pelukannya. "Bibi Zang! Kak Malvin tidak membiarkanku tidur dengannya." Adunya.

Dalam sekejap pintu kamar itu terbuka memperlihatkan wanita yang sudah cukup tua itu. "Tuan muda, nona Rara sedang tidak sehat, dia takut tidur sendirian, anda sebagai kakak harus menjaganya." Bibi Zang tersenyum.

"IYA!" Jawab Naira.

"Lagian ranjangnya besar, tidak masalah!" Lanjut bibi Zang.

"Bibi Zang!" Malvin tak habis pikir dengannya. "Pasti gadis kecil ini lagi." Pikirnya.

"Tuan muda, ini sudah larut, anda harus tidur sekarang. Selamat malam!" Bibi Zang segera kabur sembari menahan tawanya.

"Sialan!" Gerutunya.

"Kemarilah" ucap Naira sambil menepuk-nepuk tempat tidur.

"Kau tidur disini. Aku akan ke kamar tamu." Malvin berbalik badan hendak keluar namun langkahnya terhenti karna dicekal oleh gadis itu.

                                            
Update karena ini hari pertama puasa~🤗

Lanjut gakk??
Bosenin ya? Maaf yaa...
See youu di chapter selanjutnya 😘

~PERFECT~ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang