Bab 07

64 16 7
                                    

Seperti pagi biasanya sebelum ia berangkat sekolah yaitu mengikat tali sepatunya dengan benar agar tidak jatuh. Di sebelah Kara sudah ada Dira yang juga seperti biasanya menyenandungkan sebuah lagu. Kali ini lagu yang Dira nyanyikan adalah sesuatu di Jogja lagu milik Adithia Sofyan.

Mereka akan berangkat berdua dan tidak di antar Ayah karena Ayah dan Bunda menginap di rumah Nenek yang sedang sakit. Karena Ayah dan Bunda sedang di rumah Nenek membuat Kara merasa lega karena Ayah dan Bunda tidak perlu melihat pipinya yang lebam.

Dan perihal kejadian kemarin Kara sudah membuat Dira berjanji agar merahasiakannya dari Ayah dan Bunda.

Waktu Kara berdiri denting ponselnya terdengar. Ternyata chat dari Kak Andra.

Setelah membaca chat dari Kak Andra yang mengabarkan mengenai kondisi Jendra Kara segera membalasnya.

Diandra Hartigan: Hari ini kondisi Jendra tetap baik-baik saja. Baru saja bangun tidur dan masih leyeh-leyeh di kasur. Dan orang tua kita belum tahu.

Diandra Hartigan: Itu laporan dari aku biar kamu nggak khawatir.

Diandra Hartigan: Selamat pagi, Kara, semoga harimu menyenangkan dan sampai jumpa lagi.

Karana Garvita: Terima kasih, Kak, atas laporannya.

Karana Garvita: Selamat pagi juga, Kak. Semoga hari Kak Andra menyenangkan. Dan semoga jumpa lagi.

Kara tidak mengerti kenapa Kak Andra selalu mengatakan sampai jumpa lagi. Tapi Kara tidak begitu menghiraukan kata-kata itu dan hanya membalas apa adanya. Sejujurnya ia tidak berharap untuk bertemu Kak Andra lagi. Karena kalau dipikir-pikir hal apa yang akan membuatnya bertemu dengan Kak Andra lagi? Jendra?

"Dari siapa?" Dira melongokkan kepalanya untuk melihat ponsel milik Kara. Alis Dira terangkat. "Bukan Jendra, ya?"

Kara mengetik di notes ponselnya untuk menjawab pertanyaan Kara.

"Bukan, Kakaknya."

"Kamu kenal sama kakaknya?"

"Heem. Kemarin ketemu waktu Kak Andra di panggil ke sekolah."

Dira mengangguk lalu mengandeng tangan Kara. "Aku udah nggak kepo lagi. Sekarang kita cus berangkat yok!"

•••

Sampai di sekolah Dira buru-buru ke kelasnya untuk menemui Malvin. Dia yakin Malvin tahu sesuatu tentang Reiko. Dan perihal si Maura-Maura itu.

Benar saja di kelas sudah ada Malvin yang sibuk dengan ponselnya. Dira menghampiri cowok itu lalu duduk di sampingnya. "Siapa Maura?" todong Dira.

"Maura?"

"Ayolah! Kemarin kamu membicarakan cewek itu waktu di depan ruang BK sebelum kamu di panggil ke ruang guru. Kemarin kamu waktu aku tanya-tanya soal Maura juga ngelak terus. Sekarang kamu mau ngelak lagi gitu?!"

Malvin meletakkan ponselnya lalu menghadap Dira sepenuhnya. "Maaf aku nggak bermaksud buat ngelak, Dira. Aku cuman nggak ingin ikut campur aja."

"Tapi dulu kamu ikut campur urusanku dan Kara. Terus sekarang kenapa enggak, hem?"

"Karena aku nggak ingin kamu terluka, Dira."

"Berarti kamu ingin Kara terluka dulu, ya?"

"Arghh!" Malvin mengusap wajahnya kasar. "Dira, aku ngerti kamu nggak bisa lupain apa yang udah aku lakuin dua tahun lalu tapi tolong jangan mengungkitnya lagi. Aku juga akan berusaha menerima Kara."

Karadira (Selesai) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang