33 :
The Bunker𓉸ྀི
Win berbaring di sofa sembari Bright melilitkan sebagian kain perban pada perut Pria malang itu. Untungnya Win memiliki luka disisi perutnya. Dengan peluru yang hampir menembus perutnya jelas untung-untungnya ia selamat dengan nafas terengah-engah dan setidaknya masih melek hidup melihati Bright dihadapannya saat ini.
Terlihat Goresan dari tembakan peluru musuh melukai perutnya. Darah milik win cukup banyak keluar namun untungnya Bright pandai mengatasi hal tersebu dengan menjahitnya dan memberi semua kemampuan nya agar pria itu setidaknya selamat tak mati sebab kehilangan darah.
Keringat bercucuran dari kepala ke sekujur tubuh~ tapi Win hanya bisa melihati Bright yang fokus dengan luka di wajah Win.
Bright menangkap beberapa alat medicine di kotak dekat Win, namun Win menghela nafas dengan wajah bosan. "Tidak ada waktu untuk mengurusiku. Pergilah. Kita harus bersiap-siap." kata Win sembari berusaha duduk namun Bright menahan lengan Win dan tetap memaksnya baring di sofa.
"Kufikir kau bakalan mati..." ujar Bright sembari menyambut kain dan pembersih luka untuk wajah Win. Matanya melihati Win dengan tatap sayu dengan sedikit marah itu.
Tentu Win heran. "Bright, Tuan Gun membutuhkan kita sekarang." ujar Win mengingatkan.
Bright menghela nafas dan menekan kain di kening pria itu. "Aw!" seru Win kesakitan sementara Bright merasa konyol dengan sikapnya yang mendadak memanjai anak buah nya sendiri.
"Cuman goresan begini saja sakit?"
"Sialan. Hentikan, berikan kepadaku saja biar aku yang urus diriku sendiri." Win menyambut tangan Bright namun Bright memegangi tangan Win.
Bright mengenggam tangan Win. Mereka berpegangan tangan dengan maksud milik Bright. Manik besarnya melihati Win dengan tatapan lebih khawatir dan merasa sangat serius kali ini.
"Kau... tak boleh meninggalkan ku." bisik Bright membuat Win terdiam dan menurunkan pandangannya kebawah.
"Apapun itu. Tetap, jangan tinggalkan aku."
"Euh... tentu saja" jawab Win secepatnya. "Pergilah. Aku urus bagian ini. Lukaku tak seberapa. Kami laksanakan rencana selanjutnya." kata Win sembari Bright mengangguk dan berdiri.
Lalu pria jangkung tampan itu berjalan keluar dan menyambut beberapa anak buah Gun yang siap-siap untuk menghancurkan Mile.
"Cari kepala tuan Romsaithong. Bawa dia hidup-hidup di hadapan Tuan Gun."
"BAIK!"
Semua pria dengan wajah menyeramkan itu pergi menjauh dari hadapan Bright dan segera melakukan pekerjaan mereka. Sementara itu Bright akhirnya berbalik badan sembari melihat dengan mantap. Ia yakin, rencana nya bakalan berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POLLUX [END]
Historical FictionFourth yang memiliki hubungan buruk dengan sang ayah akhirnya kabur menuju Songkhla, tanah dimana mendiang ibunya dulu dilahirkan dan tinggal disana sejak lahir. Ia menetap dengan dengan Kakek dan Nenek tersayangnnya, termasuk sang paman Mile. Merek...