15. BERPURA-PURA

250 43 5
                                    


Rumah mami Iryana

"Nyonya, tuan muda akan tiba. Tolong bersiap-siaplah." Ucap sang pelayan sedikit khawatir.

"Sekarang?!"

Kaget mami Iryana, dia kira mereka akan sampai setengah jam lagi, jadi dia berniat memakai masker wajah terlebih dulu. Ternyata semua di luar ekspektasi, maka ia harus terburu-buru menyiapkan semuanya.

KREET..

Pintu kamar itu terbuka perlahan dan terlihatlah seseorang yang sedang terbaring di ranjang membelakanginya.

"Mami Iryana, aku kembali!" Naira menghampirinya yang terbaring di atas kasur.

"Mami Iryana, bagaimana perasaanmu sekarang? Apa sudah baik-baik saja?" Tanyanya lembut.

Mendengar suara itu mami Iryana menoleh melihat orang yang berlutut dibelakangnya.

"Ah, jantungku sakit! Apa Rara kembali? Rara...aku bisa tenang sekarang begitu aku melihatmu. Aku takut aku akan mati sebelum kalian menikah. Malvin adalah anak yang tidak tahu terima kasih. Aku tidak oernah berhenti mengkhawatirkannya." Kata mami Iryana pelan dan lemah. Dia sangat pandai berakting bukan? Pikirnya.

"Huhh"

Melihat itu Malvin ikut mendekat pada keduanya. Dia meraih tangan Naira lembut dan menautkannya pada tangannya.

"Ibu, jangan cemas, Rara sudah setuju untuk menikah denganku. Kami akan segera menikah." Kata Malvin sembari menatap Naira yang membulatkan matanya kaget.

"Tunggu! Tunggu!"

"Benarkah?" Tanya mami Iryana yang sudah berganti posisi menjadi duduk dan bersandar pada punggung ranjang. "Apakah itu bukan kebohongan?"

"Tentu saja itu benar. Pernikahan bukanlah lelucon." Jawab Malvin yakin

"Kalau begitu tandatangani perjanjian pertunangan ini."

Mami Iryana tersenyum sumringah sembari menyodorkan sebuah kertas yang berisi perjanjian pertunangan yang entah dari mana asalnya.

Naira dan Malvin mematung ditempatnya, mereka kaget dan heran kenapa tiba-tiba Iryana menjadi bersemangat dan tidak terlihat seperti sedang sakit?

"Apa ibu sudah lama menyiapkan itu?"

"Oh! Kau membuat jantungku sangat sakit!" Kata mami Iryana dan berakting kesakitan.

"Kau bukan anakku. Kau bahkan tidak mau memuaskan keinginan kecil ibumu sendiri." Lanjutnya.

"Baiklah. Kami akan menandatanganinya." Jawab Malvin cepat

"APA?!" Tanya Naira menatap Malvin tak percaya+heran.

Beberapa menit kemudian...

Malvin terlihat santai duduk di ruang keluarga tepat di lantai satu sembari menikmati secangkir kopinya. Naira yang baru saja turun segera menghampiri laki-laki itu.

"Malvin! Kenapa kau menyetujui untuk menandatanganinya tanpa bertanya padaku? Kamu tidak benar-benar ingin menikah denganku kan? Aku tak ingin menikah denganmu! Mami Iryana hanya berpura-pura. Tidakkah kau memperhatikan itu?" Ucap Naira dingin.

"Oh, aku tidak memperhatikannya." Jawab Malvin mengangkat satu alisnya. Ah, sebenarnya ia tahu itu.

"Aku hanya ingin ibu bahagia kita hanya akan berpura-pura menjadi tunangan. Aku akan mengantarmu ke sekolah lagi. Tenang saja, aku tidak bermaksud menikahimu." Lanjut Malvin

Naira berjalan mendekat ke arah Malvin dan melempar cangkir yang dipegangnya. Naira menarik dasi laki-laki dihadapannya.

"Kamu cari aku begitu ada masalah dan membuangku begitu urusannya selesai, KAMU ANGGAP AKU APA?!!" Kilatan amarah terlihat di kedua mata gadis itu.

Kamar mami Iryana

"Nyonya, tuan muda dan nona muda sedang bertengkar di lantai bawah." Adu sang pelayan

"Malvin ini, dia tidak bermaksud begitu, dia hanya gengsi. Itu sebabnya aku menciptakan kesempatan untuknya. Aku harap dia mengambilnya. Untuk Rara, keluarga kita berutang banyak pada Rara..aku selamanya tidak akan bisa melunasinya.." kata mami Iryana menghela nafas pelan.

Ruang keluarga

"Mengapa aku harus datang dan pergi ditentukan olehmu?! Malvin, kau menganggap aku ini apa?!"

Malvin hanya terkekeh

"Apa yang kau tertawakan?" Heran Naira melihat senyum aneh itu.

"Aarghh"

Malvin membalikkan posisi dan mendorong Naira di atas sofa, kedua tangannya memegang kedua tangan gadis itu. Dan mendekatkan wajahnya pada Naira.

"Memang benar bahwa aku menandatangani perjanjian pertunangan tanpa bertanya padamu tapi aku juga bisa mengatakan bahwa kau tidak ingin menikah denganku. Jadi aku tidak pernah berencana untuk benar-benar melakukan kontrak ini. Tapi mengapa aku merasakan sedikit kekecewaan di sini? Apakah kau benar-benar ingin menikahiku, tunanganku sayang?" Ucap Malvin masih tersenyum.

Naira membuang muka ke sembarang tempat untuk menghindari kontak mata dengan Malvin.

"Siapa juga yang ingin menikah denganmu. JANGAN KEPEDEAN!"

"Selama 3 tahun ini, di depan ibu, berpura-puralah sebagai tunanganku. Kau hanya perlu berpura-pura selama 3 tahun. Setelah itu, kau dan aku tidak ada hubungan lagi."

"Apakah kau memohon padaku untuk berakting denganmu? Kenapa aku juga harus melakukannya?"

Malvin mendekatkan bibirnya ke telinga Naira. "Sebagai imbalannya, kau diizinkan memberiku satu syarat yang akan aku selesaikan selama aku bisa." Bisiknya, lalu dia mengecup pipi kanan Naira. Membuat wajah Naira memerah.

"Kau...baiklah! Jangan dekat-dekat denganku! Tak bisakah kau berbicara denganku dari kejauhan!" Naira mendorong tubuh itu menjauh.

"Oke" setelahnya Malvin mundur dan duduk di sofa menghadap Naira.

"Mesum!" Naira bergeser menjauh dari Malvin.

"Dia menyakitiku dulu kemudian menipuku untuk datang kesini. Aku bahkan berpura-pura menjadi tunangannya di depan ibunya dan menandatangani perjanjian tunangan! Aku selalu saja tertipu olehnya! Aku tidak bisa menahannya!" Gerutu Naira dalam hati.

Naira benar-benar kesal sekarang. Dia butuh pelampiasan untuk menghilangkan rasa kesalnya. Naira melirik Malvin yang berada disampingnya, tiba-tiba dia tersenyum aneh..

"AARGH! NAIRA! KENAPA KAU MENGIGITKU!!"

                                

Terimakasih yang udah vote dan coment🤗
See youu 🥰

~PERFECT~ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang