11. Apartemen

1.5K 65 1
                                    

Annyeong chingghuya! 🧜

sini merapat, di baca dengan hikmat sambil di temani seblak🥣

___________________
_____________



“Ngapain?” Rubby menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil. Menatap ke arah depan dengan wajah lempeng, bahkan ia tengah tidur saat tiba-tiba cowok itu menelfon-nya, menyuruhnya untuk keluar tanpa perduli kalau ia sedang apa.

Padahal baru beberapa jam lalu dia di antarkan pulang setelah di beri kesempatan untuk jajan sepuasnya. Tentu saja di traktir.

“Ikut gue ke apartemen.”

“Hah? Ngapain?!” Kesadaran Rubby langsung terkumpul seratus persen setelah mendengar ucapan cowok di sampingnya.

Hansel menoleh. “Mau lo ngapain?”

“Y-ya enggak mau ngapain-ngapain!”

Hansel fokus ke arah depan lagi, mulai menyalakan mesin mobilnya dan menjalankannya perlahan.

“Eh! Tar dulu, gue ini bangun tidur. Liat, cuman pake daster. Berhentiin mobil lo sekarang!” Rubby berseru galak. Waktu liburnya ingin ia habiskan dengan rebahan– walau sebenarnya tugas kuliah banyak yang harus ia kerjakan. Tapi setidaknya ia ingin bersama kasurnya, bukan malah bepergian menggunakan daster begini. Apalagi waktu mulai sore, langit jingga mulai hadir di atas sana.

Terkekeh ringan, Hansel menjawab dengan syahdu dan santainya. “Mau sekalian pake daleman doang enggak masalah buat gue.”

Mendengus kesal. Rubby memutar dua bola matanya julid. “Sinting!” Bagaimana bisa dia baru mengetahui sisi buruknya Hansel selama ini? Kemarin-kemarin dia hanya mengetahui sisi manisnya saja perasaan– ya perasan si, wong selama ini Hansel sering nyuekin.

Pada akhirnya Rubby mengikuti juga ke apartemen cowok itu, entahlah tujuannya untuk apa ia pergi kesana.

Ada enaknya juga pergi ke apartemen Hansel. Setelah sepuluh menit sampai dan hanya duduk, Rubby di hadiahkan berbagai makanan. Ini kedua kalinya Rubby berkunjung ke apartemen ini, bedanya sang pemiliknya sendiri yang mengajaknya datang.

Namun di saat dirinya anteng sendiri, pemilik apartemen tak ada. Memutuskan Rubby untuk menjelajahi ke setiap ruangan. Apartemen yang cukup luas, dengan ruang tamu yang berdekatan dengan satu kamar. Ketika ke tempat lain, terdapat kamar lagi yang dekat dengan dapur. Di sana lah ia melihat Hansel tengah sibuk sendiri.

“Lo bisa masak? Itu bikin apa?" Rubby melihat cowok itu tengah memotong sayuran dengan telatennya.

Harum wangi yang tercium dari panci menguar bebas, memanjakan hidung Rubby yang kian menikmati. Baunya sangat enak.

“Gue enggak pernah bisa masak dari dulu. Mamom enggak pernah nuntut gue bisa masak, gue juga jarang ke dapur kecuali makan atau ambil cemilan.”

“Kenapa?” Hansel balik bertanya, tangannya telaten memasukkan berbagai racikan ke dalam panci yang di dalamnya terdapat air bergolak. Lihatlah penampilan itu, benar-benar menggoda, memanjakan mata Rubby. Bagaimana dia bisa move on kalau begini ceritanya?

“Ya soalnya rata-rata cowok enggak bisa masak.”

“Itu cuman pemikiran kuno. You see for yourself now, banyak juga chef laki-laki. Kebanyakan laki-laki di bilang enggak bisa masak itu karena identitas mereka yang di anggap cuma buat kerja, seharusnya laki-laki juga bisa pandai di dapur.” Wow! Terperangah, Rubby sampai tak bisa berkata-kata mendengar kalimat Hansel yang terdengar sangat bijak. See, memang benar sih. Laki-laki dan perempuan harusnya bisa saling melengkapi, supaya tak memberatkan salah satu pihak.

Obsession The Big One ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang