Yipiiiii, mari membaca dengan tenang.
Semoga suka! Happy reading guys!🧜💙
0~0
.
.Rubby terus menggerutu sepanjang menunggu. Ia di tinggalkan begitu saja setelah Kenzo mendapatkan telefon entah dari siapa. Rubby mengutuk laki-laki itu terus menerus.
"Dia kalau butuh gue harusnya perlakuin gue kaya tuan putri dong! Ini malah di telantarin kaya anak ilang." Mendengus sebal, cewek itu memilih duduk di salah satu bangku kafetaria bagian luar.
Dalam waktu yang sama dan tempat yang tak jauh berbeda. Hansel memandangi Rubby yang tengah duduk sambil sesekali bibir itu berkomat-kamit. Laki-laki itu tahu jika Rubby tengah marah-marah, karena ekspresinya mudah di prediksi.
Bukan dirinya yang meminta untuk menghampiri, tetapi kakinya sendiri yang melangkah tanpa kendali. Tubuhnya seperti di sihir untuk mendekat kepada Rubby. Hansel tak mengerti apa yang terjadi.
"Mau ikut gue atau diem aja disitu?"
Rubby mendongak dengan kedua dahi mengkerut sempurna. Bukan hanya bingung, tetapi karena teriknya matahari juga membuat ia sampai menyulitkan mata.
"Ayang! " Rubby berseru girang. Ia buru-buru berdiri- berhadapan dengan Hansel semakin terlihat jelas perbedaan tingginya.
"Gue ngasih pilihan." Hansel mencetus so galak.
"Lo naik apa? Pesawat? Helikopter? Oh, atau Lambo?"
Hansel menyipitkan matanya. Netra silvernya begitu terpasang sempurna dengan tajam. "Terbang."
Rubby diam dulu beberapa detik, setelah itu langsung tertawa. Ia berdiri. "Ayo!" katanya.
Hansel menaikkan satu alisnya. Gerak-gerik yang sudah sering di temui.
"Ya pulang lah. Lo mau anter gue kan?" Rubby menarik lengan Hansel, tetapi laki-laki itu masih diam di tempat.
Segaris kerut muncul di wajah Rubby, ia memiringkan kepala di sertai wajah bingung. "Ah, lo tiba-tiba berubah pikiran buat enggak jadi nganterin gue?"
Gerakan tajam mata Hansel berhasil menghunus sengit ke arah Rubby. Perempuan itu sampai memanyunkan bibirnya malas.
"Lo enggak perlu pegang tangan gue." Hansel berkata dingin. Sentuhan fisik memang tidak asing baginya, tapi itu hanya di lakukan ketika ia sedang dalam keadaan depan kamera. Jika seperti ini ia sendiri tak terbiasa.
Hansel berlalu begitu saja setelah mengucap kalimat itu. Kedua tangannya berada di saku celana, langkah jalannya begitu tegap. Rubby terpana dengan itu, ia malah jadi senyum-senyum sendiri.
Perempuan mungil bernama Rubby itu mengejar langkah Hansel dengan lebar-lebar. Dengan jahilnya ia berulah.
"Ooh, jadi lo enggak mau di pegang ya?" Rubby berdiri di depan laki-laki itu- Menghalangi jalannya.
Rubby tersenyum genit, seorang Grizellyn Rubby pertama kalinya bersikap seperti ini pada laki-laki. Sikap cueknya lebur ketika di hadapan Hansel, kecuali ketika ia sedang syuting.
Rubby berjalan satu langkah, lalu ketika melihat reaksi Hansel hanya diam, ia melangkah lagi. Kedua tangannya sedari tadi berada di belakang punggung. Senyuman memikatnya ia tunjukkan.
Postur tubuh keduanya memang berbeda jauh, Rubby sampai perlu mendongak jika menatap Hansel yang tingginya hampir menyamai tiang listrik- Tidak, Rubby hanya mengejeknya saja.
Rubby menarik kerah baju Hansel dengan cara berjinjit. Setelah mendapatkan kemauannya, ia mendekatkan wajah- Teramat dekat.
"Kalau gue cium aja, gimana?" Senyum miring terpatri jelas di wajah Rubby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession The Big One ✓
Romance[SELAMAT MEMBACA] ** Dia adalah seorang bintang ternama yang sering di bicarakan di berbagai serial media. Kehidupan yang sering di jalaninya adalah sebagai aktor film. Ada salah satu aktris yang berhasil membuatnya seperti tersihir. Dia adalah Griz...