Bab 20

31 9 0
                                    

Di Sabtu sore Dira sedang mengelar tikar di halaman rumahnya depan ayunan. Agenda sore hari ini ia dan keluarganya akan makan malam bersama di halaman, tetapi sepertinya Ayah akan pulang terlambat karena ada urusan mendadak, tadi Ayah menelpon.

Kara sendiri kebagian tugas membantu Bunda masak di dapur. Mama masak seperti biasanya tidak terlalu banyak. Jadi Kara tidak terlalu keteteran sewaktu dirusuruh ini itu sama Bunda. Mungkin masakan mereka akan siap sebentar lagi.

Di halaman Dira juga sudah menata tikar dan meja kecil. Karena tugasnya sudah selesai Dira memainkan gitarnya sembari duduk di ayunan. Ia memainkan lagu Remember Me milik Kim Hanbin. Ia bisa menyanyikan sedikit lagunya, tetapi di bagian rap ia ganti dengan gumaman sebab ia tidak bisa ngerap. Kalau ia mengerap ia lebih seperti seorang yang sedang berkumur.

"Will you remember me-"

"Hai."

Nyanyian Dira berhenti juga petikan pada gitarnya. Ia melihat seseorang yang tadi menyapanya. Matanya membulat sewaktu melihat orang itu. Kapan orang itu masuk ke halaman rumahnya? Dan berani sekali orang itu pergi ke rumahnya?

"Suara lo bagus," puji Reiko. Ya, orang itu adalah Reiko.

"Basi! Ngapain kamu ke sini?" Dira menaruh gitarnya, lalu berdiri di hadapan Reiko.

Reiko tidak menjawab dan malah mengedarkan pandangannya pada halaman rumah. Dia juga melihat ke dalam rumah karena pintu rumah yang terbuka.

"Mending kamu pergi! Lagian kamu berani banget datang ke sini setelah nyakitin saudara kembarku!" usir Dira.

"Emm, gue-"

"Aku nggak mau dengar alasan, pembelaan, atau pembenaran apa pun dari kamu. Yang aku mau kamu pergi dari sini sekarang!"

Kara keluar rumah ketika mendengar Dira seperti sedang berbicara dengan seseorang. Sampai di halaman rumahnya Kara cukup kaget melihat Reiko ada di sana. Ia tidak mengira Reiko akan datang. Dan ia juga baru menyadari kalau kali terakhir ia bertemu Reiko yaitu waktu di Cafe.

"Kar! Mending kamu masuk lagi aja! Biar bajingan ini aku yang usir!" Dira mendorong bahu Kara agar masuk kembali ke dalam rumah. Namun, Kara tetap bertahan dalam posisinya dan memberikan gelengan kepala pada Dira.

Dira mengernyit. "Aku bisa kok, Kar, menanggani dia."

Kara bingung mau menjelaskan pada Dira tentang kedatangan Reiko sebab ia tidak membawa ponsel ataupun alat tulis. Tapi untunglah Reiko mengulurkan ponselnya. Ia menerima ponsel Reiko dan mengetik di note ponsel Reiko. Ternyata ada sedikit perubahan dari diri Reiko, cowok itu sedikit peka dan peduli.

"Dira, aku yang menyuruh Reiko datang ke sini. Hubungan kita sudah lebih baik kok. Jadi nggak pa-pa kan Reiko ada di sini?"

Kernyitan di dahi Dira semakin dalam saat membaca tulisan Kara. Ia bingung bagaimana mungkin hubungan Kara dan Reiko membaik? Cowok itu sangat berengsek mana mungkin bisa diajak berbaikan? Dan kapan Kara dan Reiko menyelesaikan masalah mereka jika mereka benar-benar sudah berbaikan? Kenapa Kara tidak bercerita padanya?

"Menurutku ini tidak masuk akal. Kalian berdua berbaikan? Kamu cowok tempramental bisa diajak berdamai?" Dira menatap Reiko dengan satu alis terangkat.

"Perilaku gue emang nggak termaafkan gue tahu itu. Tapi gue-"

"Kara, bisa-bisanya kamu ninggalin tempe yang sedang kamu goreng! Tempenya gosong ini!" Suara Bunda dari dalam memotong ucapan Reiko.

Buru-buru Kara mengetik lagi kemudian setelah selesai ia memberikan ponsel Reiko pada Dira. Lalu Kara segera kembali masuk ke rumah untuk menyelamatkan tempenya yang gosong.

Karadira (Selesai) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang