35. CUPANG

287 30 13
                                    

"aku kembali" seru Malvin. Manatap kedua wanita itu berdiri bersisian.

Yarin melihat kedatangan Malvin yang tiba-tiba itu pun kaget, dengan cepat dia mengontrol ekspresi wajahnya. Sedangkan Naira menatap datar Malvin yang masih berdiri di ambang pintu.

"Maafkan aku, Rara. Ini semua adalah salahku, aku akan membuatkan yang lain untukmu, jangan marah..." Ucap Yarin dengan muka memelas.

Naira hanya meliriknya dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Aku lihat masakanmu hangus, jadi ku pikir kau akan membuangnya.." lanjut Yarin.

"Yarin! Kau!" Ujar Naira menahan emosinya.

".. apa yang terjadi?" Tanya Malvin menghampiri keduanya.

"Aku membantunya masak, tapi dia tidak ingin aku melakukannya. Jadi dia marah padaku. Aku akan memasak lagi yang baru, Rara jangan marah lagi ya, ini semua salahku--" Yarin menatap Naira seakan dia menyesal, tapi di balik itu dia menyeringai licik.

"Kau baru saja pulang, jangan terlalu lelah. Ayo makan di luar saja." Ujar Malvin.

"Tidak apa, aku akan memasak dengan cepat, tapi aku harus membersihkan semua barang yang sudah berantakan karena Naira, tunggu sebentar---"

"Kau tidak bilang kalau kau kembali, aku bisa mengirim seseorang untuk menjemputmu." Ucap Malvin yang kini berhadapan dengan Yarin.

"Aku ingin memberimu kejutan, jadi aku datang kemari setelah aku turun dari pesawat~"

Naira hanya diam menyimak pembicaraan keduanya. Dia menatap keduanya datar, menurunkan emosinya ketitik paling rendah. "Cukup!"

"Aku tidak akan mengganggu kalian berdua, buat saja makan siang kalian sendiri dan nikmatilah! Selamat tinggal!" Naira melepaskan apronnya dengan kasar dan pergi meninggalkan keduanya.

"Rara! Tunggu!" Malvin bergegas menyusul Naira keluar apartemen.

Di sisi lain, Yarin tersenyum senang. "Naira beneran tidak berubah, dia masih kekanak-kanakan dan suka menjadi pembangkang. Bagaimanapun dia harus makan siang dulu sebelum pergi~" ujarnya.

Langkah Malvin berhenti. Dia menoleh ke kanan, "tidak aman baginya di luar sendirian, aku akan menyusulnya." Ucap Malvin dingin. Dia kembali berlari mengejar Naira.

"Malvin!!!" Yarin berusaha mencegahnya tetapi Malvin sudah lebih dulu berlari dengan cepat keluar. "Malvin telah berubah..." Gumamnya lirih.

"Rara! Tunggu!" Teriak Malvin ketika melihat Naira memasuki lift.

Naira diam melihat Malvin yang berlari kearahnya, dengan cepat dia menekan tombol menuju lantai paling dasar. Pintu lift mulai tertutup,

"Rara!" Seru Malvin seraya mencegah pintu lift yang akan tertutup.

"Kembalilah, aku tidak ingin melihatmu!"

"Bukankah sebelumnya baik-baik saja? Kenapa kau tiba-tiba marah lagi?"

Naira memiringkan kepalanya dengan kerutan di keningnya. "Tiba-tiba? Lagi? Kau melihatku sebagai orang yang suka merajuk, bukan? Baiklah. Aku tudak bisa marah sekarang bahkan mau menghindar juga tidak bisa? Lebih baik aku pergi jauh-jauh saja!" Kata Naira masih dengan datarnya.

"Tenanglah, kau bilang kau mau pergi, tapi kemana kau mau pergi?" Tanya Malvin dengan berat hati.

"Bukan urusanmu! Aku tidak ada hubungannya denganmu. Kenapa kau mempedulikan hal itu?"

"Kau adalah orang yang sangat penting bagiku! Kenapa aku tidak bisa peduli padamu!?" Ujar Malvin tegas, dengan cepat dia menutup mulutnya dengan tangan. "Aku.. aku... Mengatakannya---" gumam Malvin dalam hati.

~PERFECT~ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang