Naira terus berlari di sepanjang koridor mengabaikan mahasiswa lain yang dilewatinya yang melihatnya heran. Entahlah, ia hanya merasakan perih di dalam hatinya mengetahui masa lalu Malvin kini datang kembali. Bahkan Malvin masih menyimpan foto wanita itu yang tak lain adalah bu Yassa yang sebenarnya Yarin. Naira terus berlari sampai taman belakang kampus ia menghentikan langkahnya. Dia bersandar pada dinding dengan nafas yang terengah-engah, air mata yang sedari tadi ia tahan kini tumpah begitu saja. Dia menangis pilu, kakinya terasa lemas dan bergetar.
"Dia akan menyusulku, kan? Dulu mau semarah apa pun aku, dia akan datang menghiburku..." Ucapnya dalam hati.
Seorang laki-laki berlari dengan langkah besar menghampirinya dengan raut muka yang khawatir. Naira mengusap air matanya, dia mendongak untuk melihat siapa yang datang.
"Kau.."
"Rara"
"Kenapa itu kau?"
"...." Jaega tidak menjawab. Ia mengangkat tangan untuk mengusap pucuk kepala Naira dan menatapnya lembut.
"Aku tidak mau kau di sini, kenapa kau disini?" Suaranya terdengar parau karena menahan tangisnya.
Jaega membawa Naira dalam dekapannya pelan. "Rara, menangislah jika kau mau..."
"Huwaa~" Naira menangis dalam dekapan Jaega. "Kenapa itu kau? Kenapa bukan Malvin..." Kata Naira pelan.
Jaega menunduk melihat Naira dalam pelukkannya. "Tidak apa-apa, kau akan merasa lebih baik setelah menangis..."
"Senior, kenapa kau menyukaiku? Aku tidak pantas mendapatkan cintamu." Ucap Naira di sela isakannya.
Jaega mengulurkan tangannya menyeka air mata Rara dengan lembut. "Rara, jadi kenapa kau menyukai Malvin? Apa kau benar-benar bahagia saat bersama Malvin? Apa dia merasa bersalah saat kau menangis karenanya? Apa yang kau sukai dari dia?" Jaega menanyakannya tak kalah lembut.
"Aku... Aku..."
Naira merenung dan mengingat sesuatu. "Sejak aku umur 7 tahun, aku telah tinggal dalam keluarga Satya. Aku tidak punya teman, orang bilang akulah penyebab ibuku mati, hanya Malvin yang melindungiku dan menghiburku... Semua ingatanku tentang dia, mami Iryana bilang aku bisa menikah dengannya saat aku dewasa jika aku menyukainya."
"Rara, apakah kau menyukai Malvin? Jika kau menyukainya, menikahlah dengannya saat kau dewasa~" itulah yang dikatakan mami Iryana padanya saat dirinya berusia 12 tahun.
"Aku menyukainya!" Jawabku lantang saat itu.
"Aku suka dia, aku benar-benar menyukainya! Tapi, itu semua bohong... Aku terlihat seperti orang bodoh... aku terlalu berlebihan menilai perasaannya padaku..." Lanjut Naira dalam hati.
Naira menampik tangan Jaega yang masih memegang kedua pipinya. "Aku tidak punya alasan apa pun, aku hanya menyukainya! Aku hanya ingin bersama dengannya, apakah tidak boleh?" Naira menunduk. "Kenapa susah sekali mendapatkan cintanya?" Lanjutnya pelan tapi masih bisa di dengar oleh Jaega.
Jaega kembali membawa Naira dalam pelukannya. " Boleh.... Tidak ada yang bilang tidak boleh... Tidak ada yang tidak menyukaimu.. semua orang menyukaimu. Orang-orang akan menyukaimu meskipun kau tidak berusaha keras untuk mendapatkan perhatian..."
Naira membulatkan matanya kaget. Dia mendongak untuk menatap Jaega karena tingginya hanya sebatas dagu laki-laki itu. "Bagaimana kau tahu? Aku..."
"Kau ingin menjadi bintang England Turna, dan kau ingin menjadi pusat perhatian, hanya karena kau ingin orang-orang untuk semakin menyukaimu. Aku tahu itu. Kau adalah gadis baik. Semuanya menyukaimu, tapi aku tetap akan menyukaimu meskipun kau tidak melakukan itu." Potong Jaega.
KAMU SEDANG MEMBACA
~PERFECT~ [END]
Teen FictionMark x Ningning "sial kenapa tidak ada yang memberitahuku gadis pengatur ini sudah kembali!" -Malvin Arkana Satya "Oh, apa dia marah?" -batin Naira "Aku belum pernah melihatmu selama bertahun-tahun, keliatannya kau tumbuh lebih tinggi, kucingku!~Ku...