Bab 33

26 7 3
                                    

Lampu-lampu di rumah Nenek menyala saat malam menyapa. Suasana di sekitar rumah Nenek juga sangat sepi begitu pula di dalam rumah Nenek.

Saat Kara, Dira, Ayah, dan Bunda ke rumah Nenek seusai makan malam di rumah, Nenek sendirian di rumah sambil menonton televisi.

Nenek tampak bahagia menyambut kedatangan mereka. Bunda langsung memeluk Nenek dan bilang akan menginap beberapa hari di sini sebelum ke Jogja, rumah Eyang.

"Terus kerjaan suami kamu gimana? Ngambil cuti?" tanya Nenek.

"Iya, Bu, saya ngambil cuti tapi nggak lama kok," jawab Ayah.

"Jangan lupa oleh-oleh buat Ibu, ya." Nenek terkekeh sembari menepuk bahu Ayah.

"Dira nggak mau peluk Nenek?"

Dira tersenyum lalu menghambur ke pelukan Nenek. "Kara juga pingin loh dipeluk Nenek. Katanya Nenek kangen sama Kara," bisik Dira.

Nenek melihat Kara yang ada di samping Ayah. Anak itu hanya melihat dirinya memeluk Dira sambil tersenyum. "Ayo Nek peluk Kara." Dira melepaskan pelukannya.

"Ibu udah makan malam?" pertanyaan Bunda menginterupsi Nenek.

"Ah belum, ibu belum lapar."

"Astaga Ibu ini gimana harusnya Ibu udah makan! Ini udah malam, Bu. Ya udah aku siapin makanan buat Ibu dulu."

"Ayah ayo mindahin barang bawaan kita." Dira menarik tangan Ayah menuju garasi, ia sengaja melakukan itu agar Nenek memeliki waktu berdua dengan Kara.

Kara sedikit bingung karena Ayah dan Dira meninggalkannya dan membiarkannya berduaan bersama Nenek. Ia juga heran kenapa Nenek tidak ikut meninggalkannya juga.

Nenek lebih mendekat ke arah Kara kemudian meraih tangan Kara dan diusapnya dengan lembut. Tentu saja Kara terkejut akan perlakuan Nenek yang tidak seperti biasanya itu.

"Kamu boleh benci Nenek."

Belum reda keterkejutan Kara kini ia kembali terkejut akan ucapan Nenek dan pelukan Nenek yang tiba-tiba diberikan Nenek.

"Kamu boleh benci Nenek," ulang Nenek. "Perlakuan Nenek selama ini sama kamu sangatlah tidak termaafkan. Nenek memperlakukan kamu berbeda dengan Dira dan sepupu kamu lainnya. Meski kamu berbeda dari mereka seharusnya Nenek memperlakukan kamu sama dengan mereka. Rasa malu Nenek mengalahkan semuanya."

Jadi Nenek malu sama aku? Tangan Kara masih menggantung di kedua sisi tubuhnya. Meski ia sangat menginginkan pelukan Nenek dari lama, tetapi mengetahui perasaan Nenek yang sebenarnya sangat mengusiknya. Nenek malu.

Hingga pelukan Nenek terurai Kara tidak membalas pelukan itu.

"Nenek ke dapur dulu." Nenek pergi dengan raut wajah terlihat sangat sedih.

Kara masih mematung di tempatnya mencerna apa yang baru saja terjadi.

•••

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Gitar yang tadi dimainkan Dira sudah di taruh kembali ke dalam tas. Kara mematikan lampu rumah nenek dan lampu di ruang TV menjadi ruang terakhir, ia dan Dira akan tidur di sana.

Sebenarnya masih tersisa dua kamar tapi karena sudah terbiasa tidur di depan TV ketika di rumah Nenek jadi Kara tidak berminat tidur di kamar.

Ketika Kara akan menekan saklar lampu di ruang TV sebuah tangan yang kulitnya sudah keriput menahannya. Tanpa menoleh pun ia tahu siapa pemilik tangan itu, Nenek.

"Nenek mau bicara dengan kalian dulu boleh?"

Kara mengangguk.

Karadira (Selesai) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang