Di akhir pekan Andra mengajak Kara bertemu di Kafe yang tidak begitu jauh dari rumah Kara untuk merealisasikan apa keinginannya yang sempat tertunda saat di acara ulang tahun sekolah beberapa hari yang lalu.
Sekarang Kara sudah ada di hadapannya. Cewek itu memakai sweater putih dipadukan dengan jeans biru pudar, suasana pagi ini cukup dingin karena kemarin malam hujan deras mengguyur jadi wajar jika Kara memakai sweater.
Andra membiarkan Kara untuk menyantap pesanannya, begitu pula dengan dirinya, sebelum dia akan mengungkapkan semuanya.
Beberapa menit kemudian makanan Kara sudah habis. Kara menatap Andra yang juga turut menatapnya.
"Aku mau tanya sesuatu kamu cuman cukup jawab iya atau tidak," ucap Andra.
Kara mengangguk.
"Aku mau kamu jadi pacar kamu, Kara. Iya atau tidak?"
Untuk beberapa saat Kara hanya menatap Andra dengan kerut di dahinya. Ia tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Namun, keseriusan yang tergurat di wajah Andra membuat tubuh Kara membeku. Andra sedang tidak main-main.
Di bawah meja Kara mengepalkan tangannya sekuat yang ia bisa. Otaknya terus memutar-mutar perkataan Andra barusan dan itu cukup membuatnya pusing.
Kara tidak akan pernah menduga hari ini akan tiba, Andra menyatakan perasaannya, sebab dari awal ia tidak pernah berharap.
"Iya atau tidak?" tanya Jendra.
Kara masih tidak menjawab dan malah berdebat dengan dirinya sendiri. Ini terlalu tiba-tiba.
Melihat Kara yang tidak ada gerakan untuk mengambil ponsel dan mengetik jawaban membuat Andra tahu bahwa Kara masih terkejut. Mata cewek itu juga tidak lagi menatapnya dan memilih menunduk.
"Hari ini atau besok?" Andra mengganti pertanyaan. Sepertinya cukup sulit untuk Kara menjawabnya sekarang. "Aku kasih kamu waktu buat berpikir."
Barulah Kara mendongak. Dia melihat Andra tersenyum di seberangnya. Tapi sangat sulit untuk Kara membalas senyum itu sekarang. Dia meraih ponselnya dan mengetik jawaban singkat.
"Besok."
Dalam hati Andra ia berharap bahwa jawaban Kara nantinya tidak akan mengecewakannya.
•••
Semalaman Kara memikirkan jawaban untuk Andra. Terlepas dari itu dia juga memikirkan perasaannya untuk Andra. Sejujurnya memang dia menyukai Andra tapi dia belum berani sejauh itu, menjalin hubungan.
Dia juga takut jika nanti akan merasakan sakit hati padahal itu suatu hal yang lumrah jika kita berani jatuh cinta. Sakit hati adalah resiko dari jatuh cinta.
Dia takut nanti perasaan sukanya akan bertambah dan menjadi cinta. Dan bagaimana kalau Kak Andra menyakitinya? Atau malah bagaimana jika malah ia menyakiti dirinya sendiri?
Jika ia menjalani sebuah hubungan dengan Kak Andra pasti banyak yang harus dihadapi seperti teman-teman Kak Andra dan Haura, mantan Kak Andra. Belum lagi orang tua Kak Andra, meski hubungan mereka belum terlalu jauh tapi pasti suatu saat orang tua Kak Andra akan tahu tentang dirinya kan? Tentang kondisinya.
Ia juga harus menghadapi perasaan rendah diri dan insicure yang kerap kali datang jika berhubungan dengan Kak Andra. Perasaan inilah yang menyiksa dirinya. Padahal sebelum ini perasaan itu tidak lagi datang.
Jika Kara menerima Kak Andra maka ia harus menghadapi itu semua. Dan itu sangat sulit untuknya.
Sudah sejauh ini ia mencoba mencintai dirinya sendiri maka ia tidak ingin dirinya kembali merasakan luka. Mencintai diri sendiri itu bukanlah hal mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karadira (Selesai) ✓
Teen FictionBagi Kara pembeda antara dirinya dan Dira adalah suara. Bagi Dira persamaan antara dirinya dan Andra adalah memiliki kekhawatiran yang sama. Bagi Jendra tidak ada bedanya saat dia memperjuangkan mimpinya sendiri ataupun membiarkan Andra mengorbankan...