JEDARRR!!
WHUUSHH~
DUAARRR!!!!
Seorang laki-laki dengan kedua tangan ia masukan kedalam sakunya tak sedikitpun beranjak dari sana, dia terus memandang keluar jendela dengan sorot kekekhawatiran di matanya. Malam yang sangat bergemuruh, air hujan yang turun, petir mengerikan dan angin kencang saling bergantian seperti ingin menunjukkan eksistensinya. masing-masing. Malam yang menakutkan.
"Petir bergemuruh" gumamnya pelan. Malvin mengeluarkan ponsel dari sakunya. Dia hanya memandang layar ponsel, "Sekarang Rara pasti sedang makan malam dengan Jaega..." Batinnya. Dia masih ingat dengan jelas percakapannya dengan Naira pagi tadi di kantor.
JEDARRR!!!!
"Dalam posisi apa kau menghentikan aku dari menemui Jaega?" Naira beranjak meninggalkan yang masih terdiam di kursinya. "Kau tidak bisa bilang? Malvin, kau seorang pengecut, kau tidak akan pernah tahu hatimu!" Setelah mengatakan itu Naira benar-benar keluar dari ruangan Malvin.
DUAARRR!!
Dengan cepat Malvin mencari kontak Naira dan menekan tombol panggil.
"Halo? Rara, kenapa kau belum kembali?" Tanya Malvin setelah Naira mengangkat teleponnya. "Dimana kau, Rara? Tanyanya lagi.
"... Aku tidak tahu.. petirnya.. aku takut" jawab Naira dengan suara ketakutan.
"Apa!? Kau tidak tahu kau ada dimana!?" Malvin khawatir.
JEDARRR!!!
"Hujan... Aku tidak bisa mendapatkan taksi, aku diluar.. aku... Aku takut, cepat datang dan jemput aku..."
"Kirim dimana posisimu melalui chat, diam di tempat, jangan kemana-mana, aku akan segera menjemputmu!"
JEDEEERR!!!
"Baiklah... Aku, aku akan diam di sini. Cepatlah datang ke sini... Aku sangat takut, aku tidak tahan lagi..." Ujar Naira dengan air mata yang jatuh bersamaan dengan air hujan. Dia menutup teleponnya dan berjongkok di tengah keramaian, ia membenamkan wajahnya pada lipatan kedua tangannya. Sungguh ia sangat takut dengan guntur yang menggelegar di telinganya. Dia tidak tahu harus berteduh dimana, hujan lebat yang tiba-tiba turun ketika ia mencari taksi membuatnya dalam hitungan detik basah kuyup. Dia sangat takut, orang-orang disekitar tidak ada yang mempedulikannya, mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Kini dia akan tetap di sini, agar Malvin mudah menemukannya. Seketika ia mengingat ketika bersama ayahnya waktu kecil.
Rara kecil memeluk lelaki setengah baya dengan begitu erat. "Hahaha, Rara apa kau benar-benar takut akan petir? Kau terlalu takut untuk berjalan." Lelaki itu tersenyum melihat tingkah anaknya.
"Huhuhuu... Karena itu sangat menakutkan.." Naira semakin membenamkan wajahnya pada dada bidang milik ayahnya.
"Tidak apa-apa. Ayah akan melindungimu, jangan takut, Rara." Ujarnya menenangkan Naira dan mengusap kepala Rara dengan lembut.
Flashback off
"Malvin, cepatlah datang... Aku diam di sini, aku tidak akan kemana-mana... Cepat temukan aku... Cepat jemput aku..." gumam Naira lirih, air matanya terus mengalir, seluruh tubuhnya bergetar takut.
Malvin membelah kerumunan orang-orang yang berlalu-lalang, ia terus mencari keberadaan Naira. Terus mengamati GPS nya, seharusnya Naira berada di jalan besar ini. Sampai akhirnya manik hitamnya menangkap sosok yang sangat ia kenali sedang meringkuk di tengah keramaian jalan. Dengan segera ia menghampiri Naira yang tidak menyadari kedatangannya karena ia membenamkan kepalanya pada lututnya. Malvin semakin mendekat padanya sampai persis di depan wanita itu. Malvin mengarahkan payungnya untuk menghalangi hujan di atas kepala Naira. Naira mendongak ketika merasa tubuhnya tak terkena rintikan hujan, padahal hujan masih turun dengan sangat lebat.
"Rara apa kau baik-baik saja?" Tanya Malvin khawatir. Malvin memperhatikan Naira yang masih menangis ketakutan. "Apa yang terjadi? Bukankah seharusnya kau makan malam dengan Jaega? Lalu, apa kau bodoh?! Kenapa kau tidak berteduh di dalam mall terdekat?!" Malvin memegang pipi kanan Naira dengan tangan kirinya. "Lihat tampilanmu sekarang!"
"Malvin..." Naira menatap manik hitam di depannya dengan air mata yang terus jatuh membasahi pipinya. Lalu membenamkan wajahnya di dada Malvin. "Huhuhuu... Akhirnya kau datang.. kau menemukanku..."
Malvin terdiam sesaat lalu memeluk Naira dengan erat. "Aku minta maaf, Rara. Maaf, aku terlambat... Jangan takut, aku ada di sini bersamamu." Kata Malvin tulus.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang memperhatikkan keduanya dari jauh. Sudah lama ia berdiri disana...
Dua jam sebelumnya..
Dua orang berlawan jenis berbeda duduk berseberangan menikmati hidangan yang telah mereka pesan. Mereka sangat serasi, orang-orang yang melihatnya pun mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang sangat romantis.
"Jaega, kenapa kau menatapku terus?" Tanya Naira yang sedari tadi sadar Jaega terus melihat kearahnya.
"Rara, tiga tahun tidak bertemu,bkau berubah sangat banyak." Jaega tersenyum.
Naira mengangkat satu alisnya. "Oh? Apanya yang berubah? Apa aku lebih cantik atau jelek?" Naira terkekeh.
"Bukan penampilan... Aku tidak tahu. Rara, kenapa kau kembali ke Malvin? Padahal dia dulu..." Ucap Jaega hati-hati.
Wajah Naira berubah jadi serius. "Aku tak ingin berbohong padamu, Jaega. Dia adalah satu-satunya orang yang ada di hatiku. Aku pikir kau tahu."
"Tapi dia tidak menyukaimu, dia terus mengecewakanmu..." Jaega belum selesai dengan perkataannya Naira sudah memotongnya terlebih dulu.
"Aku akan membuat dia menyukaiku!" Potong Naira dingin. Naira segera berdiri. "Maafkan aku, aku tak seharusnya berbicara begitu di depanmu. Tapi, aku juga tidak mau kau terus berharap padaku, kau akan menemukan yang lebih baik dariku. Aku tidak enak badan, aku pulang dulu." Naira meninggalkannya.
Flashback off
"Kau menelepon Malvin ketika kau sangat putus asa... Apakah aku benar-benar kalah dengan dia?" Jaega terlihat murung melihat Naira bersama Malvin. Ya, orang memperhatikan mereka adalah Jaega Argantara. Jaega berdiri disana karena ia mengikuti Naira keluar restoran, dia ikut menunggu Malvin menjemput wanita yang dicintainya. Kenapa dia tidak menghampiri Naira sejak tadi? Karena yang wanita itu inginkan bukan kehadirannya melainkan orang lain.
Apartemen Malvin
"Kau sudah terjebak dalam hujan dan demam, kau besok tidak perlu kerja, istirahat saja di rumah." Ucap Malvin ketika melihat Naira bangun.
"Wow, aku bisa mengambil satuhari libur, terimakasih tuan Malvin." Ujarnya gembira.
"Kau akan kehilangan gaji satu harimu." Balas Malvin datar sembari memicingkan matanya.
"Huhuhu, sungguh boss yang jahat!"
DUARR!!
"Aargh!"
Malvin meraih kepala Naira dan membenamkan pada bahunya. " Jangan takut."
"Kenapa hujan dan petir ini awet sekali? Gak capek apa? Aku aja yang denger capek plus takut." Omel Naira dalam dekapan Malvin. Malvin hanya tersenyum menanggapi, walaupun Naira tak melihatnya.
Malvin mengangkat selimut. "Aku akan tidur denganmu malam ini." Malvin sudah berbaring terlebih dulu. Melihat itu Naira ikut membaringkan dirinya di sebelah kiri Malvin.
"Malvin jelek, bisakah kau memegang tanganku saat tidur?" Tanya Naira hati-hati, karena takut Malvin akan menolaknya. Dia takut Malvin berpikir ia mengambil kesempatan padahal dia benar-benar takut sekarang karna guntur yang saling bersahutan.
"Iyaa". Malvin meraih tangan Naira dan di genggamnya. "Rara banyak berubah." Gumamnya dalam hati.
Bulan Mei ini rasanya bulan terlama gak si? Apa cuma aku yang ngerasa gitu? Bulan paling banyak kesenangan plus kesedihannya juga... Roller coaster banget😭 tapi ini udah di pengujung bulan, besok masuk bulan baru🥰Semoga sehat dan bahagia selalu readerss😘🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
~PERFECT~ [END]
Ficção AdolescenteMark x Ningning "sial kenapa tidak ada yang memberitahuku gadis pengatur ini sudah kembali!" -Malvin Arkana Satya "Oh, apa dia marah?" -batin Naira "Aku belum pernah melihatmu selama bertahun-tahun, keliatannya kau tumbuh lebih tinggi, kucingku!~Ku...