10. DIABAIKAN

249 45 2
                                    

Minggu berikutnya

Sudah satu minggu Malvin jarang sekali bertemu dengan Naira, padahal mereka tinggal satu rumah. Tapi, belakangan ini Naira selalu pergi dengan Siera. Maka Malvin berniat untuk mengajak Naira makan malam bersamanya.

"Naira, ada restoran yang bagus. Apa kau ingin makan malam denganku?"

"Tidak. Aku akan pergi dengan kak Siera"

Keesokan harinya

Sepulangnya dari kantor, Malvin menghampiri kamar Naira dan mengajaknya pergi walaupun dia sendiri belum menentukan kemana mereka akan pergi.

"Naira, kita sudah lama tak pergi keluar! Ayo.."

"Tidak. Terimakasih, aku akan pergi dengan kak Siera" potong Naira.

Hari berikutnya

"Rara, aku..."

"Maaf..aku pergi dengan kak Siera hari ini"

Malvin meninggalkan kamar Rara denga wajah yang tidak bisa diartikan. Dia akan pergi ke kantor sekarang, karena niatnya meluangkan waktu untuk bisa pergi dengan Rara sudah pupus. Sesampainya di kantor dia terlihat tidak senang. Dia selalu memikirkan apa yang terjadi akhir-akhir ini, dimana dia tidak bertemu dengan Rara. Padahal biasanya Rara akan menempel terus padanya.

"Tenang, Malvin. Kau harus semangat dan senang bukan? Karena gadis itu tidak disini untuk mengganggumu" batin Malvin. Malvin menghela nafasnya kasar. Kenapa dia jadi begini? Kenapa dia ingin sekali mengajak Rara pergi? Kenapa dia tidak suka di perlakukan seperti ini~

"TIDAAKKK. Aku tidak senang dengan ini...huhuhu" Malvin menghadap tembok dan memukul-mukulnya pelan.

Perusahaan AS

Malvin duduk di kursi kerjanya dengan pikiran yang sangat kacau. Dia harus tetap berusaha untuk membujuk Rara agar mau pergi dengannya. Malvin meraih ponselnya dan menekan tombol panggil.

"Rara, kita belum bertemu berhari-hari! Tak peduli apa pun pokoknya hari ini kita akan makan malam bersama."

"Maaf, Malvin. Aku punya janji dengan kak Siera, pergi dan makan malamlah dengan kekasihmu sana!"

"Tuutt" sambungan terputus.

"Beraninya kau menutup panggilanku" Malvin meremas ponselnya. Moodnya benar-benar tidak baik sekarang.

"Mereka berkencan tiap hari! Apa tujuan mereka? Apa aku harus mengirimkan detektif untuk menemukan mereka?... TIDAK MUNGKIN! Malvin, kau sudah bertekad untuk lepas darinya!" Malvin benar-benar frustasi dengan ini semua. Dia tidak suka ini, benar-benar tidak suka.

Di sisi lain...

Pesta topeng

"Ini dia! Nona Raa si Miss rahasia"

Seorang gadis cantik memasuki ruang pesta tersebut. Rara sangat cantik malam ini dengan gaun biru sepanjang lutut, rambut yang digerai dan ada beberapa hiasan di rambutnya membuatnya semakin menawan, meskipun ia memakai topeng itu tidak bisa menutupi kecantikannya. Rara sangat populer di pesta ini. Karena kecantikannya, keramahannya, dan betapa elegannya dia. Tak sedikit laki-laki yang berusaha mendekatinya bahkan mengajaknya dansa, makan malam hingga memintanya untuk menjadi kekasihnya.

"Dia populer seperti biasanya, banyak yang tidak punya keberanian untuk menyapanya terlebih dulu" ucap seorang laki-laki.

Rara menghampiri meja dimana ada beberapa macam minuman disana. Dia mengambil minuman rasa jeruk dan meneguknya sedikit. Seorang laki-laki mendekat kearahnya.

"Apa aku punya kehormatan untuk makan malam dengan nona Raa hari ini?" Tanya laki-laki itu.

"Sialan! Dia lebih dulu bertindak!" Ujar segerombolan laki-laki yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Rara dan menyiapkan diri untuk menyapanya.

"Baiklah" jawab Rara.

"Terimakasih telah memberiku kesempatan, nona Raa aku akan lakukan apa pun untuk menyenangkanmu" ujar pria tersebut.

"Wooww! Lihat disana!" Teriak beberapa wanita sembari menunjuk pintu masuk.

"Apa?" Rara juga ikut melirik ke arah yang ditunjuk. Dilihatnya sepasang laki-laki dan wanita berambut pendek berpakaian seksi memasuki pesta. "Malvin! Kenapa dia datang ke pesta topeng?!" Naira membulatkan kedua bola matanya.

"Kenapa Malvin datang kemari?!" Ucap Siera kaget melihat Malvin. "Upss! Rara masih disini! Jika Malvin tahu aku membawanya kemari, dia akan membunuhku!" Batinnya.

"Sayang, aku pikir kamu tak ingin jalan-jalan denganku saat kamu menutup teleponku" ucap wanita berambut pendek itu pada Malvin.

"Tidak mungkin, aku sudah lama tak melihatmu" jawab Malvin. "Sebenarnya aku ingin tahu kemana Siera dan Rara itu pergi" katanya dalam hati. Lain di mulut lain juga dihati.

Naira mencoba menghindari untuk bertemu dengan Malvin. Dia menaiki tangga dengan tergesa-gesa.

"Fyuh! Hampir saja! Kenapa kucing jelek itu datang kemari?" Ucapnya dengan nafas ngos-ngosan.

"Hah, nonaku! Ada apa? Apa kamu baik-baik saja?" Tanya laki-laki yang yang berlari menyusulnya.

Malvin menoleh ketika mendengar ada keributan kecil di tangga. Seketika matanya membulat "Naira! Itu Naira! Aku tidak salah!"

"Apa aku ketahuan?" batin Naira yang melihat ekspresi Malvin berubah ketika melihatnya.

Malvin melepas tangan wanita disampingnya yang memeluk lengannya.

"Malvin, kemana kamu pergi?" Tanya wanita itu enggan melepaskan Malvin.

"Terjadi sesuatu. Kamu pulang saja sendiri" balas Malvin dingin.

Malvin segera menghampiri Naira yang berada di tangga dengan cepat ia mencekal lengan gadis itu.

"Naira! Kenapa kamu ada di sini?!"

"Apa yang harus aku lakukan?" Batin Naira saat melihat wajah Malvin yang terlihat marah.

"Maaf, tuan. Anda pasti salah mengira kalau aku adalah orang lain"

"Berhenti berbohong! Aku mengenalimu, ayo pulang bersamaku!"

Malvin menarik Naira keluar dari pesta itu. Dia terus mencekal pergelangan tangannya hingga menuju mobilnya.

"Lepaskan aku! Sekarang kau menyakitiku! Ahh sakit!"

"Apakah kau tidak mendengarkanku?! Lepaskan aku!"
Naira terus memberontak tetapi itu sia-sia, karena Malvin tak kunjung melepaskannya.

"HEI! Aku bilang lepaskan aku!"

Malvin seakan tak mendengarnya ia terus berjalan hingga sampai di mobilnya. Dia membuka pintu mobilnya, lalu menarik dan mendorong Naira masuk kedalamnya.

Selama perjalanan pulang tidak ada pembicaraan diantara keduanya. Sesampainya di depan rumah Naira segera turun dan mengabaikan para pelayan yang menyapanya.

"Oh! Nona Rara, selamat datang kembali di rumah" sapa bibi Zang.

Tapi Naira tak membalasnya ia terus berjalan dan menaiki tangga menuju kamarnya.

"Ada apa?" Tanya bibi Zang saat melihat Malvin masuk setelah Naira.

"Tidak ada apa-apa bibi Zang, bibi istirahatlah dulu.." jawab Malvin.

Dengan langkah cepat Malvin segera menuju kamar Naira. Di ketoknya pintu kamar itu berkali-kali, tapi nihil. Pintu itu tidak dibuka dan tidak ada jawaban dari sang empu pemilik kamar.

"Naira, buka pintunya saat aku menghitung hingga satu! Tiga..dua..satu!"

                          

Hehe..update lagi😁
Kalau kata-katanya ngebosenin maaf deh yaa..Maaf juga kalo gak dapat feel-nya..aku gak bisa ngerangkai kata-kata soalnya~😌

See youu 🥰

~PERFECT~ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang