10

657 76 2
                                    


10 :
" Poets & Blood "

10 : " Poets & Blood "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

%

Sunset Songkhla tak di pungkiri lagi menjadi panorama utama di pantai. Namun kali ini Bar milik paman Fourth terlihat sangat sepi dari biasa nya. Entah karena apa. Meski cafe nya selalu ramai, Fourth merasa ada yang janggal dengan hal ini.

Meski begitu, Fourth juga tak mengerti mengenai apapun tentang bisnis. Sekarang ia lanjut menulis lirik yang semalam ia buat dengan Barcode.

Nampak nya ia benar-benar fokus sehingga Mark yang hendak mendekati nya ingin memganggu. Ketahuilah orang sepertinya adalah penganggu berat.

"Ohooo, Kau tulis apaan?" tanya Mark, mengintip isi kertas Fourth yang kotor dengan tinta pulpen.

"Kepo" ujar nya.

"Au? Bagaimana tak kepo? Lirik nya terlihat seperti lagu cinta..." ujar Mark mengoda. "Ayo, ada apa nih? apakah ada yang terjadi dengan mu dan Prim? entah kenapa firasat ku dia adalah tipe mu." Mark mengintip-intip serta membaca tak jelas dari belakang punggung Fourth.

Dia memang menganggu fokus Fourth.

"Jangan ganggu aku. Aku sedang fokus phi. Nanti bakalan ku tunjukin pada mu."

"Aku mau lihat sebentar saja."

Kalau tak di tunjukan, bakalan lebih susah untuk menjauhkan Mark dari dirinya yang berusaha Fokus. Jadi Fourth rela memperlihatkan lirik nya yang belum sempurna itu. "Dasar keras kepala." geleng Fourth sembari melepas pulpen dari tangan, memberi kertas selembaran yang ia sobek. Itu kertas yang Fourth pinta semalam pada Barcode.

"Nih. Tapi janji nanti beri komentar sejujur-jujurnya ya" seru Fourth, terdengar memperingati.

"Heum..." Mark melihati lirik yang berada di kertas selembar itu. Namun Mark mengerinyit bingung dan keheranan dengan isi kertas milik Fourth. Membuat si empu nya mulai curiga dengan komentar dari sang Monyet. Maksud nya si Mark nya. Entah aneh karena tulisan jelek Fourth atau lirik nya.

"Kenapa phi?"

"Memang nya ini tema apa?"

"Persahabatan."

"Kepalamu! Aku bisa lihat, Itu terlihat seperti lagu romantis sedih. Mana ada persahabaatan seperti ini. Lelucon apalagi ini?" tunjuk Mark pada salah satu lirik yang memang kebetulan, terlihat seperti puisi cinta yang baru Fourth sadari.

Ia menulisnya mengasal-asal. Tapi sayangnya puisi miliknya terlihat berbahasa tidak baku.

Tentu Fourth segera mengecek. Lalu ia melirik sinis kearah Mark yang masih memantau nya.

"Pergilah, Dasar menjengkelkan." kata nya, kesal dan jengkel karena terasa aneh.

"Au?! kau bilang beri komentar yang jujur-jujur saja. Dasar anak kurang waras nih."

MY POLLUX [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang